Penghuni Cantik Taman Nasional Gunung Leuser

Penghuni Cantik Taman Nasional Gunung Leuser
info gambar utama

Perkumpulan Amfibi Reptil Wilayah Sumatera baru saja melakukan penelitian herpetofauna di kawasan Taman Nasional Gunung Leuser (TNGL) wilayah Sumatera Utara (Sumut). Apa saja hasilnya?

Fajar Kaprawi, Koordinator Perkumpulan Amfibi Reptil Wilayah Sumatera, kepada Mongabay Indonesia mengatakan, TNGL memiliki keanekaragaman hayati luar biasa. Juga, habitat penting bagi beberapa spesies kebanggan (flagship species).

Penelitian ini dilakukan di empat lokasi yaitu Arasnapal, Cinta Raja, Halaban, dan Desa Sei Bemban, Kabupaten Langkat. Metode pengumpulan data melalui survei perjumpaan visual/VES (Visual Encounter Survey) yang dikombinasikan dengan sistem jalur (transect sampling) secara purposive berdasarkan tipe habitat.

Hasilnya, sebanyak 506 individu herpetofauna ditemukan, terdiri dari 13 suku dan 52 jenis. Rinciannya, 37 jenis amfibi dan 15 jenis reptil. Di kawasan ini juga ditemukan jenis yang termasuk endemik Sumatera, yaitu Huia sumatrana, Draco sumatranus, dan Occidozyga sumatrana.

”Jumlah jenis yang ditemukan ini tidak berbeda jauh dengan yang ditemukan di kawasan Tahura Bukit Barisan, yaitu 53 jenis,” jelas Fajar, Sabtu (5/5/2018).

Tropidolaemus wagleri | Foto: Fajar Kaprawi
info gambar

Fajar menjelaskan, dari empat lokasi penelitian ini, jika dilihat berdasarkan kelimpahan relatif amfibi dan reptil, Arasnapal yang tertinggi sebesar 91.8% dan 8.2% dengan didominasi jenis Limnonectes kuhlii (22.4%).

Gonocephalus chamaeleontinus | Foto: Fajar Kaprawi
info gambar

Untuk kawasan Cinta Raja kelimpahan sebesar 79.0% amfibi dan 21.0% reptile yang didominasi Polypedates leucomystax (27.2%). Di Desa Halaban, 90.61% amfibi dan 9.39% reptil yang didominasi oleh Amnirana nicobariensis dan Chalcorana chalconota (24.4%). Sedangkan di Desa Sei Bemban ada 80.31% amfibi dan 19.69% reptil, yang didominasi Duttaphrynus melanostictus (25.2%). “Perhitungan tersebut berdasarkan jumlah jenis pada masing-masing lokasi pengamatan,” jelasnya.

Chalcorana chalconota | Foto: Fajar Kaprawi
info gambar

Habitat

Nilai indeks keanekaragaman pada keempat lokasi pengamatan, menurut Fajar, nilai tertinggi berada di Desa Halaban. Di lokasi tersebut ditemukan 30 jenis herpetofauna, terdiri dari 21 jenis amfibi, dan sembilan jenis reptil dengan jumlah individu sebanyak 213 ekor.

Selanjutnya Desa Sei Bemban dengan 23 jenis (18 jenis amfibi dan lima jenis reptil). Di Arasnapal sebanyak 18 jenis (14 jenis amfibi dan empat jenis reptil), dan diikuti Cinta Raja yaitu 18 jenis, terdiri 12 jenis amfibi dan enam jenis reptil.

Boiga cynodon | Foto: Fajar Kaprawi
info gambar

Fajar menjelaskan, jenis yang ditemukan saat melakukan aktivitas makan adalah Polypedates leucomystax. Sedangkan jenis-jenis yang ditemukan saat melompat antara lain Amnirananicobariensis, Chalcorana chalconota,Duttaphrynus melanostictus, Fejervarya limnocharis, dan Humerana miopus.

“Berdasarkan laporan Iskandar pada 1998, jenis yang memiliki kaki yang relatif pendek, seperti suku Megophryidae, biasanya hanya melakukan penyamaran dan bersembunyi, ” jelasnya.

Anakan dan telur dari jenis Gekko smithii | Foto: Fajar Kaprawi
info gambar

Untuk gangguan habitat, pada lokasi yang disurvei, ancaman serius ditemukan di Desa Sei Bamban yaitu di Pantai Buaya. Gangguan berupa aktivitas berkebun atau bertani di kawasan taman nasional. Namun, secara tidak langsung, gangguan habitat ditemukan juga di tiga lokasi lainnya berupa penggunaan pupuk pestisida perkebunan kelapa sawit, yang lokasinya berbatasan langsung dengan kawasan TNGL.

“Walaupun ini masih butuh penelitian yang lebih mendalam terkait pencemaran pestisida terhadap herpetofauna,” kata Fajar.

Dari penelitian ini juga ditemukan satu jenis yang termasuk CITES (Convention on International Trade in Endangered Species of Wild Fauna and Flora), yaitu Varanus salvator yang termasuk dalam Apendiks II. Juga, beberapa jenis yang tergolong Near Threatened dalam Daftar Merah IUCN, antara lain Limnonectes blythii dan Limnonectes malesianus. Selain itu, ada beberapa jenis yang termasuk endemik Sumatera yaitu Draco sumatranus, Huia sumatrana, dan Occidozyga sumatrana.

“Perlu dilakukan survei menyeluruh di kawasan TNGL, khususnya hutan primer. Untuk itu, perlu gambaran dan perbandingan keanekaragaman jenis herpetofauna juga yang ada di hutan restorasi. Data yang diperoleh ini bisa dijadikan pertimbangan dalam menentukan rencana pengelolaan kawasan,” tandasnya.


Sumber: Diposting ulang dari Mongabay Indonesia atas kerjasama dengan GNFI

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Artikel ini dibuat oleh Kawan GNFI, dengan mematuhi aturan menulis di GNFI. Isi artikel ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis. Laporkan tulisan.

Terima kasih telah membaca sampai di sini