Hari itu, Seluruh Tepuk Tangan Tertuju Padanya

Hari itu, Seluruh Tepuk Tangan Tertuju Padanya
info gambar utama

Bulan Juni 2018 ini, Baharuddin Jusuf Habibie, seorang putera terbaik Indonesia genap berusia 82 tahun. Tak banyak orang Indonesia dengan prestasi selengkap beliau, sebagai pemegang 46 paten di bidang teknologi penerbangan, tentu adalah alasan sempurna yang membuat kita membanggakanya.

Ada sekelumit cerita.

Bacharuddin Jusuf Habibie benar-benar telah jatuh cinta pada pesawat yang pernah dibencinya. Ketertarikan Habibie pada pesawat makin menjadi saat dia menimba ilmu di Fakultas Teknik Universitas Indonesia (sekarang ITB).

Habibie remaja dan keluarga | Foto: perpusnas.go.id
Habibie remaja dan keluarga | Foto: perpusnas.go.id

Tepatnya saat dia mendapat cerita dari Liem Keng Kie, temannya. Kala itu Keng Kie baru saja mengambil visa di Kedutaan Besar Jerman. Dia kemudian menceritakan rencananya melanjutkan studi di Jerman.

“Saya akan sekolah teknik penerbangan di Jerman,” tutur Keng Kie.

Keng Kie juga bercerita bahwa sebagai mahasiswa beasiswa, dirinya akan kembali ke Indonesia dan membangun industri penerbangan. Semangat Rudy, sapaan sang mantan presiden itu, untuk mengikuti jejak rekannya tersebut makin menggebu. Dia mulai menyeting cita-citanya sebagai insinyur penerbangan.

Habibie saat menempuh pendidikan di Jerman. DOKPRI/JAWAPOS
Habibie saat menempuh pendidikan di Jerman. DOKPRI/JAWAPOS

Keinginan kuatnya itu dia buktikan sesampai di Jerman. Habibie tidak butuh waktu lama untuk bisa menerbangkan pesawat pertamanya. Tiba di Jerman pada April 1955, pada Mei 1955, dia sudah bisa menerbangkan pesawat buatannya sendiri. Bukan pesawat besar memang. Melainkan pesawat dengan ukuran yang jauh lebih kecil.

Dengan hati-hati, dia menghitung panjang, lebar, dan ketebalan yang pas agar pesawat itu bisa terbang. Kayu balsa yang biasa digunakan Habibie dikombinasikan dengan mur dan motor kecil agar bisa terbang.

Sebuah mesin di Klöckner Humboldt Deutz | Oldmachinepress.com
info gambar

Sebuah pabrik pembuatan mesin bernama Klöckner HumboldtDeutz yang jadi tempat praktik Habibie. Di situ juga jadi tempat Habibie melahirkan pesawat pertamanya.

Sepulang bekerja praktik, Habibie menerbangkan pesawat tersebut. Tidak disangka, pesawat itu benar-benar terbang. Pesawat tersebut terbang berputar-putar di ketinggian 2 meter. Orang-orang Jerman yang menyaksikan peristiwa itu bertepuk tangan. Itu menjadi hari yang terus diingat Habibie.

Margaret Tatcher (PM Inggris waktu itu) mengunjungi IPTN | Foto: gapura media
Margaret Tatcher (PM Inggris waktu itu) mengunjungi IPTN | Foto: gapura media

Momen tersebut menjadi salah satu yang paling penting dalam karir Habibie kelak. Sebagai pembuat pesawat. Seperti saat dia melahirkan N-250 Gatotkaca pada 1995. Dan kini sedang menyiapkan R-80 bersama sang putera.

--

Artikel ini diterbitkan pertama kali oleh JPNN.com pada 23 Juni 2016

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Jika Anda tertarik untuk membaca tulisan Akhyari Hananto lainnya, silakan klik tautan ini arsip artikel Akhyari Hananto.

Terima kasih telah membaca sampai di sini