Partisipasi Masyarakat Membuat Kota Surabaya Bersih

Partisipasi Masyarakat Membuat Kota Surabaya Bersih
info gambar utama

Keterangan Gambar (© Pemilik Gambar)

Oleh: Ahmad Cholis Hamzah.

The Messenger of Allah (salAllahualaihiwasallam) said: “Cleanliness is half the faith.” [Sahih Muslim]

Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat, Basuki Hadimulyjono geram ketika menyaksikan ada sekitar 4,8 hektare di Stadion Utama Bung Karno Jakarta, 80% nya rusak karena di injak-injak penonton pertandingan final sepak bola Piala Presiden 2018 awal Februari 2018 lalu. Pantas sang menteri geram karena taman itu dibangun mahal menggunakan uang rakyat. Saat geram-geramnya itu pak menteri ingat kenapa walikota Surabaya bu Risma juga marah besar karena taman indah yang dibangunnya di pusat kota Surabaya diinjak-injak masa ketika ada even bagi-bagi es krim gratis tahun 2014. Pak Menteri mengatakan masak kalah sama orang Surabaya yang bisa tertib padahal semua taman di Surabaya tanpa pagar dan tidak satu pun orang menginjak taman.

Jangankan menteri, saya saja yang asli Surabaya yang pernah tinggal di daerah perkampungan di pusat-utara kota Surabaya tahun 50an s/d 70 an juga heran, karena mengalami sendiri karakter kami orang Surabaya yang terkesan kasar, kalau bicara keras seperti orang berkelahi, susah diatur sehingga orang buang sampah sembarangan, sungai-sungaipun kotor karena menjadi tempat tinggal orang –orang gelandangan dan menjadi tempat mangkal becak; mandi, buang hajat di sungai; lalu saya berfikir apa bisa dan kapan orang Surabaya sadar akan lingkungan kalau gaya hidup nya seperti itu; dan sekarang pertanyaan saya yang penuh keraguan itu berubah, karena ternyata masyarakat Surabaya bisa bersih total.

Keterangan Gambar (© Pemilik Gambar)

Memang kondisi yang berubah itu Karena faktor kepemimpinan Walikota Bu Risma yang punya komitmen tinggi untuk membuat kota bersih sehingga kita sampai lupa sudah berapa award atau penghargaan dari dalam maupun luar negeri yang diterima Bu Risma atas keberhasilannya merubah kota terbesar kedua di Indonesia ini dari kumuh menjadi bersih, dengan berbagai programnya seperti membuat banyak taman (yang tanpa pagar), kompetisi kebersihan kampung (Green and Clean Competition) dsb. Namun jangan lupa semua itu juga berkat kesadaran masyarakat yang meningkat dan mau diajak pemimpinnya untuk bersama-sama membersihkan lingkungan di kampung,di sungai, di jalan, di trotoar dan dimana-mana. Meskipun tentu harus diakui kota Surabaya tidak sebersih dan belum sesempurna seperti Singapura, tapi setidak-tidaknya saat ini Surabaya sudah menjadi seperti kota-kota besar lainnya di negara-negara maju.

Masyarakat Surabaya maupun orang yang datang ke Surabaya, bisa menyaksikan keindahan di berbagai sudut kota misalnya trotoar atau pedestrian di kota Surabaya, yang tidak kita temukan Pedagang Kaki Lima (PKL) yang mangkal dan dengan demikian jarang kita jumpai bentrokan antara PKL dan Satpol PP seperti yang terjadi di beberapa kota. Keterangan Gambar (© Pemilik Gambar)

Kesadaran akan kebersihan itu akhirnya “embedded” atau “deep rooted” atau tertanam di hati masyarakat sehingga tanpa disuruh atau di ancam dengan peraturan-peraturan seperti peraturan larangan membuang sampah, masyarakat mau bersih dengan sendirinya; dan masyarakatpun terbiasa “miris” kalau melihat sudut-sudut kota kotor. Orang ketika terbiasa dengan kondisi kota masih kumuh dan kotor, jadi terbiasa kalau melihat orang membuang sampah sembarangan; sekarang sikap seperti itu sudah berubah.

Masyarakat akhirnya dengan sendirinya menjadi pengawas akan lingkungan sekitarnya, dan orang yang kotor pun akan di “adili” oleh masyarakat sendiri. Sebagai contoh di kota Surabaya ada City Radio, atau Radio Kota yang sudah kondang yaitu Suara Surabaya (atau lebih dikenal dengan sebutan Radio SS); stasiun ini mempunyai program Kelana Kota dimana masyarakat bisa berinteraksi langsung dengan SS untuk melaporkan kondisi kota, baik kemacetan, kriminal dsb; Sering kita mendengar ada laporan dari pengendara mobil yang sedang menyaksikan didepannya ada pengendara mobil mewah membuang sampah seenaknya dari mobilnya, pelapor ini menginfokan nomor mobil tsb, bahkan memfotonya lalu di upload di website nya Radio SS. Kisah ini menggambarkan bagaimana masyarakat akhirnya menjadi “polisi” yang mengawasi tindakan warga yang mengotori kota.

Kita sekarang merasa bangga, karena kondisi bersih kota Surabaya itu juga terjadi dimana-mana; transformasi kesadaran masyarakat akan kebersihan lingkungan yang meningkat juga terjadi di berbagai kota, kabupaten dan propinsi. Misalnya saja kita melihat keasrian taman-taman dan trotoar di kota Semarang, Jogyakarta, Bandung, Jakarta, Manado, Denpasar dll.

Semua itu tentu juga tergantung seberapa tinggi komitmen para pemimpin untuk menggerakkan partisipasi masyarakatnya untuk berbuat sesuatu yang positif untuk daerahnya masing-masing. Pemimpin yang berhasil menggerakkan partisipasi publik itu tentu bukannya pemimpin yang penuh retorika dan hanya berbicara dibelakang meja tanpa pernah terjun langsung kemasyarakat. Kalau tidak, maka kita tidak akan pernah saksikan keindahan kota seperti di gambar beberapa sudut kota Surabaya dibawah ini:

Keterangan Gambar (© Pemilik Gambar)

Keterangan Gambar (© Pemilik Gambar)

Keterangan Gambar (© Pemilik Gambar)

Keterangan Gambar (© Pemilik Gambar)


Sumber:

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Artikel ini dibuat oleh Kawan GNFI, dengan mematuhi aturan menulis di GNFI. Isi artikel ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis. Laporkan tulisan.

Terima kasih telah membaca sampai di sini