Hiu Paus Bernama Siti di Teluk Cendrawasih

Hiu Paus Bernama Siti di Teluk Cendrawasih
info gambar utama
Kekayaan hayati Indonesia selalu menjadi sorotan dunia. Berbagai macam spesies hewan hidup di Indonesia baik di darat dan lautan. Terkait dengan hewan laut, Indonesia merupakan negara yang dikenal menjadi rumah bagi ikan terbesar di dunia, hiu paus. Itu sebabnya, Indonesia berusaha menjadi yang terdepan dalam upaya konservasi ikan unik ini dengan aktifitas penelitian lewat penandaan satelit atau satellite tagging.

Menariknya, baru-baru ini Conservation Internasional (CI) Indonesia berhasil melakukan penandaan pada hiu paus yang ke-32. Hiu paus terbaru yang mendapat penandaan tersebut diberi nama Siti, berdasarkan nama dari Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan RI, Siti Nurbaya.

Penandaan dan pemberian nama ini dilakukan dalam rangka peringatan Hari Konservasi Alam Nasional yang jatuh pada 30 Agustus yang lalu. Bertepatan dengan tema yang diusung tahun ini yaitu Harmonisasi Alam dan Budaya, CI dan pihak Balai Besar Taman Nasional Teluk Cendrawasih berusaha untuk bisa menjadi percontohan bagi upaya konservasi ikan bertulang lunak atau elasmobranch dan praktek ekowisata di Indonesia.

Hiu paus yang mendapatkan penandaan tersebut adalah hiu paus yang berada di Kwatisore, Nabire dan telah dipasang penanda sejak 14 Agustus 2018 yang lalu. Siti memiliki panjang 5,6 meter dan saat ini terus dipantau keberadaannya.

Berdasarkan rilis yang diterima GNFI, Kelapa Balai Besar TNTC Ben Gurion Saroy telah melakukan berbagai macam program untuk membuktikan bahwa TNTC mampu menjadi percontohan. Salah satunya adalah dengan membangun Whale Shark Center yang ditargetkan selesai pada tahun 2019. Pusat kajian hiu paus ini nantinya akan menjadi yang pertama di Indonesia dan berfungsi sebagai pusat penelitian, riset teknologi, kolaborasi dan pengembangan pengetahuan hiu paus dengan melibatkan kearifan lokal.

Langkah pelestarian ekosistem hiu paus memang tidak dapat diabaikan begitu saja. Karena keberadaan hiu paus mampu untuk menarik perhatian para wisatawan untuk datang ke wilayah taman nasional. Pada tahun 2011 hingga 2017 misalnya, tercatat pendapatan tiket masuk TNTC dari ekowisata bisa mencapai lebih dari Rp 2,5 miliar.

Vice President CI, Ketut Sarjana Putra penandaan hiu paus bentuk dukungan ilmu pengetahuan dan teknologi untuk memberikan informasi bagi kebijakan konservasi dan pengembangan ekowisata hiu paus di Indonesia. Itu sebabnya, TNTC juga bersama dengan CI Indonesia berusaha untuk bisa saling berkolaborasi dalam tindakan konservasi.

"Informasi yang dikumpulkan oleh CI Indonesia bertujuan untuk memperkuat berbagai aspek termasuk pengembangan code of conduct interaksi bersama hiu paus serta referensi bagi rencana aksi nasional konservasi hiu dan pari. "

Salah satu hasil kajian yang dilakukan CI adalah bahwa ternyata hiu paus memiliki tiga jenis karakter: hiu paus 'rumahan' yang sering ditemukan di daerah kembang biak, hiu paus yang beraktivitas menyusuri pesisir, dan hiu paus yang bergerak ke perairan lepas. CI juga menemukan bahwa hiu paus yang mereka amati cenderung untuk betah tinggal di Teluk Cendrawasih karena ketersediaan makanan yang stabil.

CI Indonesia mengunkapkan akan terus mengembangkan penelitian di Indonesia. Salah satunya adalah akan menggunakan teknologi penanda satelit yang baru yang telah dilengkapi video. Tujuannya adalah agar peneliti tidak hanya mengetahui letak dan pola jalur pergerakan hiu paus, tetapi juga perilaku hiu paus.

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Artikel ini dibuat oleh Kawan GNFI, dengan mematuhi aturan menulis di GNFI. Isi artikel ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis. Laporkan tulisan.

Terima kasih telah membaca sampai di sini