Zohri, Sang Pelari Juara Dunia. Keterbatasan Bukan Pembatas.

Zohri, Sang Pelari Juara Dunia. Keterbatasan Bukan Pembatas.
info gambar utama

Tema: Indonesia Sportif

Kategori: Sportifitas Ala Nusantara

Saat tulisan ini dirilis, Lombok, khususnya Lombok bagian utara (selanjutnya disebut Lombok Utara) sedang mengalami musibah gempa bumi yang bertubi-tubi. Begitu banyak korban nyawa yang berjatuhan, rumah rata dengan tanah, dan kondisi psikologis yang ketakutan. Di sisi lain perhelatan Asian Games 2018 terus dipersiapkan yang terbaik. Maka tulisan ini lahir dalam rangka, mengabadikan kisah salah seorang atlet yang berasal dari Lombok Utara. Lalu Muhammad Zohri (selanjutnya dalam artikel ini akan disebut Zohri) adalah asli Lombok Utara yang baru-baru ini menjadi begitu hits di Indonesia. Bagaimana tidak hits, jika seorang anak dusun dibalik gunung tiba-tiba tanpa prediksi sedikitpun, menjadi juara satu dalam ajang lari paling bergengsi di dunia. Meraih medali emas kejuaraan dunia atletik U-20 Nomor 100 Meter putra di Tempere, Finlandia pada tanggal 11 Juli 2018.

Zohri adalah atlet yang memulai karirnya dalam keterbatasan. Salah satunya dalam kondisi keterbatasan ekonomi yang membuatnya tidak mampu memiliki sepatu. Tanpa sepatu, tidak menjadi hambatan baginya untuk terus berlatih lari. Pantai yang memang menjadi habitat dominan Zohri di Lombok Utara sana adalah wahana utama Zohri berlatih lari. Pasir lembut khas Lombok Utara menjadi teman setia Zohri mengasah kemampuan larinya. Terbayang oleh saya bagaimana nikmatnya berlatih lari di pantai dengan pemandangan laut lepas dan angin sepoi-sepoinya. Apalagi ditambah hati riang gembira karena hal tersebut memang disukainya, akan menghasilkan kualitas lari yang sehat dan hebat. Ah, keterbatasan malah menjadi nikmat tiada tara.

Kemudian, hal selanjutnya yang layak menjadi pelajaran bagi kita semua, bagaimana Zohri bisa menjadi sehebat ini dalam dunia lari. Sebagaimana yang dituturkan Nursyda Syam dalam status facebooknya

“Reza, salah seorang anak saya ternyata teman sekolah Zohri saat di bangku SMP. Ibu Ida, guru SMP merekalah yang pertama kali menemukan bakat anak yatim piatu ini. Menurut penuturan Reza dan juga berdasarkan penuturan kakak kandung Zohri yang saya lihat di media, Zohri tidak begitu tertarik untuk belajar di dalam kelas. Tapi ia sudah menemukan bakatnya sejak dini : berlari. Dan kini anak yang dikejar-kejar gurunya untuk belajar di dalam kelas itu membuat sejarah baru untuk dunia olah raga Indonesia”.

Yaps, menurut saya ini salah satu tahapan penting dari kehidupan Zohri. Bertemu dengan guru dimasa SMP yang tidak mendistorsi minatnya pada olahraga lari. Sang guru melihat zohri tidak berminat duduk diam dikelas dengan pelajaran-pelajaran, tapi Zohri lebih tertarik berada diluar kelas dan melakukan kegiatan fisik. Hal ini tidak membuat guru menghakiminya sebagai anak bandel, malah didukung untuk menindaklanjuti minat larinya tersebut dengan diikutkan pada latihan lari yang serius.

