Revolusi Alat Pembayaran Pasar Tradisional di Era Digital

Revolusi Alat Pembayaran Pasar Tradisional di Era Digital
info gambar utama

Sebuah inovasi baru dari JAK-Mikro untuk berovolusi dari penjualan tradisional ke digital. Ia pun mencoba untuk memindahkan transaksi dari 110.000 pedagang di pasar tradisional DKI Jakarta ke bentuk digital. Target awal dari JAK-Mikro adalah 500.000 pedagang di jakarta dalam kurun waktu 1 tahun.

Dalam profilnya, JAK-mikro menyebut bahwa dirinya sebagai startup fintech yang beroperasi di bawah nama PT. Mikrobisnis Digital Sejahtera dan Yayasan Bina Mikro Mandiri. Pendirinya, Debbie Sianturi dan Rahmad Widjaja Sakti terdaftar juga sebagai pengurus Kamar Dagang Indonesia (KADIN).

JAK-mikro beralasan mengincar usaha kecil menengah (UKM) di pasar tradisional karena di sana banyak yang belum tersentuh ekosistem pembayaran digital. Tanpa terlibat di ekosistem digital, merekapun sangat yakin jika UKM akan kesulitan dalam bersaing dimasa depan.

Langkah awal yang dilakukan JAK-Mikro ialah menjejakan kaki ke pasar Mayestik. Dalam waktu dua minggu, mereka mengklaim sudah meyakinkan 54 kios agar memakai transaksi non-tunai. Mereka menargetkan 90 persen dari 1.200 pedagang di Pasar Mayestik akan beralih ke transaksi digital pada akhir Januari 2018.

Debbie Sianturi berkata untuk sementara ini mereka masih menggencarkan edukasi kepada pedagang di pasar. Ia berkeyakinan jika adopsi digital sudah maksimal UKM akan berkembang lebih cepat."Kita masih mendidik dan mendampingi UMKM untuk tidak alergi kepada uang digital."

Langkah konkret pertama yang mereka tempuh yakni mengajak pedagang memakai uang elektornik dalam setiap transaksinya. JAK-mikro memilih TCash sebagai uang elektronik untuk dipakai para pedagang.

Keterangan Gambar (© Pemilik Gambar)
info gambar

Rahmad mengatakan pemilihan TCash akan lepas dari layanan mereka mudah digunakan dan pernah bekerja sama sebelumnya. Namun ia tak menutup kemungkinan JAK-mikro bakal menawarkan alternatif uang elektronik selain layanan uang elektronik besutan Telkomsel itu."Untuk sementara TCash dulu, kalau sudah bagus kita teruskan," ujarnya.

Mekanisme yang terjadi dalam upaya digitalisasi ini adalah uang elektronik yang diterima pedagang melalui TCash langsung ditransfer secara otomatis ke rekening mereka. Uang tersebut kemudian bisa diambil pedagang dalam waktu 24 jam setelah transaksi terjadi.

Tantangan lain bagi Debbie dan Rahmad dalam usaha mereka adalah banyaknya UKM atau pedagang yang belum memiliki rekening bank. Meski tak tahu jumlah pastinya, Rahmad meyakini masih banyak pedagang di Pasar Mayestik yang belum punya rekening.

Padahal rencana awalnya dalam kurun 2018 nanti, JAK-mikro sudah menargetkan 110.000 pedagang dan UKM di 150 pasar tradisional Jakarta menggunakan transaksi digital. Setelah UKM dan pedagang di pasar tradisional, mereka akan lanjut mengajak toko kelontong dan kaki lima memakai transaksi non-tunai.

"Mereka butuh bank dan kita perlu ajak bank ke sini," ucap Rahmad. JAK-mikro rencananya akan mengutamakan bank daerah yakni Bank DKI untuk menawarkan rekening kepada UKM dan pedagang.


Sumber:

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Artikel ini dibuat oleh Kawan GNFI, dengan mematuhi aturan menulis di GNFI. Isi artikel ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis. Laporkan tulisan.

Terima kasih telah membaca sampai di sini