Ilmuwan wanita, Eniya Listiani Dewi, berhasil mendapatkan penghargaan BJ Habibie Technology Award 2018. Eniya menciptakan inovasi teknologi energi fuel cell, mengubah gas hidrogen menjadi listrik.
Beberapa kriteria yang dipenuhi Eniya untuk meraih penghargaan BJ Habibie Technology Award yakni invention for technology advancement, recognition of international journals, recognition of papers international symposiums, recognition of the leadership of scientific association dan recognition of the patent.
Dikutip dari Bisnis, "inovasi berbasis riset harus dihilirisasi dan dikomersialisasikan agar memiliki nilai tambah. Lebih dari itu penelitian terapan berbasis output yang dapat memberikan solusi atas permasalahan saat ini secara praktis juga harus didorong", kata Menteri Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi Mohamad Nasir.
Teknologi energi fuel cell yang diciptakan Eniya ini menggunakan bahan baku lokal dan dipasang pada motor juga back up power untuk berbagai peralatan. Proses produksi gas hidrogen telah dikembangkan dari limbah biomassa dengan bahan baku limbah dari industri kepala sawit.
Eniya mengatakan, "Karena dulu waktu di Waseda, saya sebenarnya ingin mengaplikasikan fuel cell, tapi tidak diperbolehkan sama profesor saya karena menggunakan hidrogen. Alasannya berbahaya. Profesor meminta saya untuk pakai baterai oksigen saja,".
"Hidrogen itu kan fasilitasnya khusus jadi di laboratorium saya kalau untuk percobaan temporari saja, harus diruangan khusus dengan lubang udara.", tambahnya.
Dilansir dari Tempo, Eniya bergabung dengan Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT). Dan mendapatkan beasiswa STAID yang merupakan program BJ Habinie untuk melanjutkan pendidikan S1 di Waseda University. Kemudian setelah itu pulang dan kembali bergabung di bidang energi BPPT. Saat ini Eniya menjabat sebagai Deputi Kepala BBPT Bidang Teknologi Agroindustri Bioteknologi.
Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News