Dosen Farmasi ini Temukan Obat Antimalaria di Tanaman Johar!

Dosen Farmasi ini Temukan Obat Antimalaria di Tanaman Johar!
info gambar utama

Banyak orang percaya bahwa kondisi tropis Indonesia yang membawa penyakit tropis, juga menawarkan obat-obatnya melalui tanaman tropis. Nampaknya hal tersebut tepat, jika melihat hasil temuan dari Dr. Wiwied Ekasari, M.Si., Apt. Ahli farmakognisi dan fitokimia ini berhasil mengembangkan obat anti malaria dengan cara mengekstraksi kandungan daun Johar atau Cassia Siamea Lamk. Penyakit malaria yang disebarkan vektor Anopheles sp. betina memang identik tersebar di kawasan tropis, salah satunya Indonesia.

Memang, kini telah terdapat berbagai obat malaria di dunia, namun perlu dipahami bahwa penyakit yang disebabkan oleh parasit tipe Plasmodium ini telah berkembang dan mengalami resistensi terhadap beberapa jenis obat. Sehingga perlu adanya pengembangan dari segi pengobatan penyakit malaria, seperti yang Dr. Wiwied teliti. Ceritanya, ia memulai penelitian ini ketika seniornya pernah menceritakan bahwa para pejuang kemerdekaan kita berhasil terhindar dari penyakit malaria ketika di hutan karena menggunakan daun Johar. Akhirnya ia melakukan penelitian ini untuk tesisnya.

“Prajurit itu diperintahkan oleh komandannya untuk meminum perasan air daun Johar. Perasan air sering dipakai untuk menurunkan panas dan malaria. Terbukti bahwa ketika mereka sudah minum perasan air daun, mereka tidak terkena malaria,” ungkap dosen Fakultas Farmasi tersebut dikutip dari Unair News.

Dr. Wiwied Ekasari, M.Si., Apt, penemu kandungan Cassiarin A pada tanaman Johar | Sumber: news.unair.ac.id
info gambar

Hasil dari penelitian Dr. Wiwied menunjukkan bahwa tumbuhan Johar memiliki senyawa cassiarin A yang merupakan senyawa paling aktif dalam melumpuhkan malaria. Hal ini tentu membuka peluang baru untuk menyembuhkan malaria, karena selama ini proses pengobatan malaria hanya menggunakan senyawa klorokuin yang sudah tidak berdampak maksimal akibat parasit yang mulai mengalami resistensi. Oleh karenanya di masa sekarang penggunaan obat malaria hanya menggunakan artemisinin sebagai obat standar.

Dalam penelitiannya Dr. Wiwied kemudian mengombinasikan kedua senyawa tersebut – cassiarin A dan artemesinin – kedalam satu obat. Hal ini didasari oleh regulasi WHO yang menyarankan agar obat anti malaria tidak berdiri sendiri agar tidak terjadi resistensi lagi. Kini Dr. Wiwied sedang meneliti lebih jauh dengan Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan (Balitbangkes) Kementerian Kesehatan Republik Indonesia terkait dengan dosis maksimal fraksi senyawa cassiarin A yang bisa membunuh parasit penyebab malaria. Hal ini dilakukan untuk menemukan batas aman dair penggunaannya.

Dengan adanya temuan ini, Dr. Wiwied melihat bahwa penanganan malaria dapat lebih baik terutama di Indonesia. Tanaman Artemesinin yang kini digunakan sebagai obat hanya terdapat di Tiongkok, sehingga harus diimpor terlebih dahulu. Sedangkan tanaman Johar ada di hampir seluruh wilayah Indonesia. Sehingga masyarakat akan lebih mudah dalam menangani malaria.

Kehadiran temuan ini juga akan membantu dunia kesehatan secara global. karena di Thailand sendiri malaria telah mengalami resistensi terhadap obat artemisinin, sehingga obat dari tanaman Johar bisa dijadikan solusi selanjutnya untuk menyelesaikan permasalahan ini. Jika penelitian terkait dosis ini telah membawa hasil, di tahun 2018 ini Dr. Wiwied akan menggandeng industri dalam negeri untuk melakukan uji klinis pada manusia. Apabila menunjukkan sinyal positif, harapannya obat antimalaria ini bisa diproduksi agar bisa bermanfaat bagi masyarakat tropis, salah satunya Indonesia.

Sumber: news.unair.ac.id

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Artikel ini dibuat oleh Kawan GNFI, dengan mematuhi aturan menulis di GNFI. Isi artikel ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis. Laporkan tulisan.

Terima kasih telah membaca sampai di sini