Transformasi Sungai Sampah Menjadi Sungai Tempat Bermain

Transformasi Sungai Sampah Menjadi Sungai Tempat Bermain
info gambar utama

Sejumlah ruas jalan dan pemukiman di Denpasar dan Badung, Bali dilanda banjir, usai hujan lebat pada Minggu malam (22/01/2018).

Sebagian kawasan pusat wisata Legian terlihat tergenang air, dan difoto dengan drone oleh seseorang. Sungai Tukad Mati meluap, air hujan menggenangi jalan, perumahan, dan hotel. Di Tabanan, di kawasan wisata perbukitan Bedugul, dua warga suami istri meninggal tertimpa longsor pada Selasa (23/1) dini hari.

Selain karena kurang tertatanya fasilitas publik seperti drainase dan sungai, sampah juga kerap jadi penyebab menyumbat saluran air. Hujan deras sehari saja sudah bikin kalang kabut.

Meski begitu, sungai Tukad Bindu di kota Denpasar terlihat bersih dari sampah. Anak-anak bahkan bermain dan berlompatan dalam air kecokelatan saat hujan deras melanda. Sejumlah warga duduk santai di bale-bale samping sungai menikmati derasnya aliran sungai dan warga lain berjualan di warung-warung kecil yang dibuat di tengah taman. Sebuah jembatan bambu selebar sekitar 4 meter menjadi tempat penyeberangan.

Warga empat dusun/banjar di Denpasar Timur yang mewilayahi sungai Tukad Bindu berhasil menyulap sempadan sungai penuh sampah menjadi taman rekreasi. Halaman belakang (teba) yang disembunyikan karena jorok, kini menjadi pusat kegiatan tak hanya warga sekitar saja.

Anak-anak bermain dengan riang di bendungan kecil Sungai Tukad Bindu, Denpasar, Bali, pada akhir Januari 2018. Sebelumnya sungai itu kotor dan sering banjir karena sampah | Foto: Luh De Suriyani/Mongabay Indonesia
info gambar

Makin banyak warga luar kecamatan yang datang untuk rekreasi atau menjadikannya tempat arisan. Bahkan Tukad Bindu yang bersih juga dijadkan taman buah, sayur, dan olahraga. Satwa juga berdatangan seperti burung.

Anak-anak terjun dari bendungan ke sungai menikmati kelimpahan air walau saat itu berwarna cokelat karena endapan lumpur banjir di sejumlah lokasi di Denpasar. Ada juga yang datang hanya untuk makan siang dan berkumpul membuat PR dari sekolah.

“Dulu ini kan teba tempat buang sampah,” kata Luh Asri, warga sekitar yang buka warung di taman Tukad Bindu. Teba miliknya inilah yang kini jadi bagian dari penataan sempadan sungai ini. Ia berkontribusi menyumbang lahan untuk dimanfaatkan bersama. Karena itu ia membuka warung kecil menjual penganan tradisional seperti tipat cantok (mirip gado-gado) dan rujak buah.

Sukra, salah satu warga yang menjadi petugas kebersihan juga senang menghabiskan masa tuanya dengan merawat taman dan mengumpulkan sampah terutama dedaunan tiap hari. “Sambil jalan-jalan masih bisa kerja. Makin ramai orang dari jauh-jauh ke sini,” serunya sambil melanjutkan tugasnya menyapu. Ia mengaku diupah Dinas PU dan pengelola Tukad Bindu. Warga tidak dipungut bayaran masuk ke taman ini, namun ada kotak donasi untuk pemeliharaan.

Aneka pohon buah yang baru ditanam melengkapi pohon yang sudah ada dan sengaja tak ditebang seperti nangka, durian, belimbing, kelapa, dan lainnya. Di bagian lain ada demplot kebun sayur organik percontohan yang baru dirintis mahasiswa dan pengelola Tukad Bindu yang kini memayungi diri dalam badan hukum yayasan.

Bersihnya sempadan Sungai Tukad Bindu, Denpasar, Bali | Foto : instagram gus_adx/Mongabay Indonesia
info gambar

Ide Komunitas

Kondisi saat ini diawali dari komunitas Kali Bersih yang ingin menata sempadan sungai di dusunnya agar tak jorok. Ketua Bidang Kesenian Yayasan tukad Bindu Ida Bagus Putra Suryanta menceritakan penataan awal dimulai 2010 dengan membuat jalur jalan paving di kedua sisi sempadan sungai.

Setelah mulai agak rapi, muncul ide untuk mencegah warga buang sampah ke halaman belakangnya yang mengarah ke sungai. “Kalau cuma dipaving tapi penuh sampah kan mubazir,” imbuh Suryanta.

