Ekspansi Startup Fintech Indonesia ke Thailand

Ekspansi Startup Fintech Indonesia ke Thailand
info gambar utama

Akhir Desember 2018 nanti Investree, sebuah perusahaan teknologi yang menyediakan layanan peminjaman peer to peer (P2P lending) akan memperluas layanan ke Thailand.

Ekspansi tersebut dapat dilaksanakan berkat suntikan dana seri B dari enam investor baik lokal maupun internasional.

Enam investor tersebut adalah SBI Holdings, Mandiri Capital Indonesia, Persada Capital, Endeavor Catalyst, dan 9F Fintech Holdings Group, juga Kejora Venture yang juga sebelumnya melakukan investasi.

Sumber: Kontan
info gambar

Dikutip dari CNN Indonesia, Co-Founder sekaligus CEO Investree Adrian Gunadi menyebutkan "Kami bersyukur dengan adanya dukungan para investor yang memiliki kredibilitas dam membangun ekonomi digital yang mampu meningkatkan Inklusi keuangan di Indonesia dan Asia Tenggara."

Dengan tujuan pengembangan pasar Investree, suntikan dana tersebut dialokasikan khusus untuk pengeluaran perusahaan guna ekspansi ke Thailand. Adrian menargetkan aplikasi Investree sudah dapat digunakan di negeri gajah putih itu pada Desember 2018.

Adrian mengatakan pasar di Thailand memilki karakteristik yang serupa dengan Indonesia. Oleh karena itu Adrian mengatakan dalam ekspansi ini, Investree akan membawa produk-produknya andalannya seperti invoice financing.

Dengan invoice financing, peminjam menjamin tagihan yang sedang berjalan sebagai sumber pembayaran peminjaman.

"Dengan model demografi mirip dengan Indonesia jumlah UMKM masih banyak yang belum dilayani sektor perbankan. Potensi invoice financing produk kami yang menarik ini bisa digunakan di Thailand karena bersifat global," ujar Adrian.

Adrian menjalankan strategi dengan menggandeng partner lokal. Pastinya strategi ini digunakan mengingat partner lokal memiliki pemahaman lebih dalam mengenai karakteristik pasar di Thailand dan hubungannya dengan regulator.

Pasalnya berdasarkan pengalaman Investree membangun perusahaan di Indonesia, pemahaman pasar dan hubungan dengan regulator merupakan faktor krusial.

"Dari pengalaman kita mulai di Indonesia, dua hal itu sangat penting. Hubungan dengan regulator dan pemahaman terkait pasar dan resiko-resiko pasar tersebut," ujar Adrian.

Sumber: Tribun Jateng
info gambar

Kendati demikian pengalokasian dana Investree terbesar adalah pengembangan di bidang Teknologi. Pengembangan ini dilakukan untuk memperkuat infrastruktur teknologi akan mampu mengolah transaksi lebih banyak dan integrasi dengan ekosistem P2P lending.

Layanan P2P lending sendiri merupakan layanan pinjam meminjam menggunakan platform teknologi. Platform ini mengumpulkan pengguna yang berperan sebagai pemilik pemodal dan peminjam. Pemilik modal perseorangan bisa memberikan pinjaman kepada para peminjam yang ada di platform tersebut.

"Tentu karena kita ciptakan banyak ekosistem kami, kita butuh investasi integrasi IT. Jadi infrastruktur harus kuat bagaimana kita bisa olah ribuan transaksi yang bersumber pada ekosistem yang kita ciptakan," ujar Adrian.

Kendati demikian Adrian tidak menyebut berapa jumlah dana suntikan yang didapatkan oleh Investree. Adrian menyebut jumlah dana ini cukup strategis mengingat nama besar para investor.

Khususnya penyumbang dana terbesar, SBI Holding yang merupakan perusahaan induk dari beberapa perusahaan layanan dknansi daring dan kegiatan investasi di Jepang dan Internasional.

"Kami tidak bisa menyebut angka investasi. Menurut kami nama besar para investor ini menunjukkan besaran dana cukup strategis," ujar Adrian.

Pada Desember 2016 total fasilitas pinjaman yang disalurkan Investree sekitar Rp52 miliar. Pada Desember Juli 2018 sudah mencapai angka Rp1,04 triliun. Padahal pada Desember 2017 dana yang disalurkan masih berada di angka Rp537 Miliar.


Sumber: CNN Indonesia

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Artikel ini dibuat oleh Kawan GNFI, dengan mematuhi aturan menulis di GNFI. Isi artikel ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis. Laporkan tulisan.

Terima kasih telah membaca sampai di sini