Modernisasi Navigasi 109 Bandara di Papua, Gunakan Teknologi Buatan Indonesia

Modernisasi Navigasi 109 Bandara di Papua, Gunakan Teknologi Buatan Indonesia
info gambar utama
Papua merupakan bagian dari Indonesia yang memiliki kondisi geografis yang cukup ekstrim. Hutan belantara menghampar dan bergunung-gunung sehingga akses transportasi menjadi tantangan yang harus dihadapi saat ingin menjangkau wilayah terpencil.

Salah satu solusi untuk tantangan tersebut adalah dengan transportasi udara atau menggunakan pesawat dengan membuka bandara-bandara kecil. Namun karena bandara ini berskala kecil, teknologi yang digunakan pun juga sangat sederhana sehingga berkontribusi pada resiko kecelakaan penerbangan. Kabar baiknya, sebagai bentuk upaya meningkatkan kualitas bandara di Papua, Air Nav Indonesia bekerja sama dengan Bada Usaha Milik Negara (BUMN) untuk melakukan modernisasi navigasi di Papua.

Setidaknya terdapat 109 bandar udara yang akan mendapatkan teknologi terbaru ini. Dan menariknya teknologi navigasi ini adalah teknologi yang berhasil dikembangkan oleh para ahli dari Indonesia sendiri.

Seperti diberitakan detikFinance (12/1) Menteri BUMN Rini Soemarni menjelaskan program modernisasi navigasi ini adalah komitmen pemerintah untuk membangun Papua. Program ini mendukung program prioritas pemerintah di sektor transportasi udara yang meliputi peningkatan akses konektivitas, keselamatan dan efisiensi penerbangan.

"Dengan kondisi geografis Papua, transportasi udara merupakan moda krusial bagi masyarakat Papua. Sehingga program modernisasi layanan navigasi penerbangan ini kami luncurkan demi meningkatkan konektivitas udara pada 109 bandara papua. Harapannya melalui program ini, konektivitas udara di wilayah Papua meningkat sehingga turut menunjang pertumbuhan ekonomi dan peningkatan kesejahteraan masyarakat Papua," ujar menteri Rini.

Modernisasi teknologi navigasi ini sendiri berupa peningkatan kemampuan radar yakni dengan implementasi sistem berbasis satelit, ADS-B (Automatic Dependent Surveillance-Broadcast) dan juga penerapan PBN (performance-based navigation). Teknologi ini nantinya akan mampu membuat penerbangan di Papua semakin mudah untuk dideteksi dan mudah diawasi.

Sementara itu, Direktur Utama AirNav Indonesia, Novie Riyanto menjelaskan bahwa pihaknya menggunakan ADS-B yang telah dikembangkan oleh Badan Penerapan dan Penelitian Teknologi (BPPT). Teknologi ini telah diluncurkan pada tahun 2017 dan diproduksi oleh PT INTI. Untuk sementara Airnav akan memasang teknologi ini di tujuh lokasi di Papua dan ditempatkan di sejumlah properti milik bank BUMN seperti Bank Mandiri, BRI dan BNI.

"Ini mempercepat program modernisasi karena kami menghemat waktu dengan menempatkan ADS-B di properti teman-teman Bank yang sudah ada lebih dulu. Bisa dibayangkan jika kami harus membangun properti lagi untuk memasang perlengkapan ADS-B, apalagi jika listrik di daerah tersebut belum terinstalasi, ini akan memakan waktu," ungkap Novie.

Program modernisasi yang telah dilakukan sejak tahun 2015 ini sendiri telah memakan biaya sebesar Rp 3,7 miliar di tahap pertama. Sementara meningkat menjadi Rp 85 miliar pada tahun 2016 dengan 12 program. Sementara pada tahun 2017 nilai program melonjak menjadi Rp 138 miliar untuk 72 program.

Selain teknologi navigasi, AirNav Indonesia juga menerapkan prosedur Performance-Based Navigation (PBN) di Papua. PBN sendiri merupakan prosedur navigasi yang melibatkan teknologi penerbangan termutakhir.

Diharapkan penerapan PBN ini akan mampu mengurangi jarak terbang maupun jarak separasi antar pesawat. Sehingga mampu meningkatkna kapasitas ruang udara yang pada akhirnya akan meningkatkan keselamatan dan efisiensi penerbangan. Pun berkat penerapan hal ini, konsumsi bahan bakar pesawat juga diklaim akan semakin hemat.

"Melalui berbagai program yang diluncurkan tersebut dan sinergi dengan para stakeholder penerbangan, runway capacity di Bandara Sentani meningkat dari 19 pergerakan per jam menjadi 32 pergerakan per jam," pungkasnya.

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Artikel ini dibuat oleh Kawan GNFI, dengan mematuhi aturan menulis di GNFI. Isi artikel ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis. Laporkan tulisan.

Terima kasih telah membaca sampai di sini