"Pasrah Sudah Saya", Lalu "Terima Kasih"

"Pasrah Sudah Saya", Lalu "Terima Kasih"
info gambar utama

Pasrah sudah saya.

Sore panas itu, saya sampai di rumah ibu saya di Jogja, setelah perjalanan 4.5 jam dari Surabaya dengan kereta api Argo Wilis. Saya baru tersadar, bahwa kamera yang belum lama saya beli, tertinggal di seat no. 8D. Saat itu sudah hampir jam 15.00 wib, dan saya keluar dari gerbong KA tersebut sekitar jam 11.15 siang. Artinya, saya baru sadar bahwa kamera itu tertinggal di KA setelah 4 jam lebih.

"Pasrah sudah saya" pikir saya. Saya ceritakan hal tersebut ke kakak saya. Hilang lah pasti, kata saya. Namun kakak saya itu membuat semuanya berubah. "Belum lapor kok sudah pasrah" katanya. Saya benar baru tersadar, belum berbuat apa-apa kok sudah pasrah. Tanpa menunggu, saat itu juga saya menulis email ke layangan pelanggan PT KAI. Sengaja saya tidak telpon, tujuannya sederhana, agar PT KAI punya waktu melakukan pengecekan, sehingga email balasan nanti sudah berisi kabar ataupun solusi.

Saya berharap, setidaknya dalam waktu 3-4 hari, email saya sudah terbalas, dan kabar akan kamera saya sudah ada. Kali ini, saya bisa pasrah dengan lebih lega, karena saya sudah mencoba 'mencari', dan kalau hilang pun, saya sudah ikhlas.

Harapan saya 'salah'.

Yang saya dapatkan adalah hal yang tidak terduga. Tak menunggu lama, pada jam 15.25, email saya dibalas!

Keterangan Gambar (© Pemilik Gambar)

Saya terlambat membaca dan membalas email tersebut, dan balasannya terkirim pada 16.10 WIB.

Kemudian saya berpikir bahwa selama ini saya salah. PT KAI benar-benar sudah berubah.

Sekali lagi, benar-benar sudah berubah.

Kita masih ingat dulu, naik kereta api adalah sebuah perjuangan penuh kesabaran. Antri panjang membeli tiket, jadwal yang sering sekali terlambat (baik keberangkatan maupun kedatangan), dan gerbong kereta api yang sungguh tak nyaman, selain gerbong-gerbonya tua, juga banyak pedagang bebas berjualan hilir mudik. Sungguh tak nyaman.

Di Jabotabek, kita mungkin masih ingat bagaimana KRL dan KRD dipenuhi penumpang-penumpang ilegal yang tak punya tiket, dan banyak yang naik ke atas gerbong, pun bergelantungan di pintu-pintu, mirip di Bangladesh atau Pakistan.

Itu dulu. Banyak yang mungkin tak ingat dan tak mau mengingat.

Itu kisah lama yang sudah sudah dikubur dalam oleh PT KAI, dan sudah lepas dari memori kita.

Interior yang nyaman | penumpang.kai.id
info gambar
image by pemumpang.kai.id
info gambar

Kini, kereta api kita adalah sebuah pilar baru kebanggaan banyak orang. Ketepatan waktunya sempurna (menurut saya), seluruh awak KA; mulai yang di stasiun hingga di atas kereta, menunjukkan keramahan luar biasa khas Indonesia, tak ada lagi para penjual dan non penumpang bisa masuk kereta, apalagi yang tak punya tiket.

On top of that, kereta-kereta kini makin indah, manis, nyaman, dan membanggakan. Bahkan kereta kelas ekonomi yang dulu begitu tidak nyaman, kini diubah menjadi kereta yang begitu nyaman mirip kereta-kereta di negara maju. Jangan tanya kereta eksekutif, dan kereta wisata yang begitu eksklusif. Interior dan seating-nya mirip dengan pesawat kelas bisnis, lengkap dengan berbagai fitur layanan. Pun ditambah kereta bandara yang modern, dan kereta-kereta Jakarta Commuter Line yang tak ada bedanya dengan di Jepang.

Lamunan saya terhenti, ketika handphone saya berbunyi 'ting', ada email masuk. Jam 16.33 wib. Yap, jawaban dari PT KAI yang ditunggu-tunggu.

Ternyata..

Keterangan Gambar (© Pemilik Gambar)

Tak hanya ketemu, kamera itu juga akan dikirim malam itu juga ke Yogyakarta.

Luar biasa.

Jam 15.00 saya lapor, 15.25 dapat balasan, lalu saya membuang 45 menit untuk mereply balasan jam 16.10, dan jam 16.33 kamera saya ditemukan. Artinya, PT KAI (hanya) membutuhkan waktu 48 menit dari sejak saya melapor, untuk memproses laporan saya, dan menggerakkan jajarannya untuk mencari dan menemukan kamera saya.

Sebuah ekosistem bekerja dengan cepat dan sempurna.

Jika anda adalah karyawan PT KAI, selamat. Anda perlu bersyukur dan berbangga bekerja di sebuah perusahaan yang punya sejarah panjang, dan telah berhasil bertransformasi menjadi sebuah entitas berkelas. Ketahuilah, sistem kereta api kita saat ini berada di peringkat 3 Asia Tenggara, terpaut tak jauh dari Singapura dan Malaysia.

Dan bagi rakyat Indonesia, inilah pilar baru kebanggaan itu. Yang tak hanya memberikan rasa bangga, tapi juga memberi contoh dan membuka jalan bagi banyak bidang lain untuk bertransformasi dengan cepat.

Kepada PT KAI, terima kasih.

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Jika Anda tertarik untuk membaca tulisan Akhyari Hananto lainnya, silakan klik tautan ini arsip artikel Akhyari Hananto.

Terima kasih telah membaca sampai di sini