Belajar Sederhana dan Cinta Tanah Air dari Bung Hatta

Belajar Sederhana dan Cinta Tanah Air dari Bung Hatta
info gambar utama

Membicarakan para bapak pendiri bangsa, tidak lengkap rasanya tanpa menyebut sosok Bung Hatta. Kiprahnya dalam perjuangan di balik layar, atau melalui jalan diplomasi sudah tak diragukan lagi. Bersama Bung Karno, Bung Hatta seolah menjadi tandem yang tak terpisahkan dan dikenang hingga kini. Nama keduanya disematkan menjadi nama jalan, tempat hingga bandara kebanggaan bangsa Indonesia, Soekarno-Hatta.

Terlahir pada 12 Agustus 1902 di Bukittinggi, Sumatera Barat, Mohammad Hatta merupakan anak dari seorang ibu keluarga terkaya disana. Ayahnya, Haji Mohammad Djamil meninggal ketika Bung Hatta masih berusia delapan bulan. Dia adalah anak laki-laki satu-satunya, enam saudaranya adalah perempuan. Nama besar Bung Hatta tidaklah membuat dirinya jumawa akan gelar dan hingar bingar jasa yang telah ditorehkannya.

Bung Hatta hidup dalam kebersahajaan dan kesederhanaan walaupun dia adalah tokoh besar bangsa ini. Walaupun sederhana, sosoknya sangatlah berwibawa dan menginspirasi semua orang. Sebagai layaknya seorang manusia, Bung Hatta memiliki sisi lain yang unik. Dan berikut beberapa sisi lain Bung Hatta yang disadur dan dirangkum dari buku ‘Indonesia Poenja Tjerita’.

  • Bung Hatta adalah sosok suami yang menyayangi keluarga. Menikahi Rahmi pada 18 November 1945, dia selalu memperhatikan arah sinar matahari ketika mengendarai mobil. Jika sinar matahari ada di kanan, Bung Hatta akan duduk di sebelah kanan. Ketika Rahmi melahirkan anak pertamanya, Bung Hatta membawa sandwich buatannya sendiri untuk sang istri.
  • Kecintaannya terhadap buku, membuat koleksinya berjumlah ribuan. Gajinya sebagai wakil presiden kala itu, selalu habis untuk membeli buku. Si Bung pun pernah mengembalikan dana taktis sebesar Rp. 25.000 yang sebenarnya adalah haknya.
  • Bung Hatta tak pernah gila akan ambisi. Dia pernah menolak semua tawaran untuk menjabat komisaris perusahaan nasional dan internasional. Tawaran dari World Bank pun ditolaknya.

  • Walaupun sebagai wakil presiden, dia bukanlah orang kaya. Bung Hatta pernah menyimpan guntingan iklan sepatu Bally di dompetnya. Berharap kelak bisa membelinya, namun sampai akhir hayatnya keinginan tersebut tak pernah tercapai.

  • Tandem Soekarno ini pernah berjanji, tak akan menikah selama Indonesia belum merdeka. Janji itupun ia tepati, setelah tiga bulan Indonesia merdeka dia menikahi Rahmi pada 18 November 1945.

  • Beda dari yang lain, mas kawin yang diberikan Hatta bukanlah emas, barang mewah, atau paket liburan layaknya para elit masa kini. Buku karyanya yang berjudul ‘Alam Pikiran Yunani’, adalah mas kawin terbaik darinya untuk sang istri.

  • Penyejuk udara pertama milik Bung Hatta masih tersimpan dan dipasang di perpustakaan pribadinya. Soal buku, dia tak suka cara membaca dengan melipat sampul depan hingga bertemu sampul belakang.

  • Gelar Doktor Honoris Causa diperoleh Bung Hatta dari UGM pada 27 November 1956. Sementara UI menganugerahi gelar yang sama pada bidang hukum tahun 1975. Kemudian, Universitas Padjadjaran memberinya jabatan guru besar luar biasa di bidang politik kepadanya.

  • Dia adalah seorang nasionalis sejati. Bung Hatta menolak untuk menginjakkan kakinya di Singapura karena negeri singa itu telah menjatuhkan hukuman gantung kepada dua marinir Indonesia, Usman dan Harun. Hatta menganggap hukuman itu adalah bentuk penghinaan.

  • Itulah sekelumit sisi lain dan keteladanan dari Bung Hatta. Kepergiannya menghadap Ilahi pada 14 Maret 1980 membawa duka yang mendalam bagi bangsa. Namun, jasa dan ketauladaannya telah menginspirasi banyak orang hingga kini. Terutama tentang semangat kebersahajaan, membaca dan cinta tanah air.


    Sumber :

    • Sejarah RI. 2016. ‘Indonesia Poenja Tjerita’. Yogyakarta : Bentang Pustaka

    Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

    Artikel ini dibuat oleh Kawan GNFI, dengan mematuhi aturan menulis di GNFI. Isi artikel ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis. Laporkan tulisan.

    Terima kasih telah membaca sampai di sini