Desainer Ini Siap Pamerkan Batik di Markas UNESCO Paris

Desainer Ini Siap Pamerkan Batik di Markas UNESCO Paris
info gambar utama

Desainer ternama Oscar Lawalata siap membawa 100 batik ke markas UNESCO di Paris, Prancis. Oscar dengan dukungan Bakti Budaya Djarum Foundation akan menggelar Batik For The World pada 6 – 12 Juni 2018 dan turut menggandeng dua desainer Indonesia, Edward Hutabarat dan Denny Wirawan.

Dalam konferensi pers, Selasa (8/5/2018), Oscar menjelaskan bahwa saat ini, semua orang Indonesia bangga mengenakan batik.

Batik juga telah diakui UNESCO sebagai warisan tak benda pada 2009. Sehingga, menurutnya pemberdayaan batik harus terus dikembangkan.

"Di Indonesia sendiri batik terus berkembang. Dari kontemporer, tradisional, cat, dari berbagai macam lapisan orang Indonesia bangga pakai batik. Tapi hanya kita di Indonesia yang tahu. Saya berpikir apa yang terjadi di Indonesia dunia harus tahu," kata Oscar di Galeri Indonesia Kaya, Jakarta, Selasa, dikutip Kompas.com.

Desainer ternama tanah air, Oscar Lawalata berpose di depan sejumlah kain batik yang akan dipamerkan di markas UNESCO, Paris, Juni 2018 mendatang. Foto: Kompas.com/Nabilla Tashandra
info gambar

Untuk Batik for the World, Oscar akan membawa enam jenis batik di antaranya batik Kediri, Sidoarjo, Madura, Trenggalek, Ponorogo, dan Tuban.

"Batik itu kan luas sekali. Batik dari Jawa Tengah sudah sering diangkat, sementara batik dari Jawa Timur jarang. Padahal motifnya nggak kalah cantik. Perajinnya juga memakai pewarnaan alam," terang Oscar pada Detik.com, tentang alasannya memilih batik dari Jawa Timur.

Ia memerlukan waktu hingga hampir dua tahun agar batik bisa dipamerkan di markas UNESCO tersebut.

Nantinya, cerita tentang batik akan disampaikan pada 10 area dan para pengunjung akan digiring untuk bertemu langsung dengan sekitar 30 pengrajin batik. Hal ini sekaligus membuka jembatan bagi para pengrajin untuk memperluas pasarnya.

Tiga desainer yang akan membawa kain batik ke markas UNESCO di Paris, Prancis, Juni 2018, Oscar Lawalata, Edward Hutabarat dan Denny Wirawan (paling kiri ke kanan) seusai konferensi pers, Selasa (8/5/2018). Foto: Femina/Image Dynamics
info gambar

Para pengunjung juga diharapkan bisa lebih menghargai proses pembuatan batik yang membutuhkan waktu lama.

"Di ruangan itu kami akan perlihatkan dari malam, canting, dan lain-lain dan mereka bisa terlibat langsung. Kami mau tunjukkan, batik is a luxury product," kata Oscar.

"Kita (Indonesia) mungkin enggak punya teknologi yang canggih-canggih, tapi kita punya tangan-tangan emas yang bisa berlangsung sampai sekarang."

Meskipun berperan sebagai penggagas konsep, namun Oscar menegaskan pameran tersebut bukan miliknya. Menurutnya, hal utama yang harus diingat dari batik adalah para pengrajinnya, bukan desainer.

"Bintang utamanya adalah kain batik. Desainer mempresentasikan hasil tangan itu. Saya becerita (saat presentasi) di UNESCO bahwa ujungnya ini semua adalah untuk pengrajin," ucapnya.

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Jika Anda tertarik untuk membaca tulisan Indah Gilang Pusparani lainnya, silakan klik tautan ini arsip artikel Indah Gilang Pusparani.

Terima kasih telah membaca sampai di sini