Nodeflux, Startup Lokal yang Mempercanggih Teknologi Video

Nodeflux, Startup Lokal yang Mempercanggih Teknologi Video
info gambar utama

Sistem keamanan berbasis pemantauan atau surveillance di Indonesia selama ini masih terbatas pada merekam peristiwa. Padahal dalam kondisi-kondisi tertentu video akan sangat diandalkan dalam proses pengamanan. Keterbatasan CCTV misalnya, yang masih pasif membuat dua orang alumnus Institut Teknologi Bandung mengembangkan teknologi video analitis cerdas (intelligent video analytics) melalui startup Nodeflux.

Nodeflux yang didirikan oleh Meidy Fitranto dan Faris Rahman sejak tahun 2016 berusaha mengembangkan teknologi video yang mampu memberikan terjemahan dari pemantauan yang dilakukan oleh perangkat rekam. CTO Nodeflux, Faris Rahman menjelaskan bahwa melalui teknologinya CCTV tidak akan lagi sekadar menjadi alat untuk melihat dan merekam. "Namun juga bisa memahami tentang apa yang mereka lihat dan memberikan informasi yang telah diproses," jelas Faris.

CEO Nodeflux, Meidy Fitranto kemudian menambahkan bahwa teknologi ini akan memberikan kecepatan respon dari pihak terkait, "Misalnya pemerintah, mereka kini bisa secara otomatis mengidentifikasi tindakan pelanggaran seperti parkir ilegal dan juga mengukur arus lalu lintas kendaraan. Sebagai pemilik toko, produk kami dapat mengumpulkan wawasan mengenai perilaku dan interaksi pelanggan terhadap produk pada toko offline, sehingga akan membantu pemilik toko dalam membuat keputusan yang telat berdasarkan dat ayang komprehensif," jelas Meidy.

Video membaca situasi (Foto: dok. Nodeflux)
info gambar

Solusi ini kemudian akan sangat membantu berbagai pihak di Indonesia. Seperti kerja sama yang telah dilakukan pemerintah di Jakarta dan Bandung yang telah menerapkan konsep smart city. Teknologi Nodeflux berhasil diterapkan pada CCTV di kedua kota tersebut sehingga pemerintah akan lebih mampu mengembangkan fasilitas seperti transportasi publik, manajemen sampah, sistem mitigasi banjir dan sebagainya. Selain itu Nodeflux juga tengah bekerja sama dengan Kepolisian RI untuk meningkatkan sistem operasional kepolisian untuk pengamanan masyarakat.

“Keamanan nasional merupakan hal penting yang harus dijaga ketat oleh negara. Itulah mengapa pemerintah selalu berupaya meningkatkan teknologi serta kemampuan mereka guna mendukung pekerjaan mereka tersebut. Termasuk salah satunya dengan menerapkan teknologi termutakhir. Kami melihat beberapa masalah yang baru-baru ini terjadi di Indonesia telah memberikan pekerjaan tambahan kepada para penegak hukum. Oleh karena itu, kami yakin bahwa solusi yang kami tawarkan mampu memberikan bantuan tambahan secara signifikan bagi penegak hukum untuk melindungi, melayani dan memberikan keselamatan kepada warga negara Indonesia,” ujar Faris.

Kemampuan yang ditawarkan oleh Nodeflux merupakan solusi berbasis deep learning dan computer vision yang memang belum banyak dikembangkan di Indonesia. Sebab teknologi ini sangat bergantung pada kecerdasan buatan yang memang baru saja berkembang di Tanah Air. Nodeflux pun mengklaim bahwa pihaknya merupakan pelopor dalam pengembangan kecerdasan buatan untuk teknologi video.

“Kami bukan hanya merupakan pemain pertama dan satu-satunya yang menyediakan solusi Intelligent Video Analytics di Indonesia. Lebih dari pada itu, kami dapat dengan bangga mengatakan bahwa Nodeflux, produk yang kami kembangkan sendiri, mampu bersaing secara hebat dengan perusahaan teknologi asing dari Jepang, Israel, Singapura, China, dan lainnya di pasar Indonesia dari segi kemajuan teknologi. Kami sangat bersemangat melihat potensi masa depannya,” kata Meidy.

(Foto: dok. Nodeflux)
info gambar

Nodeflux pun menjadi perusahaan Indonesia pertama yang terlibat dalam program Nvidia Inception Program. Program ini merupakan program yang dicanangkan oleh Nvidia untuk pengembangan mikrocip untuk teknologi deep learning. Partisipasi ini membuat Nodeflux mampu untuk mempelajari teknologi in idengan lebih awal dan terjun ke pasar video cerdas lebih cepat.

Perkembangan Nodeflux yang begitu pesat kemudian menarik perhatian banyak pihak, termasuk investor. Investor yang telah sepakat untuk berinvestasi adalah East Ventures yang mengumumkan pada 6 Juni 2018, Nodeflux telah menjadi bagian portofolio investasi. Berdasarkan rilis yang diterima GNFI, langkah East Ventures ini merupakan upaya untuk turut berperan dalam ceruk pasar kecerdasan buatan di Indonesia.

Managing Partner East Ventures, Willson Cuaca mengatakan, “Populasi Internet Indonesia menghasilkan data yang sangat besar dan membutuhkan “otak” untuk mengelola informasi dan mengekstrak nilai mereka. Nodeflux berhasil melakukannya. Mereka mengatur dan mengekstrak informasi dari gambar dan video, kemudian melatih mesin pembelajarannya (machine learning) untuk dapat menyelesaikan masalah lokal lintas sektor. Kami sangat senang dapat mendukung Meidy dan tim-nya untuk menjadikan data teknologi AI di Indonesia dapat berkembang dan diaplikasikan.”

Saat ini industri kecerdasan buatan berada tren yang terus meningkat. Dari data yang diperoleh dari East Ventures diperkirakan bahwa pasar industri kecerdasan buatan secara global akan mencapai US$ 59 miliar pada tahun 2025 atau sekitar 15 kali lebih besar dari ukuran pasar saat ini.

East Ventures sendiri merupakan perusahaan ventura yang telah malang melintang di Asia Tenggara dan Jepang. Portofolionya telah tersebar di berbagai negara seperti Indonesia, Singapura, Jepang, Malaysia, dan Thailand. Beberapa portofolio startup di Indonesia antara lain adalah Tokopedia, Traveloka, Mercari, Disdus (diakuisi oleh Groupon), Kudo (diakuisisi oleh Grab), Techniasia, Omise, IDNTimes, Ruangguru, Mokapos, Shopback, EVHive dan Loket (diakuisis oleh Go-jek)

(Foto: dok. Nodeflux)
info gambar

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Artikel ini dibuat oleh Kawan GNFI, dengan mematuhi aturan menulis di GNFI. Isi artikel ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis. Laporkan tulisan.

Terima kasih telah membaca sampai di sini