Lombok secara geografis masuk kedalam wilayah Indonesia tengah, tidak sememprihatinkan timur tapi tidak juga semaju barat. Lombok menurut saya tumbuh dengan stagnan, karena lokasinya yang memang membuat tidak terlalu extreme disatu sisi. Apalagi Lombok Utara yang kontur geografisnya tidak mudah dan kelambatan pemerintah daerah memajukan wilayahnya dengan merata, membuatnya lama berkembang. Maka sosok Zohri betul-betul menjadi lecutan yang sangat baik bagi semangat kaum muda Lombok Utara untuk maju apapun kondisinya. Nursyda Syam dalam uraiannya menutuo dengan kalimat

“Zohri membuat kita percaya bahwa kanak dayan gunung tak boleh lagi menunduk malu mengakui sebagai tau daya, kita sama sejajar dengan anak-anak belahan bumi manapun. jika ada yang merendahkan dan mengejek kita dengan sebutan kanak dayan gunung bebaturan kanca monyet lek pusuk (anak gunung utara berteman monyet), ( hinaan yang dulu pernah saya terima) maka lawan dengan cara menjadi yang terbaik di lintasan yang Tuhan ciptakan untuk kita”

Zohri muncul dalam kebanggaan tingkat dunia, membuat tidak hanya Lombok Utara yang bangga. Lombok seluruhnya juga ikut bangga. Karena tidak banyak prestasi setaraf itu, yang orang Lombok pernah lakukan. Zohri bagaikan mutiara dayan gunung yang membuka mata, bahwa keterbatasan bukan batasan untuk berprestasi. Tidak melulu harus prestasi yang berbau eksak semacam matematika atau fisika, cukup gali potensi diri serta minat. Apapun itu, jika ditekuni, insyaAllah hasil tidak akan menghianati proses kata orang-orang.

Zohri muncul sebagai atlit rendah hati, yang tidak berfikir aneh-aneh. Pada wawancara di Prime Time News Metro TV. Zohri bertutur bahwa saat mendengar sambutan ketika tiba di bandara soekarno hatta, “Saya merasa terharu, karena saya orang biasa, tidak pernah menyangka akan disambut seperti itu”. Banyak hal yang bisa kita petik dari sikap Zohri, saat Zilvia Iskandar pembawa acara Prime Time News menanyakan “Bagaimana lalu mengasah mental menghadapi lawan yang sudah jadi langganan juara dunia. Zohri kemudian menjawab “Saya punya target”. Zilvia spontan bertanya “Emas?”, dan jawaban Zohri diluar dugaan “Bukan sih, target saya adalah melakukan yang terbaik. Maksudnya, kan saya kurang ketika memulai lari di starblock, jadi saya cuma mau memperbaiki cara star di starblock, ayunan tangan dan waktu. Maka dari jawaban yang seteknis itu, memperlihatkan bahwa Zohri-pun tidak menyangka ia akan mendapatkan emas. Kemudian dialog lain yang sangat menarik dalam wawancara ini terkait bendera yang digunakan saat selebrasy kemenangan yang menimbulkan polemik di tengah netijen sosial media. Zohri menjelaskan bahwa “Sebenarnya saya tidak tau bendera itu dari siapa. Setelah saya melihat nama saya dilayar, karena saya tidak tahu bahasa inggris, saya takut diwawancarai. Jadi Habis sujud saya mau naik keatas tribun. E…., malah ditarik sama wartawan, dan disuruh foto-foto sama atlet amerika”. Begitulah Zohri, hebat dengan kesederhanaannya. Maka untuk Zohri, doa saya Teruslah tumbuh menjadi atlet yang rendah hati dan apa-adanya, dengan satu niat yaitu melakukan dan memberi yang terbaik untuk Indonesia. Sudah, itu saja!

Pertanyaan terakhir Zilvia, apa target Zohri di Asian Games 2018. “Kalau saya bisa buat yang terbaik ya sukurlah, soalnya kan saya masih kecil, masih 18 tahun”. Ah Zohri…., kau selalu bisa memberikan jawaban pemecah suasana yang terlalu ambisius.

#menuliskabarbaik4


Sumber:

https://www.facebook.com/nursyda.syam (diakses pada tanggal 7 agustus 2018)

https://www.youtube.com/watch?v=YCRYPlXazX0 (diakses pada tanggal 7 agustus 2018)

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Artikel ini dibuat oleh Kawan GNFI, dengan mematuhi aturan menulis di GNFI. Isi artikel ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis. Laporkan tulisan.

Terima kasih telah membaca sampai di sini