Sebagaimana diberitakan ANTARA (15/1) Kepala BPS Suhariyanto mengungkapkan bahwa surplus nerasa perdagangan tahun 2017 dinilai sebagai pencapaian yang tinggi dibandingkan tahun 2016. "Tahun 2017 kita mengalami surplus yang jauh lebih tinggi dibandingkan 2016. Surplus pada 2017 sebesar US$ 11,84 miliar ," katanya.
Suhariyanto kemudian menjelaskan bahwa pada tahun 2013 Indonesia sempat mengalami defisi perdagangan sebesar US$ 4,08 miliar, kemudian menurun menjadi US$ di tahun 2,20 miliar. Di tahun 2015 Indonesia menunjukkan surplus sebesar US$ 7,76 miliar dan meningkat kembali tahun 206 sebesar US$ 9,53 miliar.
Bahkan surplus tersebut banyak diraih dari negara-negara pesaing perdagangan seperti India, Amerika Serikat dan Belanda. Suhariyanto menjelaskan dengan India Indonesia mengalami surplus US$ 10,16 miliar, dengan Amerika Serikat US$ 9,44 miliar dan Belanda US$ 3,03 miliar.
Namun Indonesia tidak berarti imun terhadap defisit, Indonesia juga mengalami defisit bila perdagangan dengan negara-negara tetangga seperti Tiongkok, Thailand dan Australia.
Meski begitu, secara total, nilai ekspor Indonesia pada bulan Januari hingga Desember tahun 2017 telah mencapai US$ 168,73 miliar, angka ini meningkat 16,22 persen dibandingkan tahun 2016.
Sementara itu, dari pos impor jumlah total Januari-Desember 2017 mencapai US$ 156,89 miliar atau meningkat 15,66 persen dibanding periode yang sama tahun sebelumnya. Dengan selisih nilai ekspor dan impor tersebut, menghasilkan neraca perdagangan tahun 2017 surplus sebesar US$ 11,84 miliar dolar.
Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News