Ini Lah 16 Start-Up Indonesia Terbaik Tahun 2017 Versi Koran Tempo

Ini Lah 16 Start-Up Indonesia Terbaik Tahun 2017 Versi Koran Tempo
info gambar utama

Pada akhir tahun lalu Tempo Media Group memberikan penghargaan kepada 16 start-up milik anak bangsa yang telah berdampak bagi lingkungan sosial dan telah bertahan dari segi bisnis.

Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini juga hadir dan memberikan penghargaan, dalam sambutannya ia mengatakan bahwa tantangan generasi muda di depan tidak mudah karena dihadapkan pada persaingan dalam perdagangan bebas. Namun ia juga mengatakan bahwa semua bisa dilakukan asalkan ada kemauan dan generasi muda perlu diberi ruang untuk terus berkarya.

Pemenang Best Social Impact

  1. KARAPAN

Keterangan Gambar (© Pemilik Gambar)

Karapan adalah sebuah aplikasi penjualan produk peternakan. Ide ini muncul saat Badrut Tamam Hikmawan mulai resah karena 68 persen produk peternakan sapi yang dikelola 5,7 juta peternak lokal ternyata belum bisa diserap pasar domestik.

Karapan telah menggandeng 200 peternak sapi, juga bekerja sama dengan Pusat Pelatihan Pertanian dan Pedesaan Swadaya untuk melatih peternak memotong daging sesuai dengan standar aman, sehat, utuh, dan halal (ASUH). Dalam tiga setengah bulan, omzet penjualan daging sapi melalui Karapan mencapai Rp 800 juta. Karapan juga melayani pesanan daging kurban dengan total transaksi Rp 3,2 miliar. Tamam menargetkan pada 2020 penjualan daging sapi bisa mencapai 8.500 ton.

  1. GARDA PANGAN

Keterangan Gambar (© Pemilik Gambar)

Garda pangan adalah komunitas sekaligus start-upfood bank yang dicetuskan oleh Dedhy Bharoto Trunoyudho pada bukan April 2017 di Surabaya. Garda pangan memantau ketersediaan pasokan melalui aplikasi berbasis website secara real time. Sistem serupa dipakai untuk menaksir pasokan dan kebutuhan. Sejauh ini, kata Dedhy, mereka sudah mengumpulkan 3.429 paket makanan sisa ke 3.103 penerima dan mengolah 857 kilogram makanan basi menjadi biogas.

Dedhy dan koleganya mengumpulkan makanan sisa di sebuah gudang. Para relawan di komunitas ini kemudian mengecek kualitasnya. Makanan yang masih bagus dikemas ulang dan dibagikan ke panti asuhan ataupun warga lain yang membutuhkan. Yang tidak layak konsumsi dijadikan kompos dan biogas.

Dedhy sebagai pendiri merasa dengan adanya gerakan food bank akan banyak sekali potensi makanan dari industri yang bisa dimanfaatkan untuk mengatasi kerawanan pangan sekaligus mengurangi kerusakan lingkungan.

Bahkan sekarang Garda pangan telah terpilih sebagai salah satu 20 start-up terbaik dalam ASEAN Young Sociopreneur Program.

  1. JAHITIN

Keterangan Gambar (© Pemilik Gambar)

Jahitin atau jahitin.com didirikan pada bulan September 2016. Asri Wijayanti seorang mahasiswi Universitas Brawihjaya adalah pendiri jahitin yang juga sekaligus fashionpreneur. Sekarang Jahitin sudah merangkul 200 penjahit untuk bergabung dalam start-up Jahitin.

Jahitin dapat berdiri karena Asri resah atas rendahnya upah penjahit rumahan. Rata-rata pendapatan mereka hanya berkisar Rp 1 juta per bulan. Melalui Jahitin, kata Asri, kenaikan pendapatan penjahit bisa mencapai Rp 3 juta per bulan.

Pelanggan hanya perlu mengisi data pesanan yang memuat kolom identitas, ukuran baju, dan model yang diinginkan. Konsumen juga bisa mengunggah foto model baju. Jika sudah pas, konsumen mengirim kain ke alamat penjahit yang sudah dipilih. Pembayaran bisa dilakukan di muka atau setelah pesanan selesai.

Asri menargetkan pada 2019 Jahitin bisa melayani 20 ribu transaksi, dari tahun ini sebanyak 150 transaksi.

