Prediksi Perkembangan Startup di Indonesia Tahun 2018

Prediksi Perkembangan Startup di Indonesia Tahun 2018
info gambar utama
Tahun 2018 merupakan tahun yang tampaknya bakal diperhatikan oleh para pegiat startup di Indonesia. Setelah pada tahun 2017 Indonesia tercatat menerima investasi hingga mencapai lebih dari US$ 3 Miliar, tahun depan diperkirakan akan ada lebih banyak lagi investasi yang masuk.

Seperti dikutip dari Tech In Asia Indonesia, Vice President Sequoia Capital, Pieter Kemps mengungkapkan bahwa tahun 2017 merupakan tahun dari gelombang pertama perkembangan startup di Indonesia. Di tahun 2017, startup yang bersifat komoditas umum seperti marketplace, transportasi dan travel tumbuh pesat. Terbukti peraih status unicorn pada hingga tahun 2017 ditempati oleh startup-startup disektor tersebut dan menjadi sangat dominain.

"Banyak hal yang akan terjadi setelah ini, akan ada gelombang kedua yang siap datang," ujar Kemps.

Kemungkinan, gelombang kedua yang siap datang yang dimaksud adalah investasi untuk startup-startup lain dibidang yang saat ini masih belum banyak berkembang di Indoensia namun memiliki potensi untuk berkembang. Seperti yang diungkapkan oleh Business Development Golden Gate VC, Dea Sujadi yang menjelaskan bahwa startup di bidang health care, teknologi agrikultur, dan teknologi pendidikan adalah startup-startup yang harus lebih banyak muncul.

Sementara itu dari para pemain startup sektor legal atau hukum, mereka pun optimis bahwa tahun 2018 bisa menjadi momentum pertumbuhan yang pesat. CEO Lawbie misalnya yang mengungkapkan pada Tech In Asia Indonesia bahwa Regtech atau Legaltech akan lebih baik. "Meski kerap dianggap sebagai ranah yang kurang seksi namun seiring dengan meningkatnya kesadaran masyarakat, terutama kalangan menengah atas, perkembangan industri ini akan terdorong ke arah yang lebih baik," jelasnya.

Sektor fintech pun tidak ketinggalan semakin seksi. Setelah pada tahun 2017 teknologi finansial di Indonesia tumbuh dengan diiringi bermunculannya regulasi pemerintah. Tahun 2018 bisa jadi adalah tahun dimana startup teknologi finansial di Indonesia untuk melenggang.

Finansial teknologi milik salah satu unicorn di Indonesia misalnya, Go-Jek dengan Go-Paynya di tahun 2018 akan berdiri secara mandiri terlepas dari induknya. Hal ini diwujudkan dengan upaya Go-Jek untuk mengakuisisi tiga perusahaan finansial teknologi pada awal Desember yang lalu.

Perbankan konvensional pun tampak tidak ketinggalan, mereka mulai banyak untuk turun gunung. Bersaing memperebutkan kue di sektor finansial teknologi. Seperti yang dilakukan oleh MCI, perusahaan modal ventura milik bank plat merah Indonesia, Bank Mandiri yang telah berinvestasi pada tujuh startup dengan nilai total sebesar US$ 22,4 juta. Beberapa startup yang didanai tersebut adalah perusahaan digital yang bergerak di bidang finansial teknologi.

Begitu pula dengan bank BTPN yang telah mengucurkan dana sebesar US$ 131 juta untuk teknologi finansial bernama Jenius. Tidak ketingalan, DBS Indonesia juga belum lama ini meluncurkan digibank yang memberikan solusi pelayanan perbankan yang benar-benar tanpa kertas dan tanpa tanda-tangan secara fisik.

Namun meski potensi tahun 2018 diperkirakan cukup besar, Indonesia masih terdapat pekerjaan rumah yang harus diselesaikan. Selain dari sektor regulasi, Indonesia juga harus memikirkan bagaimana untuk mampu mencetak tenaga kerja teknologi informasi yang berkualitas untuk menjawab kebutuhan perusahaan-perusahaan digital yang akan terus bermunculan. Sebab saat ini Indonesia diperkirakan masih membutuhkan lebih dari 7.000 tenaga ahli informatika.

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Artikel ini dibuat oleh Kawan GNFI, dengan mematuhi aturan menulis di GNFI. Isi artikel ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis. Laporkan tulisan.

Terima kasih telah membaca sampai di sini