Mari Menengok Keadaan Terumbu Karang Indonesia

Mari Menengok Keadaan Terumbu Karang Indonesia
info gambar utama

Indonesia merupakan satu dari enam negara bersama Malaysia, Filipina, Timor Leste, Papua Nugini, Kepulauan Solomon, yang terletak dalam segitiga karang dunia (coral triangle), dengan tingkat keanekaragaman hayati terumbu karang tertinggi di dunia. Dan setiap tanggal 8 Mei, kita peringati sebagai hari terumbu karang dunia.

Data dari Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) yang dirilis pada 2017, menunjukkan hanya 6,39 persen terumbu karang dalam kondisi sangat baik. Sementara itu, terumbu karang yang dalam kondisi baik sebesar 23,40 persen, kondisi cukup sebesar 35,06 persen, dan kondisi buruk sebesar 35,15 persen. Hasil ini diambil dari 108 lokasi dan 1064 stasiun di seluruh perairan Indonesia.

Tiga kategori itu didasarkan pada persentase tutupan karang hidup. Dimana kategori sangat baik ketika tutupan mencapai 76 – 100 persen, kategori baik dengan tutupan 51 – 75 persen, kategori cukup 26 – 50 persen, dan kategori jelek dengan tutupan 0 – 25 persen.

Kondisi terumbu karang ini penting bagi kehidupan ekosistem laut, karena merupakan rumah dan tumpuan hidup dari ikan-ikan karang dan biota laut lainnya. Oleh karena itu, terumbu karang perlu dijaga kualitasnya. Selain juga proses pertumbuhannya yang memakan waktu puluhan sampai ratusan tahun.

Ada beberapa tempat di Indonesia yang merupakan rumah bagi terumbu karang Indonesia, yang keberadaannya dan kondisinya cukup menarik perhatian :

1. Karang otak besar (Giant Braincoral)

Seorang penyelam diatas gugusan terumbu karang otak besar (great brain coral) di perairan Teluk Buyat, Kabupaten Mongondow Timur, Sulawesi Utara pada tahun 2012 | Foto : Wisuda/Mongabay Indonesia
info gambar

Teluk Buyat, di Kabupaten Mongondow Timur, Sulawesi Utara memiliki gugusan terumbu karang yang cukup baik. Bahkan salah satunya terdapat giant braincoral, yang ukurannya menjadi salah satu yang terbesar di dunia, yaitu sekitar tinggi 8 meter. Padahal ukuran normal hanya 2 meter.

Dinamakan karang otak, karena bentuknya yang menyerupai otak atau labirin. Karang otak (Diploria labyrinthiformis) tumbuh sekitar 3,5 milimeter/tahun, dengan diameternya dapat mencapai 2 meter. Selama tahap larva planktonik, karang ini dapat bergerak. Setelah itu, menjadi sesil atau menetap secara permanen.

Spesies ini merupakan hewan penyaring, dan bertahan hidup memakan zooplankton dan bakteri. Makanan ini ditangkap oleh polip dengan tentakel. Polipnya memiliki nematosista yang dapat menangkap mangsa. Mangsa kemudian diangkut ke mulut dengan bantuan lendir dan silia. Diploria labyrinthiformis adalah hermafrodit. Hewan ini mengeluarkan telur yang dibuahi oleh sperma di dalam polip, diikuti oleh pengeluaran larva.

Gugusan terumbu karang otak besar (great brain coral) di perairan Teluk Buyat, Kabupaten Mongondow Timur, Sulawesi Utara pada tahun 2012 | Foto : Wisuda/Mongabay Indonesia
info gambar

2. Keberagaman jenis karang tertinggi di dunia.

“Menjadi pusat segitiga karang dunia, Indonesia memiliki kekayaan jenis karang paling tinggi yaitu 569 jenis dari 82 marga dan 15 suku dari total 845 jenis karang di dunia,” kata Prof. Dr. Suharsono, peneliti senior Pusat Penelitian Oseanografi LIPI, dalam rilis tentang kondisi teranyar terumbu karang di Indonesia pada 2017.

Salah satu jenis soft coral di perairan Siau, Kabupaten Sitaro, Sulawesi Utara pada tahun 2017 | Foto : Wisuda/Mongabay Indonesia
info gambar

Sebagai contoh jenis karang meja Acropora di Indonesia mencapai 94 jenis dari total 124 jenis. Atau dapat dikatakan sekitar 70 persen karang Acropora ditemukan di Indonesia. Sedangkan di perairan Karibia, hanya ditemukan tiga jenis karang Acropora.

