Dampak Ekonomi Yang dihasilkan Oleh Go-Jek Mencapai 9 Triliun

Dampak Ekonomi Yang dihasilkan Oleh Go-Jek Mencapai 9 Triliun
info gambar utama

Aplikasi permintaan transportasi secara daring Go-Jek telah ada di Indonesia sejak tahun 2011. Kemunculan Go-Jek di Indonesia pun mengubah lanskap dunia transportasi yang selama ini dijalankan secara konvensional tanpa aplikasi digital. Resistensi pun terjadi di mana-mana dengan menganggap Go-Jek banyak mengancam industri yang telah ada. Pertanyaan kemudian muncul, seberapa berpengaruhkah kehadiran Go-Jek dalam perekonomian masyarakat Indonesia? Lembaga Demografi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia (LD FEB UI) kemudian berusaha menjawab pertanyaan tersebut.

Sebagaiamna laporan Dampak Go-Jek Bagi Perekonomian Indonesia yang dilansir LD FEB UI (22/3) menyatakan bahwa kontribusi Go-Jek pada aktifitas ekonomi Indonesia mencapai Rp 9,9 triliun per tahun. Angka ini diperoleh dari kontribusi Go-Jek yang mampu memberikan penghasilan pada mitra pengemudi mencapai Rp 8,2 triliun setiap tahunnya. Tidak hanya untuk para mitra pengemudi, kontribusi pendapatan juga diperoleh para mitra Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM).

Menariknya, tidak hanya angkanya fantastis tetapi Go-Jek juga dinilai memiliki dampak untuk mengurangi tingkat pengangguran. Berdasarkan penelitian tersebut dijelaskan bahwa mitra pengemudi mayoritas adalah lulusan SMA yang mencapai 75 persen dari keseluruhan mitra pengemudi. Padahal pada tahun 2017 tercatat mitra pengemudi Go-Jek diklaim mencapai 900.000 ribu mitra.

Dari segi usia pun kebanyakan mitra Go-Jek adalah kalangan usia produktif dengan rentang umur 20-39 tahun sebesar 77 persen dengan 78 persennya merupakan orang dengan tanggungan dua orang atau lebih. Ini berarti sebagian besar mitra Go-Jek adalah kalangan produktif yang harus menghidupi keluarga atau menanggung hidup orang lain.

Tidak cukup hanya membuka peluang pekerjaan. Penelitian LD FEB UI yang dilakukan pada Oktober 2017 hingga Desember 2017 ini juga memaparkan bagaimana tingkat kesejahteraan para mitra Go-Jek secara umum mengalami peningkatan. Rata-rata pendapatan mitra pengemudi mengalami peningkatan 44 persen sejak menjadi mitra dengan pendapatan rata-rata mencapai Rp 3,48 juta per bulan untuk pengemudi penuh waktu (kurang lebih 8 jam kerja). Angka tersebut dinilai lebih besar 1,25 kali dibandingkan dengan rata-rata upah minimum kota di sembilan wilayah yang dilakukan survey (Denpasar, Balikpapan, Bandung, Jabodetabek, DIY Yogyakarta, Makassar, Medan, Palembang, Surabaya).

Bila dibandingkan dengan pendapatan pekerja sejenis, jumlah pendapatan para mitra pengemudi juga lebih tinggi. Sebut saja pendapatan pegawai sektor tranportasi yang mencapai Rp 3,1 juta per bulan, pegawai sektor industri Rp 2,34 juta per bulan dan pegawai negeri Rp 2,66 juta per bulan.

Dari 3.315 mitra pengemudi yang terlibat dalam penelitian ini 80 persen mitra mengungkapkan bahwa kualitas hidupnya lebih baik sejak bergabung dengan Go-Jek. 70 persen diantaranya pun merasa puas dengan tingkat pendapatan yang dimiliki.

Namun para mitra tampaknya masih memperhatikan hubungan kemitraan Go-Jek dengan pihak pengemudi yang dinilai belum cukup ideal. Sebab hanya 52 persen mitra pengemudi yang merasa diuntungkan dari hubungan kemitraan dengan Go-Jek.

Go-Jek yang juga memiliki layanan antar barang dan makanan (Go-Send dan Go-Food) pun dinilai memberikan dampak ekonomi yang signifikan. Dalam penelitian tersebut terungkap bahwa sebanyak 76 persen UMKM yang tergabung dalam kemitraan, sebelumnya tidak mengalami pengiriman. Itu artinya sejak bergabung dengan Go-Jek mayoritas UMKM dapat terakses oleh para pelanggan dengan lebih mudah. Pemasaran produk UMKM menjadi lebih efektif. Alhasil sejak UMKM semakin terakses, jumlah volume transaksi pun meningkat pesat. Tercatat 82 persen responden mitra UMKM melaporkan terjadinya peningkatan jumlah transaksi sejak menjadi mitra Go-Jek.

Dari segi konsumen pengguna aplikasi Go-Jek, mayoritas pengguna adalah usia 20-39 tahun dengan tingkat pendidikan terakhir mayoritas adalah SMA yang mencapai 42 persen. Kemudian diikuti kalangan sarjana sebesar 27 persen pengguna. Hampir seluruh pengguna Go-Jek menyatakan rasa puas menggunakan aplikasi yang didirikan saat ini dikomadoi oleh Nadiem Makariem ini. Angkanya bahkan mencapai 99 persen dari 3.465 konsumen merasa puas menggunakan Go-Jek. 98 persen pengguna juga merasa aman menggunakan layanan yang diberikan Go-Jek.

Penelitian ini agaknya sedikit menggambarkan bagaimana peran Go-Jek dalam perekonomian Indonesia. Tidak hanya para konsumen yang mendapatkan fasilitas kemudahan baru di era digital, tetapi aplikasi ini juga mampu untuk meningkatkan kesejahteraan bagi para mitra pengemudi maupun mitra UMKM.

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Artikel ini dibuat oleh Kawan GNFI, dengan mematuhi aturan menulis di GNFI. Isi artikel ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis. Laporkan tulisan.

Terima kasih telah membaca sampai di sini