Misi Berlanjut, Dua Mahasiswi Indonesia Menuju Puncak Dunia

Misi Berlanjut, Dua Mahasiswi Indonesia Menuju Puncak Dunia
info gambar utama

Perjuangan dua mahasiswi Indonesia, Fransiska Dimitri Inkiriwang dan Mathilda Dwi Lestari untuk menyelesaikan misi tujuh puncak dunia atau Seven Summits kembali berlanjut. Setelah enam puncak benua sukses ditapaki sejak tahun 2014 yang lalu, kini puncak pamungkas telah menunggu. Puncak pamungkas tersebut adalah puncak Gunung Everest di lempeng Asia, India-Nepal.

Berdasarkan rilis yang diterima GNFI, kedua mahasiswi aktif Universitas Parahyangan Bandung tersebut akan memulai misi menuju Everest pada 29 Maret mendatang. Kembali dengan dukungan dari Bank Rakyat Indonesia Tbk, keduanya akan membawa bendera Merah Putih menuju puncak tertinggi dunia.

Tantangan terberat dalam misi Everest adalah bagaimana Fransiska dan Mathilda dapat bertahan di ketinggian zona kematian (death zone) yang merupakan wilayah dengan kadar oksigen minim. Zona tersebut berada di ketinggian 8.000 meter dan kerap menjadi zona fatal bagi para pendaki.

Bila Fransiska dan Mathilda yang tergabung dalam misi The Women of Indonesia's Seven Summits Expedition Mahitala Unpar (WISSEMU) mampu menghadapi tantangan ketinggian ekstrim tersebut dan mencapai puncak. Keduanya akan masuk dalam daftar pendaki asal Indonesia yang berhasil menyelesaikan misi Seven Summits. Tercatat sampai saat ini, baru ada dua tim yang berhasil menyelesaikan misi Seven Summits yakni Indonesia Seven Summits Expedition Mahitala UNPAR (ISSEMU) dengan empat orang pendaki dan Ekspedisi Tujuh Puncak Dunia Wanadri dengan enpat orang pendaki yang berhasil menyelesaikan misi.

Misi Seven Summits sendiri dipelopori oleh Richard Bass dan Frank Wells yang memulai misi rangkaian pendakian melalui tujuh puncak gunung di tujuh lempeng benua dunia. Misi ini berhasil diselesaikan oleh Bass seorang pada 1985. Pada saat itu Bass dan Wells mendaki Gunung Kosciouszko di Australia; Gunung Vinson Massif di Antartika; Gunung Elbrus di Rusia, Eropa; Gunung Kilimanjaro di Tanzania, Afrika; Gunung Denali di Amerika Serikat; Gunung Aconcagua di Argentina, Amerika Selatan; dan Gunung Everest di India-Nepal, Asia (Wells gagal mencapai puncak).

Daftar puncak yang didaki oleh Bass dan Wells berbeda dengan daftar yang disarankan oleh Reinhold Messner dengan mengubah puncak Kosciouszko di Australia menjadi Puncak Gunung Jayawijaya atau Carstensz Pyramid di Indonesia. Daftar Seven Summits milik Messner ini kemudian yang paling banyak digunakan karena Puncak Jaya (puncak tertinggi Gunung Jayawijaya) dinilai memiliki karakter dan tantangan tersendiri dibandingkan Kosciouszko yang hanya merupakan gunung berketinggian rendah.

Tujuh puncak versi Messner kemudian berhasil diselesaikan oleh Pat Morrow pertama kali pada 1986 sejak digagas oleh Messner. Versi Messner pula yang kemudian dilaksanakan pada misi WISSEMU, tentu saja ada alasan nasionalisme mengapa daftar ini dipilih. Tak lain adalah karena dalam daftar Seven Summits versi Messner terdapat Puncak Jaya yang berada di Papua, Indonesia.

Keterangan Gambar (© Pemilik Gambar)

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Artikel ini dibuat oleh Kawan GNFI, dengan mematuhi aturan menulis di GNFI. Isi artikel ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis. Laporkan tulisan.

Terima kasih telah membaca sampai di sini