Chaerilus celebensis merupakan kalajengking yang termasuk dalam famili Chareilidae yang ditemukan oleh Reginald Innes Pocock di Luwu, Sulawesi pada tahun 1894. Meski bukan merupakan kalajengkin endemik Indonesia, pada masa itu, Hindia Belanda masih berkuasa dan menyebut Sulawesi sebagai Celebes sehingga spesies kalajengking ini diberi nama Chaerilus celebensis. Kalajengking ini dapat ditemukan di beberapa tempat di Asia Tenggara. Namun yang paling akurat hanyalah spesies yang berasal dari Luwu.
Kalajengking ini merupakan spesies yang paling kecil yang ada di Indonesia. Cukup sulit untuk menemukannya karena ukurannya yang kecil sekecil jempol. Sehingga tidak terlalu berbahaya. Namun kawan harus tetap waspada bila berada di hutan, karena hewan ini tidak dapat ditebak berada di mana karena ukurannya yang kecil sehingga memungkinkan untuk masuk ke perbekalan ataupun tenda.

Ukurannya yang sangat kecil membuat kalajengking ini unik. Ukurannya kira-kira hanya sebesar 1,5 inchi atau 38 milimeter. Kalajengking ini juga tidak menyengat karena racun yang dimilikinya tidak terlalu membahayakan meski memiliki buntut sengat. Umumnya kalajengkin ini ditemukan di hutan-hutan tropis dan berada di tanah lembab dan di semak-semak.
Selain Chaerilus celebensis, kalajengking lain yang ditemukan di Indonesia adalah Chaerilus sabinae yang ditemukan oleh Wilson Laurenco dan Bernard Duhem di Mattampa, Sulawesi Selatan pada tahun 1995. Sementara di tahun 2009, peneliti yang sama menemukan spesies Chaerilus telnovi di Gunung Talaga, Halmahera pada tahun 2009. Kalajengking ini selain berukuran kecil, jenis ini juga tidak memiliki mata. Dan pada tahun 2010 jenis Chaerilus spinatus ditemukna oleh peneliti yang sama di Batu Lubang, Sagea, Halmahera.
Penemuan-penemuan kalajengking tersebut tentu saja membuktikan bahwa Indonesia merupakan rumah bagi berbagai jenis biodiversitas dunia.
Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News