Pertumbuhan Startup Fintech di Indonesia Hadir dengan Solusi Pembayaran Online

Pertumbuhan Startup Fintech di Indonesia Hadir dengan Solusi Pembayaran Online
info gambar utama

Berdasarkan data Findex Bank Dunia 2014, jumlah penduduk dewasa Indonesia yang telah memiliki rekening di lembaga keuangan formal sekitar 36%. Meski meningkat dari 2011 sebesar 19,6%, namun literasi perbankan di Indonesia masih cukup rendah.

Rendahnya jumlah orang yang tidak memiliki bank merupakan tantangan tersendiri dalam perekonomian digital. Terutama dari segi bisnis online seperti marketplace. Jika dibandingkan dengan pertumbuhan e-commerce yang cukup pesat beberapa tahun terakhir, angka tersebut tentu bukan berita baik untuk pelaku bisnis online. Sebab, data tersebut menunjukkan masih banyak masyarakat Indonesia yang kesulitan bertransaksi online karena tidak memiliki rekening bank, apalagi kartu kredit.

Jumlah masyarakat yang belum memiliki rekening bank tidak serta-merta menurunkan laju perkembangan e-commerce. Melihat pasar Indonesia yang sangat potensial ini membuat para pemain berusaha mempertemukan dirinya dengan para konsumen melalui banyak strategi, termasuk dari segi metode pembayaran.

Malah kehadiran ekosistem perdagangan online ini memicu kehadiran startup fintech yang memudahkan masyarakat dalam melakukan transaksi online. Istilah ini merupakan kependekan dari financial technology. Menurut National Digital Research Centre di Dublin, fintech adalah inovasi dalam layanan keuangan.

Inovasi financial technology di Indonesia ini memungkinkan konsumen untuk melakukan transaksi online meskipun tidak memiliki rekening bank maupun kartu kredit. Terdapat sejumlah startup yang mengembangkan fintech untuk memudahkan masyarakat dalam membayar produk dan jasa. Hal ini bisa disebut uang elektronik atau e-money.

Sebagaimana namanya, e-money adalah uang yang dikemas ke dalam dunia digital. Tidak hanya e-money berbasis kartu saja yang beredar di Indonesia, namun juga uang elektronik berteknologi NFC (Near Field Communication), QR code, maupun aplikasi. Dompet elektronik ini bisa digunakan untuk berbelanja, membayar tagihan, dan lain-lain tanpa memerlukan rekening bank.

iPrice mencatat terdapat lebih dari 20 startup fintech yang mulai berlomba-lomba menfasilitasi masyarakat untuk membayar tagihannya. Di luar itu, pemain dari korporat dan BUMN turut meramaikan dengan produk fintechnya tersendiri. Termasuk diantaranya pelaku bank pemerintah, provider seluler, hingga grup konglomerat korporasi.

Salah satu inovasi fintech yang sekarang cukup populer adalah Kredivo. Kredivo adalah solusi kredit instan dengan bunga rendah. Untuk mencicilnya, pengguna bisa melakukan transfer secara online dan offline ke rekening Kredivo tiap bulannya. Beberapa e-commerce di Indonesia yang sudah menyediakan metode pembayaran dengan Kredivo yaitu Lazada, Bukalapak, Shopee, JD.ID, Bhinneka.com, dan Blibli.com.

Meski Indonesia sudah terlihat seperti “melek teknologi” dengan jumlah pengguna internetnya yang mencapai 132,7 juta di tahun 2017, namun pada kenyataannya pertumbuhan ekonomi digital Indonesia masih kalah dari negara tetangga seperti Singapura dan Malaysia.

Salah satu alasan tertinggalnya perkembangan transaksi elektronik di Indonesia dipengaruhi oleh tingkat literasi keuangan yang masih rendah. Hasil survey yang dilakukan OJK (Otoritas Jasa Keuangan) pada tahun 2016, tingkat literasi keuangan Indonesia baru sebesar 29,66 persen dari total jumlah penduduk.

Artinya penduduk Indonesia yang memahami bagaimana mengelola uang dengan baik baru sebesar 75 juta jiwa saja dari 240 juta penduduk Indonesia. Ditambah lagi masyarakat Indonesia secara budaya masih lebih nyaman memegang uang tunai dan bertransaksi secara cash.

Meski minimnya penggunaan bank di Indonesia ini dianggap sebuah tantangan, namun beberapa pihak mampu melihatnya sebagai peluang dengan mengembangkan layanan fintech. Nevertheless, perkembangan teknologi harus tetap diiringi dengan peningkatan awareness dan edukasi terhadap masyarakat untuk meningkatkan perlindungan konsumen itu sendiri. Teknologi boleh semakin canggih dan berkembang, namun bila tidak disertai dengan pendidikan yang layak, siapa yang akan memakainya?

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Artikel ini dibuat oleh Kawan GNFI, dengan mematuhi aturan menulis di GNFI. Isi artikel ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis. Laporkan tulisan.

Terima kasih telah membaca sampai di sini