Pemenang Best Sustainable

  1. PIJAR

Keterangan Gambar (© Pemilik Gambar)

Pijar adalah sebuah situs online yang menjadi perantara antara psikolog dengan orang yang memiliki masalah dan ingin berkonsultasi. Cita-cita Pijar adalah Indonesia bisa lebih sehat lagi secara mental.

Awalnya, Pijar bermitra dengan 14 psikolog. Kini mereka menggandeng 24 psikolog, 27 konselor profesional, dan 3 mahasiswa magister profesi. Pijar pun tak cuma mengurusi masalah psikologi klinis. Ada juga layanan bernama Pijar for Business yang melayani permintaan dari korporasi untuk urusan personalia dan psikologi industri. Pijar pun berani membidik 2 persen dari pangsa pasar psikologi industri yang nilainya mencapai Rp 38 miliar per tahun.

  1. PASIENIA

Keterangan Gambar (© Pemilik Gambar)

Fadli Wilihandarwo adalah sarjana kedokteran lulusan Universitas Gadjah Mada (UGM) Yogyakarta. Berbekal keinginan untuk meringankan beban penderita kesepian Fadli dan rekan-rekannya merancang sebuah aplikasi berbasis Android pada 2015. Aplikasi itu meluncur di Google Play pada Februari 2016 dan lantas diberi nama Pasienia, penghubung antarpasien yang memiliki kesamaan penyakit, sehingga mereka dapat saling berbagi dan mendukung.

Layaknya media sosial, Pasienia memiliki fitur untuk mengarahkan pasien dengan kategori penyakit tertentu agar saling terhubung. Pasienia memiliki beberapa kategori pasien, seperti jantung, kencing manis, dan kehamilan. Kini, Pasienia memiliki 9.000-an subscriber dengan jumlah interaksi sekitar 3.500.

  1. BAHASO

Keterangan Gambar (© Pemilik Gambar)

Bahaso adalah sebuah platform pengajaran bahasa asing secara online yang dirintis oleh Ttovan Ari Widagdo pada 2014 silam. Aplikasi ini ia rancang setelah merasa hasil kursus bahasa Inggris di salah satu lembaga ternama kurang maksimal. Ia merasa bahwa belajar seharusnya daoat dilakukan kapan saja dan dimana saja.

Bahaso memiliki sistem kurikulum berdasarkan level tertentu di antaranya Beginner, Elementary, dan Intermediate. Bahaso juga menggandeng Universitas Indonesia (UI) dalam memikirkan konsep dan kurikulum yang benar. Bahaso mengadopsi konsep learning by content dengan pendekatan metode discovery learning berdasarkan kurikulum The Common European Framework of Reference for Languages. Kini Bahaso memiliki lebih dari 12 ribu pengguna, sebagian berada di luar negeri. Di samping memberi pelajaran gratis, Bahaso memiliki layanan berbayar.

Pemenang Best Social Impact dan Best Sustainable

  1. RILIV

Keterangan Gambar (© Pemilik Gambar)

Audrey Maximillian Herli adalah seorang lulusan jurusan sistem informasi dari Universitas Airlangga yang kemudian mengajak dua rekannya, Christopher Herli dan Fachrian Anugerah, untuk membuat sebuah platform obrolan serta konsultasi.

Berbekal keresahan karena tingginya angka kasus bunuh diri maka Audrey membuat RILIV, sebuah aplikasi private messaging perantara seseorang yang bermasalah dengan reliever atau penenang batin. Reliever adalah para ahli ilmu kejiwaan.

RILIV kini telah bekerja sama dengan Himpunan Psikologi Indonesia Jawa Timur untuk menggandeng psikolog ahli (expert) dan mahasiswa jurusan psikologi sebagai tenaga reguler.

  1. REBLOOD

Keterangan Gambar (© Pemilik Gambar)

Ide mendirikan Reblood berawal dari kegelisahan Leonika Sari Njoto Boedioetomo. Rata-rata dalam setahun terjadi kekurangan 1 juta kantong darah. Di lain pihak, banyak masyarakat yang ingin menjadi donor tapi tak mengetahui cara mudahnya. Leonika pun berpikir untuk membuat aplikasi yang menghubungkan para donor dengan mereka yang membutuhkan darah.

Reblood adalah sebuah platform yang memfasilitasi kegiatan donor darah, terutama para milineal yang akrab dengan internet.

Reblood, yang meluncur pada September 2015, berisi daftar kegiatan donor dan informasi lain yang diperlukan. Calon donor tinggal membuka aplikasi ini dan menemukan lokasi tempat kegiatan donor darah atau rumah sakit yang bisa melayani kegiatan sosial ini. Dengan informasi dan kemudahan yang tersedia di aplikasi ini, banyak anak muda yang tertarik menjadi donor. Kini Reblood sudah menggandeng 12 ribu pengguna dari Surabaya.

