Menteri Susi Terima Gelar Kehormatan Dayak Kenyah

Menteri Susi Terima Gelar Kehormatan Dayak Kenyah
info gambar utama

Ribuan masyarakat adat Dayak Kenyah memadati gedung Convention Hall, Samarinda, Kalimantan Timur, Kamis (23/8/2018). Mereka menghadiri Musyawarah Besar (Mubes) Kerukunan Tebengang Lung, yang dibuka langsung oleh Menteri Kelautan dan Perikanan, Susi Pudjiastuti.

Sebagai tamu kehormatan, Susi langsung didaulat menjadi warga Dayak Kenyah dengan gelar Dau Mening. Artinya, matahari yang cerah. Dengan predikat itu, Susi merupakan bagian dari kerukunan Tebengang Lung Kalimantan dan diharapkan memperhatikan kehidupan masyarakat Adat Dayak Kenyah.

“Terima kasih sudah menjadikan saya bagian dari masyarakat adat Dayak Kalimantan. Saya bersyukur dan bergembira. Sama-sama, kita akan membangun ekonomi kelautan terutama masyarakat adat Dayak yang ada di pedalaman,” kata Susi.

Bukan kali ini, Susi berhubungan dengan masyarakat adat Dayak di Kalimantan. Tahun 2006 silam, Susi melebarkan sayap bisnisnya melalui pesawat Susi Air. Mulanya, menurut dia, Susi Air tidak berniat dikomersilkan. Namun setelah ada tragedi tsunami, Susi akhirnya membuka bisnis pesawat perintis untuk masyarakat yang ada di pedalaman dan terisolir.

“Pertama kali Susi Air dipakai Gubenur Kalimantan Timur (Kaltim) hingga ke pedalaman. Susi Air juga menjadi pesawat perintis warga adat dayak di Kalimantan Timur dan Kalimantan Utara. Saya ingat waktu itu, Susi Air pernah berhenti terbang di Kaltim, lalu warga adat dayak demo dan akhirnya Susi Air terbang kembali,” jelasnya.

Musyawarah Besar (Mubes) Kerukunan Tebengang Lung, yang dibuka langsung oleh Menteri Kelautan dan Perikanan, Susi Pudjiastuti | Foto: Yovanda/Mongabay Indonesia
info gambar

Kali ini, lanjutnya, bukan waktunya bicara banyak Susi Air. Tetapi, sebagai Menteri Kelautan dan Perikanan yang membahas masalah laut dan ikan. Dia mengatakan, provinsi yang tengah dikunjungi ini adalah wilayah istimewa dengan hasil kekayaan laut melimpah.

“Kalimantan Timur, memiliki hasil laut luar biasa. Kita lihat Kabupaten Berau, di sana masih banyak ditemukan nelayan-nelayan suku Bajau yang merupakan warga negara asing. Jadi, mereka bukan Suku Bajau Indonesia, melainkan dari Malaysia dan sebagainya. Hasil laut di Kaltim, masih terus menjadi incaran asing,” jelasnya.

Susi didapuk sebagai warga Dayak Kenyah dengan gelar Dau Mening yang artinya matahari yang cerah | Foto: Yovanda/Mongabay Indonesia
info gambar

Susi mengatakan, sesuai dengan Tiga Pilar Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP), yakni kedaulatan, keberlangsungan, dan kesejahteraan, maka nelayan harus menjadi prioritas untuk disejahterakan. Nelayan-nelayan kecil, harus diuntungkan. Tidak hanya yang ada di laut, tapi juga nelayan dari suku Dayak pedalaman yang menggantungkan hidupnya dari hasil sungai.

“Nelayan harus sejahtera. Warga Dayak banyak yang tinggal di tepi sungai dan menjadi nelayan sungai. Apa yang bisa kita bantu, kita berikan. Misalnya, kita bisa bergerak dalam usaha kuliner. Kita akan bekerja sama membangun resto-resto tepi sungai dengan menu-menu ikan sungai,” katanya.

Susi mengharapkan, semua warga Kalimantan Timur khususnya warga adat dayak di pedalaman mengembangkan potensi kelautan dan perikanan. Salah satu contoh yang bisa dilakukan adalah rajin mengkonsumsi ikan.

“Warga Kaltim yang tidak makan ikan, kita tenggelamkan. Semuanya, warga adat Dayak juga harus makan ikan, warga Samarinda juga. Kalau tidak, kita tenggelamkan saja,” sebutnya.

Masyarakat adat Dayak Kenyah dalam Musyawarah Besar (Mubes) Kerukunan Tebengang Lung di Samarinda, Kalimantan Timur | Foto: Yovanda/Mongabay Indonesia
info gambar

Beralih ke perikanan dan pariwisata

Susi menegaskan, sudah saatnya Provinsi Kalimantan Timur beralih dari tambang batubara dan migas ke perikanan dan pariwisata. Kedua sektor ini diyakini mampu mendatangkan pendapatan daerah yang besar.

“Saya sangat mendukung rencana Gubernur Kaltim untuk merubah sektor utama dari batubara dan migas menjadi perikanan dan kelautan. Sudah saatnya dilakukan,” tegasnya.

Ikan merupakan sumber kehidupan utama nelayan tradisional. Foto: Junaidi Hanafiah/Mongabay Indonesia
info gambar

Apalagi, kata dia, melihat pertumbuhan ekonomi umum di Kaltim yang rendah, dikarenakan banyak korporasi. Tambang batubara dan migas harus segera beralih pada perikanan dan pariwisata. Dengan demikian, pertumbuhan ekonomi kerakyatan dan umum akan terus meningkat, bahkan jauh lebih tinggi.

“Potensi perikanan dan pariwisata Kaltim sangat besar. Terutama investasi perikanan,” imbuhnya. Sesuai Peraturan Presiden Nomor 44, ikan boleh ditangkap hanya oleh kapal, perusahaan, dan nelayan Indonesia saja. Perusahaan dan kapal asing boleh ikut kerja sama, tapi tetap hanya kapal dan nelayan Indonesia saja yang menangkap ikan di laut Indonesia.

“Banyak hasil laut dan sungai yang layak dijadikan investasi. Udang asli Indonesia yang ada di Kaltim terkenal yang terbaik di dunia. Warnanya yang kemerah-merahan membuatnya berbeda. Saya harap, keberlangsungan budidaya udang bisa terus dikembangkan,” ujarnya.

Menjaga mangrove berarti menjaga kehidupan makhluk hidup yang ada. Foto: Rahmadi Rahmad/Mongabay Indonesia
info gambar

Demikian pula dengan mangrove yang tumbuh hampir di tiap laut Kalimantan. Menurut Susi, bila mengrove terjaga baik akan sangat bagus menunjang peningkatan hasil laut. “Mangrove adalah filter di laut, mangrove juga tempat hidup plankton yang menjadi makanan udang dan ikan. Saya dukung investasi ini, agar Kaltim tidak lagi bergantung pada tambang batubara dan migas. Saatnya perikanan dan pariwisata yang difokuskan,” pungkasnya.


Sumber: Diposting ulang dari Mongabay Indonesia atas kerjasama dengan GNFI

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Artikel ini dibuat oleh Kawan GNFI, dengan mematuhi aturan menulis di GNFI. Isi artikel ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis. Laporkan tulisan.

Terima kasih telah membaca sampai di sini