''Eaa.... Eaaa....'' Untuk Indonesia

''Eaa.... Eaaa....'' Untuk Indonesia
info gambar utama

Badminton atau bulutangkis merupakan jenis olahraga yang berasal dari India. Mulanya pada tahun 1800-an di Mesir kuno berkembang suatu olahraga yang menggunakan raket dan kok, olahraga inilah yang kemudian dipercaya menjadi asal-muasal dari bulutangkis. Olahraga ini berkembang dan menyebar menuju daratan Asia hingga tiba di wilayah India dan menjadi olahraga yang banyak dimainkan di kota Pune. Tentara Inggris yang berada di India merasa tertarik dengan jenis olahraga ini. Saat mereka kembali ke negaranya, mereka mengenalkan jenis olahraga ini hingga menjadi suatu olahraga yang terkenal di negaranya.

Sementara itu, olahraga bulutangkis mulai dikenal di Indonesia sekitar tahun 1930-an, lambat laun berkembang menjadi sebuah olahraga yang sangat digemari masyarakat. Hingga saat ini, bulutangkis menjadi olahraga kebanggaan Indonesia karena berhasil mengantarkan Indonesia meraih berbagai prestasi di ajang perbulutangkisan dunia, baik yang bersifat regional maupun internasional. Sudah banyak medali olimpiade yang kita dapatkan dari olahraga bulutangkis, mendapat berbagai thropy kejuaraan lainnya pun sudah pernah kita rasakan.

Dibalik dari segala prestasi dunia perbulutangkisan Indonesia, ada hal yang tak kalah menariknya untuk dibahas. Masyarakat Indonesia dikenal sebagai masyarakat yang sangat antusias terhadap perhelatan pertandingan bulutangkis, khususnya apabila perhelatan itu dilaksanakan di Indonesia. Penonton bulu tangkis Indonesia adalah penonton dengan tingkat fanatisme yang sangat tinggi. Mungkin negara lain memiliki tingkat fanatisme terhadap bulutangkis yang sama, namun hanya penonton Indonesia yang mampu mengekspresikan rasa fanatisme dengan meriah.

Istora senayan sebagai markas perhelatan pertandingan bulu tangkis di Indonesia memiliki atmosfer tersendiri. Sorak-sorak ramai penonton membuat olahraga ini terkesan lebih menarik dibandingkan olahraga lainnya. Teriakan “eeeeeaaa….eeeeeeaaaaa” menjadi ciri khas penonton Indonesia yang tak mungkin dapat kita temukan di negara lain. Pesta perhelatan ini bagaikan pesta rakyat yang sangat bergempita. Penonton seolah tak pernah lelah, mendukung para pahlawan bangsa dari babak utama hingga babak final tiba. Perhelatan bulutangkis di Indonesia, sama seperti menonton konser rock saja.

Atlet-atlet Indonesia seolah mendapat angin segar apabila bertanding di Istora, penonton memberikan mereka dorongan semangat tanpa henti yang sekaligus menjadi dorongan mental untuk dapat membanggakan negara di hadapan mata rakyatnya sendiri. Sementara atlet negara lain merasa tertantang melawan wakil tuan rumah, ada juga yang malah menjadi salah tingkah dan sering membuat kesalahan di permainnanya.

Aksi fanatisme para penonton Indonesia bukanlah suatu hal yang negatife, fanatisme yang tinggi tak membuat mereka lupa diri. Apabila atlet Indonesia kalah dalam pertandingan, mereka akan tetap sportif. Mungkin perasaan kecewa karna jagoannya tak juara, tapi mereka tetap menghormati apapun hasilnya. Supporter Indonesia bahkan berani mendukung atlet-atlet yang berasal dari negara lain yang memang memiliki kualitas permainan yang tinggi.

Tak sedikit dari para penikmat bulutangkis Indonesia yang kemudian mengidolakan beberapa pemain luar negri, selain atlet Indonesia sendiri. Mereka di antaranya mengidolakan Ratchanok Intanon yang berasal dari Thailand, Lee Young Dae yang berasal dari Korea, atau Viktor Axelsen yang berasal dari Denmark.

Nyatanya, di balik sifat fanatisme yang tinggi, masih tersimpan nilai-nilai sportifitas olahraga yang memang harus tetap dijunjung. Nilai ini yang kemudian membuat Indonesia menjadi panutan dunia dalam perhelatan pertandingan bulutangkis berskala Internasional. BWF yang merupakan induk organisasi bulutangkis dunia bahkan mengapresiasi perhelatan pertandingan bulutangkis di Indonesia menjadi perhelatan terbaik di dunia. Selain karena venue yang digunakan memang memiliki fasilitas yang lengkap, nyatanya penonton Indonesia memiliki daya tariknya tersendiri. Berhasil memberikan kesan baru yang tak pernah ditemukan dibelahan dunia lain.

Banyak pula dari atlet-atlet luar negeri yang merasa ikut senang apabila bisa tampil di Indonesia, seolah karir mereka belum lengkap jika belum menginjakkan kaki di Istora. Mereka ingin meraskan bagaimana riuhnya suara di Istora, bagai mengunjungi tempat yang memang belum pernah mereka rasakan sebelumnya. Indonesia memang cetar membahana.

Indonesia harus bangga, bukan hanya atlet kita saja yang berprestasi, penontonnya pun patut diberi apresiasi. Bagaimana sebuah nilai fanatisme yang tinggi bisa beradu-padu dengan rasa sportifitas tanpa batas. Indonesia patut bangga.

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Artikel ini dibuat oleh Kawan GNFI, dengan mematuhi aturan menulis di GNFI. Isi artikel ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis. Laporkan tulisan.

Terima kasih telah membaca sampai di sini