Spesies Baru! Katak Tanduk Tak Bertulang Ditemukan di Sumatera Selatan

Spesies Baru! Katak Tanduk Tak Bertulang Ditemukan di Sumatera Selatan
info gambar utama

Lagi dan lagi, ilmuwan dari Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) menemukan spesies katak baru yang ada di daerah Sumatera Selatan. Katak tersebut pun kemudian dinamai Megophrys Lancip, yang pertama kali ditemukan awalnya di tahun 2013. Namun, kala itu spesies katak baru tersebut diidentifikasi sebagai jenis lain.

Melalui penelitian morfologi dan molekuler diketahui bahwa katak bertanduk lancip tersebut memiliki karakter yang unik. Dituturkan dalam Kompas, salah seorang peneliti reptil dan amfibi LIPI menyampaikan bahwa di atas mata dan di bagian moncong katak tersebut terdapat tanduk yang meruncing. Tanduk tersebut berupa lipatan kulit dan bukan layaknya tanduk dari tulang. Warna kulitnya pun juga menyerupai daun kering di lantai hutan.

Hutan di Sumatera Selatan Disebut Sebagai Tempat Ditemukannya Spesies Baru Katak Tersebut
info gambar

Diketahui bahwa habitat katak tanduk lancip tersebut berada di daerah hutan primer atau sekunder, tepatnya di lantai hutan yang tidak jauh dari aliran jernih sungai. Disebutkan pula bahwa di daerah Indonesia, katak tanduk rupanya tersebar di beberapa wilayah yakni Jawa, Sumatera, dan Kalimantan. Karakter katak tersebut merupakan endemik yang ciri-cirinya berbeda dengan beberapa spesies lain.

Di sisi lain, hampir mirip dengan katak pada umumnya, katak tanduk lancip jantan memiliki ukuran lebih kecil daripada katak betina. Selain itu, katak tanduk lancip jantan juga memiliki nuptial pad atau bantalan untuk kawin yang ada di ruang belakang jari tangan pertama dan kedua. Bantalan kawin tersebut berfungsi saat musim kawin agar dapat berpegangan kuat dengan katak betina.

Selain itu, para ahli turut melakukan tes DNA dengan mengambil spesimen dari otot dan hati katak yang sudah diberi tindakan euthanasia, sehingga identifikasi yang dilakukan mampu memperoleh hasil secara detail. Nantinya hasil lebih dalam dari penelitian tersebut mampu menjadi acuan yang berfungsi bagi dunia pengetahuan di masa yang akan datang.


Sumber: Kompas

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Artikel ini dibuat oleh Kawan GNFI, dengan mematuhi aturan menulis di GNFI. Isi artikel ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis. Laporkan tulisan.

Terima kasih telah membaca sampai di sini