Sebagaimana diberitakan Republika (21/11) peletakan batu pertama tersebut telah dimulai sejak November dihardiri oleh berbagai petinggi seperti Duta Besar Luar Biasa dan Berkuasa Penuh Republik Indonesia untuk Republik Myanmar, Ito Sumardi, Dirjen Kementerian Kesehatan Myanmar U Aye Thar Kyam, serta perwakilan dari MER-C, Nur Ikhwan Abadi dan Ahmad Fauzi.
Berbagai kalangan juga hadir dalam acara peletakan batu pertama tersebut, tidak hanya dari komunitas Budha tetapi juga komunitas muslim. "Ini sangat bersejarah karena untuk pertama kalinya Indonesia memberikan bantuan berupa rumah sakit kepada negara pimpinan Aung San Su Kyi," ujar Ikhwan.
Sementara itu seperti diberitakan VOA Indonesia, juru bicara Kementerian Luar Negeri Arrmanatha Nasir menjelaskan bahwa pembangunan rumah sakit telah dilakukan sejak bulan April yang lalu. Semua izin dari pemerintah Myanmar pun telah diperoleh dan perencanaan telah selesai.
Rumah Sakit Indonesia yang dibangun di Mauaung Bwe tersebut menempati lahan seluas 12 ribu meter persegi. Sementara total luas bangunan rumah sakit sekitar delapan ribu meter persegi. Di rumah sakit ini nantinya akan terdapat berbagai sarana termasuk tempat tinggal bagi dokter dan perawat.
"Kita mengharapkan bahwa rumah sakit ini bisa selesati tahun depan. Target waktu adalah sekitar pertengahan tahun depan," ungkap Arrmanatha.
Ia pun menjelaskan bahwa pembangunan Rumah Sakit Indonesia ini merupakan bagiand ari bantuan serta kerja sama kemanusiaan dari Indonesia. Seluruh kontraktor dan bahan-bahan pembangunan diupayakan berasal dari Rakhine sehingga dapat menggerakkan kembali roda perekonomian di daerah yang masih rawan konflik tersebut.
"Rumah sakit ini akan digunakan bagi seluruh masyarakat yang ada di sekitar, tidak memandang etnis, agama atau latar belakang lainnya. Jadi rumah sakit ini akan digunakan secara inklusif bagi semua masyarakat yang ada di situ," jelasnya.
Presidium MER-C dr. Sarbini Abdul Murad pun angkat bicara tentang pembangunan rumah sakit ini. Menurunya memberikan bantuan medis dan makanan bagi warga Rohingya merupakan kebutuhan jangka pendek. Sementara rumah sakit penting untuk kepentingan jangka panjang.
"Rumah sakit adalah tempat yang tepat untuk memberitahukan kepada masyarakat Myanmar, kepada pemerintah Myanmar simbol keberagaman, simbol harmonisasi umat beragama di Indonesia," ujar dokter Sarbini.
Menariknya, Indonesia rupanya merupakan salah satu negara yang dipercaya pemerintah Myanmar untuk menangani konflik berdarah di Rakhine. Konflik bersenjata yang terjadi sejak Oktober tahun 2016 yang lalu terus berlanjut hingga tahun ini dan telah menyebabkan lebih dari setengah juta warga Rohingya mengungsi ke negara-negara tetangga termasuk Indonesia.
Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News