Pemenang Best Newcomer

  1. SAMPAH MUDA

Keterangan Gambar (© Pemilik Gambar)

Reanes Putra dan tim Sampah Muda merubah sampah menjadi rupiah di Kota Semarang, Jawa Tengah. Melalui Sampah Muda, Reanes mengajak masyarakat menjaga lingkungan sekaligus berbisnis. Caranya mudah. Masyarakat cukup memilah sampah rumah tangganya, dari sampah organik, sampah plastik, hingga sampah berbahan berbahaya. Tim Sampah Muda kemudian membeli sampah tersebut untuk kemudian diolah.

Melalui aplikasi telepon seluler dan situs Internet, warga bisa memanggil tim Sampah Muda untuk menjemput limbah rumah tangganya. Sampah Muda sudah beroprasi di beberapa titik di kota semarang, yaitu Tembalang, Gunungpati, Gajahmungkur, Genuk, dan Mijen.

Hingga saat ini, Sampah Muda sudah menampung 27 ton sampah dari lebih dari 1.109 warga Semarang dan sekitarnya. Dari volume sampah yang terkumpul, Sampah Muda meraih omzet Rp 29 juta. Sampah kertas dan plastik hasil tadahan dibawa ke pabrik pengolahan untuk didaur ulang. Adapun sampah berbahaya, seperti baterai bekas, akan dihancurkan dan dilebur.

  1. BIZHARE

Keterangan Gambar (© Pemilik Gambar)

Sulitnya akses modal bagi usaha kecil dan menengah (UKM) adalah masalah klasik. Bagi lembaga keuangan seperti bank, UKM tidak punya prospek cerah untuk dipinjami modal. Ironisnya, skema pendanaan modern, seperti crowdfunding (penggalangan modal) atau peer to peer lending (pinjaman langsung dari lembaga teknologi finansial), kerap meminta jaminan aset yang sulit disanggupi UKM. Berdasarkan data Kementerian Koperasi dan Usaha Kecil Menengah, ada 57,9 juta UMKM di Tanah Air. Sebanyak 48 persen dari mereka menghadapi kendala akses modal ke lembaga keuangan.

Melihat fenomena tersebut, Heinrich Vincent berpikir untuk membentuk skema pendanaan baru yang ia sebut equity crowdsharing. Skema tersebut mengatur penyertaan modal masyarakat sebagai investor ke suatu badan usaha. Pemodal bisa memasukkan dana ke bisnis baru atau yang sudah mendulang untung, untuk kemudian mendapat pembagian laba secara berkala. Dia pun merancang platform bernama Bizhare untuk menggarap skema investasi ini.

Equity crowdsharing dapat meminimalkan risiko bagi investor maupun badan usaha. Equity crowdsharing mengutamakan pembagian keuntungan sehingga para investor bisa menerima pendapatan pasif. Profit bisa segera diberikan kepada investor layaknya dividen di pasar modal, sesuai dengan porsi kepemilikan saham.

Best Newcomer

  1. SHUSI

Keterangan Gambar (© Pemilik Gambar)

SHUSI adalah sebuah sistem trading rumput laut. Muhammad Azhari Dadas merasagerah melihat para petani rumput laut skala kecil tak bisa menikmati hasil kekayaan laut Nusantara lantaran dijerat berbagai persoalan. Dengan Shushi, petani bisa langsung terhubung dengan konsumen dan menikmati tingginya harga komoditas tersebut di pasar.

Sushi berhasil menggandeng beberapa paguyuban petani rumput laut di Bali. Shushi memakai skema bagi hasil, di mana petani mendapat porsi keuntungan 55 persen, dan sisanya menjadi komisi. Nilai tambah yang diberikan Shushi berupa kemasan khusus dan channel pemasaran, sehingga produk rumput laut dari petani dapat diterima langsung oleh konsumen. Agar produksinya bertambah besar, Azhari dan timnya melakukan pendekatan ke petani-petani rumput potensial di luar Bali, seperti Nusa Tenggara Barat. Azhari menargetkan menguasai 10 persen dari pangsa pasar rumput laut nasional yang mencapai US$ 84 juta.

