Kapal Tanpa Awak, Solusi dari IPB untuk Jaga Wilayah Perairan Indonesia

Kapal Tanpa Awak, Solusi dari IPB untuk Jaga Wilayah Perairan Indonesia
info gambar utama

Tiga mahasiswa Institut Pertanian Bogor (IPB) ciptakan kapal tanpa awak untuk jaga perairan Indonesia. Kapal otonom ini memiliki kemampuan untuk berkomunikasi satu sama lain. Kapal otonom ini diprogram secara khusus, sehingga kapal dapat berinteraksi dengan sesamanya.

Teknologi Swarm-ship telah dikenal di banyak negara. Kapal berteknologi seperti ini dapat digunakan dalam berbagai keperluan. Kapal tanpa awak ini dapat dimanfaatkan dalam upaya untuk mengintai, memantau, dan membantu pertahanan di wilayah perairan.

Swarm-ship yang dikembangkan oleh tiga mahasiswa IPB ini memiliki perbedaan dengan kapal dengan teknologi sejenis. Kapal buatan mahasiswa FPIK ini dilengkapi dengan teknologi terbaru.

Teknologi partical swarm optimization yang disematkan pada kapal ini memungkingkan kapal untuk membentuk formasi. Kapal tanpa awak ini akan membentuk komunitas dengan sesama autonomous lain yang bertujuan untuk menyergap, mengepung, maupun untuk bertahan.

"Swarm ship dilengkapi dengan sistem swarm intelligence, kami merancang berbeda dengan kapal pengintai yang sudah ada," kata Ahmad Vidura salah satu perancang Swarm-ship kepada Antara.

Selain digunakan sebagai kapal untuk menjaga pertahanan dan keamanan di laut, Swarm-ship juga bisa digunakan untuk keperluan riset. Kapal tanpa awak ini dapat mendeteksi parameter fisik kimia laut, bahkan bisa digunakan untuk mendeteksi keberadaan kapal yang karam.

Kapal ini terhubung dengan konsep tipologi star yang terdiri dari tiga kapa. Satu kapal bertindak sebagai instruktur, dan yang lainnya sebagai kapal pendukung.

Kapal saling terhubung dengan bantuan sinyal gps yang dikirim dari tiap kapal. Kapal pendukung akan mengirim sinyal informasi lokasi mereka kepada kapal instruktur. Sebelumnya di tiap kapal telah diletakkan komputer mini tang berisi program yang telah dibuat.

Setelah kapal instruktur mendapat sinyal dari kapal pendukung, kapal instruktur akan mengirim perintah untuk membuat formasi. Formasi ini disesuaikan dengan kondisi yang ada di lapangan.

"Kapal ini dirancang bisa dilengkapi dengan alat pelindung, kalau dalam ukuran besarnya bisa dipasang alat pertahanan seperti rudal atau lainnya," ujar Ahmad.

Kapal buatan Chaidar Aji Nugroho, Ahya Mudah Siti Rohmawati, dan Ahmad Vidura, di bawah bimbingan Prof Indra Jaya, dibuat untuk menjaga kedaulatan negara di wilayah perairan.

Sumber : antara

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Artikel ini dibuat oleh Kawan GNFI, dengan mematuhi aturan menulis di GNFI. Isi artikel ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis. Laporkan tulisan.

Terima kasih telah membaca sampai di sini