Permainan Tradisional; Olahraga Khas Indonesia

Permainan Tradisional; Olahraga Khas Indonesia
info gambar utama

Beruntung kita dilahirkan di Indonesia. Negeri yang kaya akan budaya, melimpah dari Sabang sampai dengan Merauke. Sedari kecil kita sudah dikenalkan terhadap budaya Indonesia, baik melalui pendidikan formal maupun informal. Dalam pendidikan formal di jenjang Sekolah Dasar (SD) hingga Sekolah Menengah Atas (SMA) terdapat mata pelajaran muatan lokal yang terdiri atas pelajaran Bahasa daerah dan seni budaya. Sedang untuk pendidikan informal kita seringkali temui dalam kehidupan sosial, salah satunya melalui permainan tradisional.

Sadar atau tidak permainan tradisional begitu berperan dalam kehidupan kita. Menurut penelitian yang dilakukan oleh Kasnadi dan Sutejo dalam tulisannya yang berjudul “Permainan Tradisional Sebagai Media Pendidikan Karakter” menyatakan bahwa fungsi dan manfaat dari bermain permainan tradisional yaitu menjadi wadah pengembangan jiwa sosial anak, mampu mengembangkan potensi anak, dan media untuk pengembangan emosi anak. Beberapa karakter yang dapat dibangun melalui permainan tradisional yaitu; kerjasama, gotong royong, dan sportifitas. Kasnadi dan Sutejo membagi permainan tradisional ke dalam 5 (lima) kategori; Kategori permainan fisik, permainan lagu anak-anak, permainan teka-teki, permainan dengan media benda, dan bermain peran. Dari kelima kategori tersebut, mari kita bahas lebih lanjut mengenai permainan fisik.

Permainan fisik menurut Kasnadi dan Sutejo adalah permainan yang mengharuskan untuk menggerakkan seluruh bagian tubuh termasuk otot-otot kaki dan tangan. Dalam tulisannya Kasnadi dan Sutejo memberikan contoh permainan kasti. Menurut pengertian tersebut dapat kita simpulkan bahwa permainan fisik sama dengan olahraga. Permainan fisik atau olahraga tradisional di setiap daerah berbeda-beda, seperti di daerah Jawa Barat terdapat permainan ucing-ucingan, rerebonan, bancakan, dan masih banyak lagi. Ketiga permainan itu mengharuskan pemainnya untuk berolahraga, kerap kali para pemainnya harus berlari-lari, mengeluarkan keringat.

Dalam masyarakat Jawa Barat atau Sunda permainan ucing-ucingan begitu populer dikalangan anak kecil, hampir setiap sore biasanya para anak kecil akan bermain permainan tersebut. Ucing-ucingan sendiri banyak jenisnya, salah dua yang penulis pernah mainkan adalah ucing sumput dan ucing jibeh. Untuk ucing sumput itu sama dengan permainan hide and seek. Dalam ucing sumput para pemain yang terlibat akan ada satu ucing, ucing ini nanti harus mencari pemain-pemain lain yang bersembunyi. Ketika permainan berlangsung sang ucing akan menghitung mundur dan dalam hitungan tersebut para pemain yang lain harus mencari tempat sembunyi. Untuk mengejar waktu tersebut, terkadang para pemain harus berlari. Permainan selanjutnya ucing jibeh, singkatan dari ucing hiji ucing kabeh yang dalam Bahasa Indonesia berarti ‘Satu ucing semua ucing’. Pada awal bermain, para pemain akan mengundi atau gabreng siapa yang akan menjadi ucing, kemudian setelah terpilih satu ucing, pemain yang lain akan segera berlari ke segala arah, berpencar. Setelah hitungan mundur sang ucing berhak untuk mengejar pemain lainnya. Apabila ada satu pemain yang terkena oleh sang ucing, secara otomatis pemain tersebut jadi ucing, dan begitu sampai pemain terakhir terkena oleh ucing-ucing yang lainnya. Permainan ucing jibeh ini sangat kental sekali unsur olahraganya, karena permainan ini mengharuskan para pemainnya untuk terus bergerak dan tidak boleh lengah. Apabila pemain tersebut kelelahan atau lengah, maka siap-siap saja untuk terkena oleh sang ucing dan menjadi ucing itu sendiri.

Ucing Sumput
info gambar

Permainan selanjutnya rerebonan. Permainan ini dikenal juga dengan bebentengan, dalam permainan ini para pemain akan dibagi menjadi dua kubu. Dua kubu ini memiliki batu yang dianggap sebagai “rumah”, batu ini harus dilindungi oleh anggotanya, karena apabila kubu lain berhasil menyentuh batu, maka permainan akan berakhir. Peraturan lain yang terdapat dalam permainan rerebonan adalah apabila pemain salah satu kubu terkena atau dipegang oleh kubu lain, maka pemain tersebut menjadi tawanan di kubu lain dan harus diselamatkan oleh temannya sendiri. Dalam permainan ini para pemain harus memikirkan strategi bagaimana cara untuk menyentuh batu lawannya dan memikirkan pula bagaimana cara untuk menyelamatkan temannya yang jadi tawanan. Selain memikirkan strategi, para pemain juga harus terus bergerak dan berkonsentrasi. Permainan ini sering membuat para pemainnya mandi keringat, karena tingginya intensitas permainan membuat pemain harus dinamis dan berlomba siapa yang mampu meraih batu milih lawannya.

Permainan terakhir dalam tulisan ini yaitu permainan bancakan atau dikenal juga dengan boy-boyan . Konsep dari permainan ini kurang lebih sama dengan permainan ucing sumput, ada satu yang menjadi ucing dan yang lainnya harus bersembunyi. Namun yang membedakan permainan ini dengan ucing sumput adalah permainan ini menggunakan batu dan pecahan genteng sebagai media menghitung mundur. Permainan ini dimulai dengan mengumpulkan 10 (sepuluh) buah pecahan genteng dan sebuah batu. Lalu sepuluh disusun rapih keatas dan para pemain nanti akan berusaha untuk merobohkan susunan tersebut. Pemain diharuskan melempar dari jarak yang cukup jauh, pemain yang berhasil merobohkan seluruh pecahan genteng tersebut, dia adalah ucing nya. Ketika pemain tersebut merapihkan susunan yang telah dirobohkannya, pemain lain berpencar untuk segera bersembunyi. Sang ucing diharuskan untuk merapihkan kesepuluh pecahan genteng tersebut dan menyimpan batu di tempat yang telah disediakan, kemudian sang ucing mencari pemain lainnya. Setelah ucing menemukan temannya, sang ucing harus bergegas berlari dan menginjak batu seraya berkata “bancak” hal itu menandakan bahwa temannya telah ketahuan. Dalam permainan ini, pemain diharuskan untuk berkonsentrasi serta berlari untuk mencari tempat persembunyian.

Bancakan (Sumber: https://2.bp.blogspot.com/-Eg37GHkrEvg/VlqAoiQVeDI/AAAAAAAAARQ/ONz4j8jj84M/s1600/bancak.jpg)
info gambar

Dari ketiga permainan tersebut tanpa kita sadari ternyata sedari kecil kita sudah terbiasa melakukan olahraga. Permainan tradisional ini begitu banyak manfaatnya, salah satu diantaranya membuat fisik kita prima. Maka tidak salah apabila penulis menjuluki permainan tradisional, khususnya permainan fisiknya sebagai olahraga khas Indonesia.

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Artikel ini dibuat oleh Kawan GNFI, dengan mematuhi aturan menulis di GNFI. Isi artikel ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis. Laporkan tulisan.

Terima kasih telah membaca sampai di sini