  1. CAMP ON FARM

Keterangan Gambar (© Pemilik Gambar)

Camp On Farm adalah sebuah start-up di bidang parawisata. Menurut Heddiaty Dewi Elfirda kehidupan petani memiliki potensi untuk dikembangkan sebagai obyek wisata. Terlebih di tempat tinggalnya, Bandung, yang memiliki banyak lahan pertanian di pegunungan dan cocok menjadi tujuan wisata. Melalui Camp on Farm, Hedda berupaya menggairahkan pariwisata dan membantu para petani mendapatkan penghasilan tambahan. Camp on Farm menawarkan wisatawan untuk berkunjung ke lahan pertanian atau peternakan petani di sekitar wilayah Kota dan Kabupaten Bandung. Selain mempelajari pola kehidupan petani, wisatawan akan disuguhkan panorama alam yang belum banyak terekspos lantaran destinasi tersebut merupakan murni lahan pertanian.

  1. LINDUNGI HUTAN

Keterangan Gambar (© Pemilik Gambar)

Fenomena kebakaran hutan yang sering terjadi di Indonesia memabuat Hario Laskito dan teman-temannya membentuk gerakan peduli hutan. Lindungi Hitan adalah sebuah perusahaan rintisan dengan menghimpun donasi model crowdsourcing.

Lindungi Hutan memberikan pilihan kepada masyarakat untuk berperan aktif menjaga lingkungan. Selain donasi berupa uang, Hario menampung sumbangan berupa bibit pohon atau hewan.

Para donatur dipersilakan untuk meninjau langsung setiap aksi pelestarian lingkungan yang dilakukan dan mendapat laporan secara berkala tiga bulan sekali. Datanya pun akurat lantaran di setiap lokasi aksi Lindungi Hutan diberi alat pantau.

Sejak didirikan pada 2016, sudah ada tujuh aksi pelestarian lingkungan yang dijalankan. Dari tujuh aksi tersebut, Lindungi Hutan telah menanam 6.178 pohon dengan 479 relawan yang terlibat.

Pemenang Readers Choice Start-Up

  1. Ruang Guru

Keterangan Gambar (© Pemilik Gambar)

Ruang guru adalah sebuah layanan penyedia guru les privat yang siap dipanggil ke rumah. Kualitas guru ditentukan peringkat yang diberikan pengguna jasa sebelumnya. Sistemnya bagi hasil. Ruang Guru mendapat 30 persen dari tarif les.

Kemitraan juga dijalin Ruang Guru bersama 26 provinsi dan 300 kabupaten/kota. Pemerintah daerah mewajibkan sekolah-sekolah menggunakan Ruang Guru sebagai platform ujian try out. Kongsi ini menambah 1,7 pelanggan tambahan bagi Ruang Guru. Sedangkan mitranya saat ini mencakup 80 ribu guru di 34 provinsi.

  1. LIMA KILO

Keterangan Gambar (© Pemilik Gambar)

Lima Kilo adalah sebuah aplikasi tempat membeli bahan pangan yang bisa langsung diantar ke depan pintu. Aplikasi Lima Kilo kini melayani penjualan 31 aneka pangan, seperti kentang, bawang, gula, hingga daging ayam. Barang diperoleh langsung dari petani yang diantar ke gudang Limakilo setiap pagi.

Akibat prospek bisnis ini, Limakilo mendapat suntikan modal dari East Venture. Walesa enggan menyebutkan nilai dana segar yang masuk ke perusahaannya. Ia hanya mengatakan besarannya Rp 1-5 miliar.

  1. Ahli Jasa

Keterangan Gambar (© Pemilik Gambar)

Bersama Dimas Astrawijaya, Jay mendirikan Ahli Jasa pada 2016. Melalui aplikasi ini, konsumen tinggal memasukkan alamat, lalu pakaian kotornya akan dijemput. Tarifnya Rp 49 ribu per kantong dengan kapasitas normal 6 kilogram alias Rp 8.000 per kilogram. Bila ditotal, omzetnya rata-rata mencapai Rp 400 juta per bulan.

Pada Januari 2016, perusahaan teknologi asal Jepang, Infocom Corporation, dan modal ventura asal Silicon Valley, Fenox Venture Capital, menyuntikkan modal US$ 50 ribu (sekitar Rp 666 juta). Infocom dan Fenox memilih Ahli Jasa sebagai salah satu peserta akselerasi start-up mereka.


Sumber: investigasi.tempo.co

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Artikel ini dibuat oleh Kawan GNFI, dengan mematuhi aturan menulis di GNFI. Isi artikel ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis. Laporkan tulisan.

Terima kasih telah membaca sampai di sini