Si Cantik dan Unik Kepiting Perenang, Rajungan

Si Cantik dan Unik Kepiting Perenang, Rajungan
info gambar utama

Jika orang awam pertama kali mendengar tentang swimmer crab atau kepiting perenang, maka reaksi pertama yang mungkin terjadi adalah mengerenyitkan alis karena nama ini memang terdengar cukup asing. Tetapi jika disebut nama rajungan, maka hidangan rajungan matang dengan segala bumbu-bumbu yang menambah citarasa si rajungan akan segera terbayang di dalam kepala.

Apalagi jika selama ini timbul keraguan untuk memakan kepiting bakau, karena dia hidup di dua alam, maka rajungan bisa bisa menjadi pilihan yang cukup baik, bahkan dengan kegurihan dan citarasa yang juga hampir sama dengan kepiting bakau. Selain rasanya yang luar biasa, hewan ini ternyata bisa jadi obyek foto yang menarik.

Seekor rajungan (Portunus pelagicus) di perairan Gilimanuk, Bali | Foto: Anton Wisuda/Mongabay Indonesia
info gambar

Selama ini banyak yang mengira bahwa kepiting atau rajungan yang biasa dimakan di banyak restauran penyaji makanan laut, adalah hewan yang sama. Padahal dua hewan ini jelas-jelas berbeda. Memang, rajungan masih termasuk ke dalam salah satu jenis kepiting, tetapi kepiting yang satu ini tidak hidup dua alam.

Rajungan sangat bergantung akan air. Dia tidak akan bisa tahan hidup tanpa air laut, dalam jangka waktu tertentu. Karena ketergantungannya itulah, si rajungan juga dijuluki sebagai si swimmer crab. Walaupun sih, sebenarnya dia lebih banyak ditemukan di berjalan di dasar laut, dibandingkan melayang di dalam air.

Secara umum morfologi rajungan berbeda dengan kepiting bakau (Scylla serrata), di mana si rajungan (Portunus pelagicus) memiliki bentuk tubuh yang lebih ramping dengan capit yang lebih panjang dan memiliki berbagai warna yang menarik pada karapasnya.

Seekor rajungan (Portunus pelagicus) di perairan Gilimanuk, Bali. Rajungan yang sepenuhnya makhluk lautan berbeda dengan kepiting yang hidup di dua alam | Foto : Anton Wisuda/Mongabay Indonesia
info gambar
Seekor kepiting hasil penyitaan di Bandara Ngurah Rai Bali. Kepiting itu dilepasliarkan di Kampung Kepiting, Tuban, Bali | Foto : Anton Muhajir/Mongabay Indonesia
info gambar

Dengan melihat warna dari karapas dan jumlah duri pada karapasnya, maka dengan mudah dapat dibedakan dengan kepiting bakau. Rajungan memiliki karapas berbentuk bulat pipih, sebelah kiri-kanan mata terdapat duri sembilan buah, di mana duri yang terakhir berukuran lebih panjang.

Rajungan mempunyai 5 pasang kaki, yang terdiri atas 1 pasang capit berfungsi sebagai pemegang dan memasukkan makanan kedalam mulutnya, 3 pasang kaki sebagai kaki jalan dan sepasang kaki terakhir mengalami modifikasi menjadi alat renang yang ujungnya menjadi pipih dan membundar seperti dayung.

Oleh sebab itu rajungan digolongkan kedalam kepiting berenang (swimming crab). Kaki jalan pertama tersusun atas daktilus yang berfungsi sebagai capit, propodos, karpus, dan merus.

Seekor rajungan (Portunus pelagicus) di perairan Gilimanuk, Bali | Foto: Anton Wisuda/Mongabay Indonesia
info gambar

Induk rajungan mempunyai capit yang lebih panjang dari kepiting bakau, dan karapasnya memiliki duri sebanyak 9 buah yang terdapat pada sebelah kanan kiri mata. Bobot rajungan dapat mencapai 400 gram, dengan ukuran karapas sekitar 3 cm. Rajungan bisa mencapai panjang 18 cm, capitnya kokoh, panjang dan berduri-duri. Rajungan mempunyai karapas berbentuk bulat pipih dengan warna yang sangat menarik.

Pada hewan ini terlihat menyolok perbedaan antara jantan dan betina. Ukuran rajungan antara yang jantan dan betina berbeda pada umur yang sama. Yang jantan lebih besar dan berwarna lebih cerah serta berpigmen biru terang. Sedang yang betina berwarna sedikit lebih coklat. Rajungan jantan mempunyai ukuran tubuh lebih besar dan capitnya lebih panjang daripada betina.

Perbedaan lainnya adalah warna dasar, rajungan jantan berwarna kebiru-biruan dengan bercak-bercak putih terang, sedangkan betina berwarna dasar kehijau-hijauan dengan bercak-bercak putih agak suram. Perbedaan warna ini jelas pada individu yang agak besar walaupun belum dewasa.

Di beberapa spot diving di nusantara, terutama di daerah secret bay, Gilimanuk, Bali, ternyata rajungan dianggap hama. Ini karena rajungan memangsa kuda laut dan frog fish yang menjadi obyek wisata selam di secret bay ini. Secara rutin, orang-orang adat di sekitar secret bay, yang juga mengelola spot diving secret bay, mencari dan menangkapnya. Selain untuk mengurangi populasinya yang memang sangat banyak, sehingga membahayakan populasi hewan unik lainnya, rajungan dicari juga untuk dimakan.

Seekor rajungan (Portunus pelagicus) di perairan Gilimanuk, Bali | Foto: Anton Wisuda/Mongabay Indonesia
info gambar

Rajungan biasa bersembunyi di bawah karang, atau di sela-sela pondasi dermaga. Mendokumentasikannya rajungan pun tidak sesederhana kelihatannya, karena si rajungan akan langsung bersembunyi ketika mulai didekati. Selain itu, berenangnya juga lumayan cepat, kaki-kakinya yang pipih, memungkinkannya berlari sambil mendayung, sehingga pergerakan si rajungan semakin cepat.

Saat ini, rajungan sudah mulai dikalengkan dan diekspor ke luar negeri. Karena hasilnya cukup menggiurkan, rajungan terus dicari dan ditangkap habis-habisan. Padahal keberadaan rajungan cukup penting untuk keberlangsungan ekosistem di laut. Dan karena eksploitasi itu pula, pemerintah mulai membudidayakan si rajungan, agar penangkapan di alam semakin berkurang.


Sumber: Diposting ulang dari Mongabay Indonesia atas kerjasama dengan GNFI

Pembaruan:
- mengganti gambar utama karena hilang

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Artikel ini dibuat oleh Kawan GNFI, dengan mematuhi aturan menulis di GNFI. Isi artikel ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis. Laporkan tulisan.

Terima kasih telah membaca sampai di sini