Ketupat Sebagai Hidangan Khas Idulfitri. Sudah Tau Maknanya?

Ketupat Sebagai Hidangan Khas Idulfitri. Sudah Tau Maknanya?
info gambar utama

Takbir Idulfitri tinggal hitungan jam, jika satu syawal jadi ditetapkan pada Jumat, 15 Juni 2018. Indonesia dengan berbagai kuliner yang ada, punya hidangan khas untuk Idulfitri, yang hampir di setiap rumah yang merayakan hari kemenangan ini ada. Iya, hidangan yang dimaksud adalah ketupat.

Ketupat atau kupat sendiri adalah hidangan khas Asia Tenggara yang berbahan dasar beras. Beras tersebut dibungkus dengan pembungkus dari anyaman daun kelapa muda (janur) atau kadang-kadang dari daun palma yang lain (Wikipedia). Tapi ketupat ini bukan secara sengaja hadir sebagai santapan khas Idulfitri, loh. Ada makna dibalik makanan ini.

Tradisi Jawa dari Sunan Kalijaga

Menurut penulis buku “Jejak Rasa Nusantara: Sejarah Makanan Indonesia”, Fadly Rahman, ketupat dijadikan sebagai budaya sekaligus filosofi Jawa yang berbaur dengan nilai-nilai keislaman oleh Sunan Kalijaga. Beliau membudayakan 2 kali Bakda, yaitu Bakda Lebaran dan Bakda Kupat.

Keterangan Gambar (© Pemilik Gambar)
info gambar

Pada Bakda Kupat, di tanah Jawa waktu itu hampir setiap rumah terlihat menganyam ketupat dari daun kelapa muda. Setelah selesai dimasak, ketupat diantarkan ke kerabat yang lebih tua sebagai lambang kebersamaan umat muslim.

Hubungan Ketupat dan Lebaran

Selain itu, ketupat dalam bahasa Jawa juga merupakan kependekan dari ngaku lepat dan laku papat. Ngaku lepat berarti mengakui kesalahan dimana di Indonesia ditandai dengan tradisi sungkeman. Prosesi sungkeman dilakukan dengan bersimpuh di hadapan orang tua sambil memohon ampun. Tradisi ini mengajarkan pentingnya menghormati orang tua, bersikap rendah hati, memohon keikhlasan, dan ampunan orang tua.

Bagi orang jawa saat lebaran adalah moment tepat untuk melakuka sungkem atau dikenal dengan istilah meminta maaf. Tata cara sederhana sungkem sendiri biasanya sambil duduk, dan mereka yang lebih muda akan mencium tangan saudara yang lebih tua. Tidak cukup disitu saja, mereka atau saudara yang lebih muda akan mengucapkan beberapa kata kata dalam bentuk bahasa jawa halus atau kromo ingil. Bagi orang jawa, lebaran kurang pas jika tidak disertai dengan adanya tradisi sungkeman. Biasanya, mereka yang lebih muda akan berjalan atau berkeliling kerumah saudara yang lebih tua atau yang dituakan. #Indonesia #GoodNews #news #beritabaik #sungkem #lebaran #GNFIramadan #ramadan #ramadanbaik #hariraya #GoodNewsFromIndonesia #GNFI

Sebuah kiriman dibagikan oleh Good News From Indonesia (@gnfi) pada

Sementara laku papat, memiliki makna empat laku yang tercermin dari wujud empat sisi ketupat. Yang pertama adalah Lebaran (asal kata dasar ‘lebar’) yang berarti pintu ampun dibuka untuk orang lain. Lebaran juga bermakna usai, yang menandakan berakhirnya bulan Ramadan.

Makna kedua adalah Luberan, yang berarti meluber atau melimpah. Makna ini sebagai simbol ajaran untuk bersedekah kepada kaum miskin. Pengeluaran zakat fitrah menjelang lebaran contohnya. Selain menjadi kewajiban umat muslim, zakat fitrah juga menjadi wujud kepedulian kepada sesama manusia.

Setelah Luberan, ada makna Leburan yang berarti habis dan melebur. Makna ini dimaksudkan untuk dosa dan kesalahan manusia yang melebur habis karena dituntut untuk saling memaafkan satu sama lain.

Makna yang terakhir adalah Laburan, yang berasal dari kata labur atau kapur. Kapur merupakan zat yang biasa digunakan untuk penjernih air maupun pemutih dinding. Dalam Idulfitri, hal ini bermakna menyucikan diri atau putih kembali layaknya bayi.

Makna Anyaman dan Belah Ketupat

Keterangan Gambar (© Pemilik Gambar)
info gambar

Ketupat memiliki anyaman yang rumit. Rumitnya anyaman ini melambangkan beragam kesalahan manusia dalam hidup. Sedangkan membelah ketupat, menjadi simbol bahwa jika seseorang sudah ikhlas saling memaafkan, maka hatinya menjadi bersih. Hal ini ditandai dengan warna putih yang terlihat setelah ketupat dibelah. Tak hanya itu, butiran beras yang menjadi ketupat juga melambangkan adanya kebersamaan setelah saling memaafkan.


Sumber: Kompas, IDN Times, Pikiran Rakyat

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Artikel ini dibuat oleh Kawan GNFI, dengan mematuhi aturan menulis di GNFI. Isi artikel ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis. Laporkan tulisan. Artikel ini dilengkapi fitur Wikipedia Preview, kerjasama Wikimedia Foundation dan Good News From Indonesia.

Terima kasih telah membaca sampai di sini