Berkembangnya dunia properti menjadikan peluang bisnis yang bernilai tinggi bagi pelaku batu alam. Hal ini berdampak pada pertumbuhan bisnis batu alam global yang meningkat sampai dengan 3.8% setiap tahunnya dengan rata-rata transaksi global mencapai USD 23 Milyar
Hal tersebut diakui oleh Pengusaha Batu Alam Cirebon yakni Managing Director PT D&W International, Winsen Setiawan. Dia mengatakan ada 5 negara eksportir batu alam terbesar di dunia yaitu China, Italia, Turki dan India dengan total volume ekspor 57 juta ton di tahun 2014.
Namun potensi tersebut belum banyak dimanfaatkan sehingga Indonesia sendiri menurutnya bukan pemain besar dunia untuk komoditi ekspor batu alam. Hal ini dikarenakan belum banyaknya perusahaan batu alam yang berorientasi ekspor di Indonesia.
“Saat ini kebanyakan industri batu alam di Indonesia merupakan industri menengah kebawah, belum seperti negara lainnya,” tuturnya.
Berbicara soal batu alam di Indonesia, Winsen mengungkapkan Cirebon dan Majalengka merupakan kawasan industri batu alam terbesar di Indonesia mengingat banyaknya pengrajin dan industri batu alam dengan skala menengah bawah.
Dengan pertumbuhan properti di Indonesia yang semakin meningkat, maka industri batu alam di wilayah Cirebon dan Majalengka pun ikut tumbuh.
“Cirebon dan Majalengka ini memiliki banyak sumber bahan baku batu alam yang mampu bersaing dengan pasar luar. Hanya saja perlu dimaksimalkan lagi,” tambahnya.
Winsen berpendapat, Indonesia memiliki jenis batu alam yang unik dan berbeda dengan dibandingkan dengan negara lain. Apalagi dengan populernya Bali sebagai destinasi favorit dunia menjadikan Bali sebagai pusat perhatian dari bentuk arsitektur hotel mewah di dunia.
“Akibatnya banyak hotel dan resort mewah di dunia yang menjadikan Bali sebagai icon arsitekturnya sehingga batu alam yang menjadi salah satu material hotel ala Bali tersebut banyak diminati orang asing,” jelasnya.
PT D&W International sebagai salah satu pelaku batu alam di Indonesia menilai, market luar negeri lebih mendominasi. Sekitar 95% pihaknya mengekspor batu alam dan 5% lainnya merupakan market di dalam negeri.
“Kami sudah mengekspor ke lebih dari 60 negara, dan kebanyakan pembeli batu alam kita itu dari Malaysia, Eropa, Island, dan lainnya. Mereka tertarik dengan bangunan yang ada di Bali untuk bisnis apartemen, hotel, atau untuk hunian pribadinya,” tuturnya.
Winsen optimis, kawasan Cirebon dan Majalengka kedepannya akan semakin menarik saat Bandara Kertajati mulai beroperasi tahun 2018 ini. Tentu saja, hal ini mampu mendorong tumbuhnya sektor properti di wilayah III Cirebon, dan akan menumbuhkan daya jual batu alam Cirebon dan Majalengka di mata dunia.
Sumber: aboutcirebon.id
Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News