"Berdikari"
Oleh : Ariel Seto Adinugraha
Anak yang lahir ditahun 1998 atau dibawahnya tentunya tidak asing dengan permainan khas nusantara yang kerap menghadirkan tawa gembira daripada tangis sedih penungggangnya, karena apabila belum terbiasa permainan ini akan mudah menyebabkan penunggangnya terjatuh, ditambah lagi apabila tidak bisa mempertahankan keseimbangan tubuhnya. Egrang sangat akrab dengan anak-anak, bahkan sampai orang dewasa sekalipun. Permainan ini dikenal luas seantero nusantara dengan nama yang beragam misalkan masyarakat Sumatera Barat yang menyebutnya Tengkak-tengkak, kemudian masyarakat di wilayah Bengkulu menyebutnya Ingkang, masyarakat Kalimantan Selatan menyebutnya Batungkau, dan masyarakat Lampung menyebutnya Egrang(1).
Egrang merupakan permainan tradisional yang berbahan dasar bambu dengan panjang bilah satu setengah meter yang biasanya digunakan untuk lomba balapan(2). Egrang memiliki nilai fungsi yang melekat dimasyarakat, karena tidak hanya sebagai sarana permainan, egrang juga digunakan untuk alas kaki pengganti sandal pada zaman dahulu, selain itu Egrang juga memiliki pelajaran yang secara tersirat disampaikan melalui cara penggunaannya, pelajaran yang sangat dalam pemaknaannya. Dahulu waktu mencoba memainkan permainan ini perlu adanya pijakan atau pondasi untuk memulai langkah awal kemudian diteruskan dengan kemampuan dirinya sendiri.
Berdikari! Bung Karno lantang menyampaikan Akronim tersebut saat Indonesia dengan bangga menyiapkan perhelatan akbar Asian Games 1962, Berdikari “Berdiri dengan kaki sendiri” adalah simbol percaya diri akan kemampuan diri, serta teguh dan pantang menyerah. Egrang secara tidak langsung memberikan pelajaran akan hal itu, dengan kemampuannya sendiri ia melangkah, dengan kemampuannya sendiri dia berhenti dan terjatuh. Berdikari mengajak untuk mencoba menghargai diri sendiri, mengingat bahwa egrang bukan hanya sekedar permainan yang secara instan bisa dikuasai, namun perlu kerja keras, fokus, dan pantang menyerah untuk menguasainya. Nilai-nilai ini sarat terkandung dalam permainan egrang yang secara langsung menjadi penanda simbol identitas bangsa.
Keteguhan pendirian yang ditunjukkan dalam permainan egrang menjadi dasar dalam memulai langkah pasti, teguh pendirian mencoba bertahan dari berbagai tantangan dan hambatan, kerikil-kerikil ditanah, atau bahkan gangguan dari teman-temannya sendiri, begitupula dengan Bangsa Ini yang perlu menjadi besar dengan caranya sendiri, teguh dengan pendiriannya dan tidak mudah terintervensi oleh kepentingan lain. Percaya diri, melangkah tanpa ragu memulai langkah sedikit demi sedikit , ia perlahan tapi pasti, resikonya hanya dia terjatuh atau di tetap melaju dengan percaya diri sampai ke tujuan yang diinginkan, begitupula dengan bangsa ini bangsa Indonesia yang mempunyai cita-cita agung di alinea keempat pembukaan Undang-Undang Dasar 1945. Kesesuaian antara pergerakan tangan dan kaki menjadi kunci bertahan dan konsistennya suatu langkah, begitupula dengan Bangsa Indonesia kesesuaian antara rakyat dan pemimpin akan menghasilkan berita-berita baik bagi Indonesia dalam berbagai hal.
Penerapan nilai nilai itu dalam lingkup yang lebih kecil terepresentasikan melalui pelaksanaan perhelatan akbar Asian Games 2018, dimana Indonesia berkesempatan menjadi tuan rumah untuk kedua kalinya setelah Vietnam mengundurkan diri. Percaya kepada kemampuan diri sendiri, keteguhan, fokus, dan pantang menyerah, bermuara pada sikap sportivitas tanpa batas khas nusantara. Aries Susanti dengan kemampuan dirinya sendiri berhasil mendapatkan emas untuk cabang wall climbing, Eko Yuli Irawan yang fokus, serta percaya pada kemampuannya-pun berhasil mendapatkan emas, Khoiful Mukhib, Lindswell Kwok, Tiara Andini pun sama demikian.
Sportivitas Khas Nusantara yang diajarkan Egrang kepada kita semua melalui nilai-nilai pemaknaan yang mendalam, mampu dijadikan sebuah acuan dimana sebuah proses akan lebih penting daripada hasilnya, karena proses yang baik, akan menuai hasil yang baik pula. Egrang sekali lagi mengajarkan tentang Berdikari ( Berdiri dengan kaki sendiri) berdiri dengan kemampuan dan keteguhan dirinya sendiri, melatih diri perlahan untuk menikmati setiap proses yang terjadi didalamnya, sehingga tertuailah hasil yang luarbiasa. Lekas bangun dari tidur berkepanjangan, cuci muka biar terlihat segar, merapikan wajahmu, menyatakan mimpimu, masih ada cara menjadi besar, memudakan tuamu, menjelma dan menjadi Indonesia” -Efek Rumah Kaca.
#menuliskabarbaik
Sumber :
- https://budaya-indonesia.org/Egrang, diakses oleh Ariel Seto Adinugraha Tanggal 26 Agustus 2018 pukul 08.50 WIB
- Widodo, Alazim, U. Daniel. 2016, Rancangan Bangun Aplikasi Permainan Tradisional Egrang Indonesia, STMIK GLOBAL INFORMATIKA MDP, Palembang
:
Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News