Begitu juga jenis karang famili Fungiidae, ditemukan 41 jenis dari total 43 jenis yang ada di dunia atau sekitar 90 persen tersebar di perairan Indonesia. Jenis-jenis karang endemik yang ditemukan di perairan Indonesia antara lain Acropora suharsonoi, Isopora togeanensis, Acropora desalwi, Indophyllia macasserensis dan Euphyllia baliensis.

Koloni karang meja (acropora) di perairan Nusa Penida, Bali, pada tahun 2011 | Foto : Wisuda/Mongabay Indonesia
info gambar

Jenis karang dengan sebaran terbatas dan merupakan share stock dari Samudera Hindia dan Samudera Pasifik juga ditemukan di perairan Indonesia antara lain Acropora kasuarini, Acropora rudis dan Acropora turtuosa.

Acropora ini berciri khas seperti umumnya dilereng karang; banyak dijumpai pada kedalaman 15-35 meter; sebagian besar bergantung pada cahaya untuk makan; koloni berbentuk datar tipis dan struktur halus dipermukaan; berwarna umumnya coklat, hijau, merah muda; serta berasal dari perairan Indonesia dan Indo-Pasifik.

Sejumlah ikan kecil diantara jenis terumbu karang meja (acropora) di perairan Manado, Sulut pada 2013 | Foto : Wisuda/Mongabay Indonesia
info gambar

Hasil pengukuran terkini melalui pemetaan citra satelit, luas terumbu karang Indonesia mencapai 25.000 km2 (COREMAP-CTI LIPI, 2016) atau sekitar 10 persen dari total terumbu karang dunia (luas 284.300 km2) dan penyumbang terbesar sekitar 34 persen dari luas terumbu karang di wilayah segitiga karang dunia (luas 73.000 km2).

Gugusan terumbu karang meja (acropora) di perairan Malalayang, Manado, Sulut pada 2015 | Foto : Wisuda/Mongabay Indonesia
info gambar

3. Pemutihan karang (coral bleaching) di Indonesia

Pemutihan karang terjadi ketika zooxanthella keluar dari karang karena penyebab utama naiknya suhu laut, yang ditandai dengan memudarnya warna seluruh karang menjadi putih. Pada tingkat lanjut memutihnya karang ini akan diikuti oleh kematian karang.

Zooxanthella adalah mikroalgae dari kelompok dinoflagellata yang hidup sebagai simbion didalam jaringan endoderm karang. Koloni karang menjadi putih ketika ditinggalkan oleh zooxanthella karena warna karang ditentukan oleh pigmen yang ada di dalam zooxanthella. Zooxanthella tidak hanya hidup dijaringan karang keras tetapi juga hidup di karang lunak, zoanthid dan anemone serta di tridacna (kerang kima). Sehingga bila terjadi bleaching tidak hanya karang keras yang memutih tetapi semua hewan yang bersimbiosis dengan zooxanthella.

Kondisi terumbu karang yang memutih (coral bleaching) di perairan Pemutaren, Bali Utara, pada 2015 | Foto : Wisuda/Mongabay Indonesia
info gambar

Bleaching sendiri hampir tidak mungkin dicegah karena terkait massa air laut yang hangat yang dibawa oleh pola arus dan menghantam terumbu karang. Namun dari pengalaman menunjukan bahwa kondisi terumbu karang yang baik dengan persentase tutupan karang hidup diatas 50 % akan lebih tahan terhadap tekanan kondisi panas atau kejadian bleaching. Sedangkan terumbu karang dengan kondisi buruk dibawah 15% bila terjadi bleaching akan punah.

Oleh karena itu mempertahankan kondisi karang yang baik menjadi kewajiban yang harus dilakukan.

Kondisi terumbu karang yang memutih (coral bleaching) di perairan Pemutaren, Bali Utara, pada 2015 | Foto : Wisuda/Mongabay Indonesia
info gambar


Sumber: Diposting ulang dari Mongabay Indonesia atas kerjasama dengan GNFI

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Artikel ini dibuat oleh Kawan GNFI, dengan mematuhi aturan menulis di GNFI. Isi artikel ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis. Laporkan tulisan.

Terima kasih telah membaca sampai di sini