Uniknya Kota Singkawang, Kalimantan Barat

Uniknya Kota Singkawang, Kalimantan Barat
info gambar utama

Singkawang, salah satu kota yang berada di Kalimantan Barat ini ramai dikunjungi wisatawan karena memiliki keistimewaan tersendiri. Keanekaragaman masyarakat Tionghoa, Dayak dan Melayu hingga kadang masyarakat Singkawang di singkat menjadi CiDaYu.

Karena banyaknya jumlah masyarakat Tionghoa di kota ini sehingga sering juga disebut sebagai kota Amoy. Singkawang memiliki banyak keunikan yang tidak bisa kita temukan di tempat lain.

1. Perayaan Cap Go Meh

Tatung dalam Perayaan Cap Go Meh, Singkawang | foto : Getty Images
info gambar

Setiap hari kelima belas di kalender Cina dirayakan Cap Go Meh, yang artinya “malam kelima belas”. Rangkaian acara dimulai dari beberapa hari sebelum Cap Go Meh, dengan pawai lampion dan pemberkatan tatung di vihara-vihara. Tatung adalah orang yang dirasuki roh leluhur atau para dewa. Mereka menjadi kebal, tidak merasa sakit atau berdarah saat badannya ditusuk besi tajam dan disayat golok tajam.

Tujuan utama tatung adalah membersihkan kota dari roh-roh jahat agar masyarakat diberkati sepanjang tahun. Inilah yang menjadi salah satu daya tarik ramainya kota Singkawang di awal tahun. Para Tatung digiring mengelilingi kota dan dilakukan pada pagi hari.

Pertunjukan ekstrem ini merupakan kegiatan tahunan masyarakat Tionghoa di Singkawang.

2. Vihara dan masjid tertua di Singkawang

Vihara dan Masjid SIngkawang | foto : TripTrus
info gambar

Salah satu wujud tingginya tingkat toleransi beragama di kota Singkawang adalah adanya Vihara Tri Dharma Bumi Raya yang berseberangan dengan Masjid Raya, yang merupakan masjid terbesar di Kota Amoy itu.


Vihara yang populer dengan sebutan Pekong Toa ini sudah berusia hampir 200 tahun, Sampai sekarang vihara ini menjadi vihara utama di Singkawang. Semua tatung yang berparade di hari Cap Go Meh harus diberkati terlebih dahulu di sini agar mendapat kesaktian.

Sementara itu, bangunan asli Masjid Raya sudah berdiri sejak tahun 1885, yang kemudian dibangun kembali dengan megah tahun 1936 setelah habis terbakar.

Apabila dilihat dari sisi Vihara, terlihat seolah kedua tempat ibadah itu bersisian satu sama lain.

3. Kerukunan antarumat beragama

Kota Singkawang memiliki kerukunan antar umat beragama yang sangat tinggi. Penduduknya mayoritas Melayu, Tionghoa, dan Dayak. Masjid dan vihara tertua yang bertetangga tadi adalah salah satu contoh kerukunan tersebut.

Masyarakat yang meyaksikan pertunjukan Cap Go Meh pun tidak hanya masyarakat Tionghoa, akan tetapi dari berbagai suku dan agama lainnya juga turut menyaksikan. Begitu pula saat perayaan agama lain, seperti menjelang Lebaran, penduduk lain yang nonmuslim pun ikut memeriahkan acara.

Kulturasi budaya dikota ini memanglah sangat kental, akan tetapi perasaan untuk saling menghormati satu sama lain tetap terjaga.

4. Perumahan tionghoa berusia 100 tahun

Perumahan Tua Tionghoa, Singkawang | foto : CNNIndonesia
info gambar

Di sekitar Pekong Toa terdapat sebuah kawasan yang bisa dibilang masih cukup Tradisional. Lokasi tepatnya di Gang Mawar, di samping Sungai Singkawang. Di kawasan ini ada beberapa rumah Tionghoa yang berusia lebih dari seratus tahun, lengkap dengan ruang serbaguna dan kelenteng kecil khusus untuk penghuni kawasan.

Walaupun sudah mengalami renovasi, model dan fungsi bangunannya masih dipertahankan seperti aslinya. Tidak sedikit para wisatawan yang berkunjung ke tempat ini.

5. Patung naga di tengah kota

Bagi orang tionghoa naga melambangkan kekuatan dan keberuntungan, maka tidak heran jika banyak patung naga di Kota Singkawang itu. salah satunya adalah patung naga ditengah kota, tepatnya di persimpangan Jalan Kempol Mahmud dan Jalan Niaga. Uniknya, patung naga dibuat menghadap cenderung ke atas, bukan ke samping seperti biasanya.

Ini dikarenakan adanya kepercayaan bahwa toko yang berhadap-hadapan dengan naga akan bernasib sial sehingga tak ada pemilik toko yang mau kalau patung naga dibuat menghadap tokonya. Karena dikelilingi toko di segala penjuru, maka patung ini dibuat menghadap cenderung ke atas, setidaknya badannya yang melilit dari bawah ke atas. Jadi, semua bisa dapat keberuntungan (hoki).


Sumber:

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Artikel ini dibuat oleh Kawan GNFI, dengan mematuhi aturan menulis di GNFI. Isi artikel ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis. Laporkan tulisan.

Terima kasih telah membaca sampai di sini