Mulai lah komunitas ini menemui pimpinan 4 dusun yakni Banjar Ujung, Dukuh, Abian Nangka Kaja dan Kelod yang mewilayahi Tukad Bindu mengajukan ide penataan sempadan sungai sebagai taman rekreasi. Tiap banjar sosialisasi ke warga karena sebagian akan memanfaatkan lahan milik mereka.

Ide ini disambut dan para inisiator mengaku meminjam dana untuk penataan awal seperti merapikan sempadan dan membuat tempat duduk. Ditambah bantuan sejumlah fasilitas lain dukungan pemerintah, seperti alat olahraga dan panggung kesenian. Di ujung sungai, dipasang jaring penjebak sampah yang tiap hari dibersihkan.

Kawasan sempadan Tukad Bindu, Denpasar, Bali yang telah tertata rapi dan bersih, dan sekarang menjadi tempat aktivitas dan rekreasi warga sekitarnya | Foto : perkim.denpasarkota.go.id / Mongabay Indonesia
info gambar

Meski penataan Taman Tukad Bindu baru sepanjang 1 km, namun sudah memberi dampak sosial dan ekonomi. Paling terlihat adalah keceriaan anak-anak memiliki tempat bermain dekat rumah serta berkumpul yang asri. “Tantangannya mengawasi anak-anak yang main di sungai,” ujar Suryanta karena makin banyak anak-anak yang datang tiap hari.

Bantaran sungai yang membuat malu karena kotor kini jadi tempat mandi dan makan. Karena dinilai berhasil mendorong perubahan dengan inisiatif masyarakat, pengelola Tukad Unda pernah mewakili Bali dalam lomba Kali Bersih tingkat nasional.

Anak-anak bermain dengan riang gembira di Sungai Tukad Bindu, Denpasar, Bali | Foto : denpasarkota.go.id /Mongabay Indonesia
info gambar

Romantisme Sungai

Sejumlah pihak mulai mengaktifkan sempadan sungai sebagai tempat berkreasi. Pada Desember 2017, Komunitas Hijau Denpasar dan seniman mural mengadakan pameran mural dan pertunjukan musik di salah satu sudut Sungai Tukad Badung di Taman Pancing dengan tema Relief Sungai. Aneka mural bertema sosial ini menjadi teman bagi warga yang kesehariannya memanfaatkan sungai seperti puluhan pemancing dan warga sekitarnya.

Para seniman yang biasa merespon dinamika kehidupan dengan menggambar di tembok jalanan ini menerjemahkan sungai ke dalam sejumlah isu misalnya kebutuhan pangan dan konservasi satwa liar langka. Misalnya sebuah karya memperlihatkan anak yang gembira memegang ikan hasil tangkapan.

Sementara WD, seniman mural Bali yang lama mukim dan melukis tembok bangunan-bangunan di Yunani membuat sesosok putri duyung berambut panjang dalam rekaan dongeng anak. Dugong yang dipersepsikan sebagai putri duyung sampai kini kerap diburu oleh warga yang meyakini air mata dan bagian tubuh lainnya bertuah. Satwa ini ditemukan di sejumlah sungai dan laut di Indonesia namun sangat jarang.

Sempadan Tukad Bindu di Kota Denpasar, Bali, yang dulunya disembunyikan karena kotor kini jadi taman rekreasi warga | Foto: Luh De Suriyani/Mongabay Indonesia
info gambar

“Kami mengkampanyekan keberadaan sungai, memunculkan kembali romantisme ketika sungai masih memiliki fungsi yang signifikan bagi banyak orang,” kata Ari. Ia melukis sebuah tembok seorang anak kecil gembira duduk dalam perahu kertasnya yang sedang berlayar. Menurutnya jika tumbuh kesadaran baru dan rasa memiliki yang kuat akan keberadaan sungai maka yang menggunakannya turut menjaga kebersihan dan keberlangsungan sungai tersebut. Pameran seni luar ruang ini dipaketkan dengan pagelaraan musik untuk mengajak anak muda melihat potensi sungai sebagai ruang publik penting.

Di sepanjang jalur jalan Taman Pancing, salah satu sungai besar yang dekat muara laut ini merupakan pemukiman sangat padat, kerap penuh sampah, sehingga pemerintah memasang mesin pengangkat sampah. Agar tak banyak yang masuk laut dan menjadi masalah baru untuk ekosistem laut dan kualitas pangan manusia di masa depan.

Tukad Badung yang melewati pusat kota dan pasar tradisional juga saat ini sedang ditata agar menjadi tempat nongkrong. Salah satunya dengan membuat taman, tempat duduk, dan gantungan lampu warna warni.


Sumber: Diposting ulang dari Mongabay Indonesia atas kerjasama dengan GNFI

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Artikel ini dibuat oleh Kawan GNFI, dengan mematuhi aturan menulis di GNFI. Isi artikel ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis. Laporkan tulisan.

Terima kasih telah membaca sampai di sini