Hidup Rukun Ala Suku Dayak di Umah Betang

Hidup Rukun Ala Suku Dayak di Umah Betang
info gambar utama

Indonesia memiliki banyak sekali warisan budaya yang sarat dengan makna filosofis. Mulai dari makanan khas, pakaian adat, hingga rumah adat, Indonesia memiliki banyak ragam di kebudayaannya.

Salah satunya adalah rumah adat khas suku dayak. Rumah ini masih bisa ditemukan di Kalimantan Tengah. Keunikan dari rumah ini adalah nilai filsafahnya yang sangat menginspirasi. Rumah adat ini bernama rumah panjang atau dalam istilah sehari-hari bahasa Dayak adalah Umah Betang.

Umah Betang dapat ditemui hampir diseluruh wilayah di Pulau Kalimantan. Terlebih di daerah hulu sungai, tempat suku Dayak biasanya bermukim.

Dari segi arsitektur sendiri, Umah Betang biasanya memiliki panjang 150 meter, lebar 30 meter, dan tinggi 3 meter. Rumah ini berjenis panggung, dikarenakan pada zaman dahulu suku Dayak kebanyakan tinggal didaerah pinggiran sungai. Ini bertujuan untuk mencegah rumah terendam banjir dan menghindari serangan binatang buas.

Dilansir dari Kompas.com, ruangan didalam rumah ini terbagi menjadi 3 bagian. Pertama, ruang utama rumah; ruang yang menghubungkan manusia dengan alam surgawi. Kedua, Kedua, ruang bunyi gong; ruang yang menghubungkan manusia dengan penghuni alam surgawi. Ketiga, ruang ragawi yang tidak kelihatan, atau ruang surgawi.

Dalam satu Huma Betang biasanya dihuni oleh beberapa keluarga. Mereka hanya terpisahkan sebuah sekat untuk membedakan keluarga satu dengan yang lain. Guru Besar Universitas Palangka Raya (Unpar) Prof Dr H Norsanie Darlan, mengatakan bahwa masyarakat Dayak memiliki konsep bebas terpimpin, yang mana setiap individu dianggap setara sehingga interaksi antar individu tidak mengalami distorsi dan kekhawatiran.

Tingginya rasa kekerabatan karena merasa semuanya bersaudara, inilah yang membuat masyarakat Dayak bisa hidup berdampingan dan kompak dengan beberapa keluarga meskipun satu rumah. Tanggung jawab merupakan hal yang dijunjung tinggi dalam masyarakat dayak. Dengan adanya tanggung jawab, maka muncul budaya untuk menghormati sesame.

Masyarakat Dayak memberikan contoh bagaimana cara hidup bermasyarakat lewat Umah Betang. Tidak pernah ada perselisihan, saling menghargai, menghormati dan saling tolong menolong merupakan sesuatu yang mereka junjung tinggi.

Sumber: Kompas.com

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Artikel ini dibuat oleh Kawan GNFI, dengan mematuhi aturan menulis di GNFI. Isi artikel ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis. Laporkan tulisan.

Terima kasih telah membaca sampai di sini