Bukan Hanya Keris, Inilah Senjata-Senjata Tradisional Untuk Membela Diri Pada Jaman Dulu (Bag. 2)

Bukan Hanya Keris, Inilah Senjata-Senjata Tradisional Untuk Membela Diri Pada Jaman Dulu (Bag. 2)
info gambar utama

Dengan berkembangnya jaman, dewasa ini senjata-senjata tradisional sudah jarang sekali digunakan. Mungkin hanya suku-suku pedalaman saja yang masih menggunakannya. Senjata tradisional adalah sebuah barang budaya yang digunakan oleh masyarakat untuk melindungi diri dari serangan musuh, saat berladang ataupun saat berburu. Senjata juga bisa menjadi identitas dari sekelompok masyarakat yang menggunakannya. Bicara soal senjata tradisional di Indonesia, tentunya ada begitu banyak yang bisa kita sebutkan. Tapi apakah kawan GNFI sudah mengenal senjata-senjata tradisional di Indonesia? yuk kenalan dengan senjata-senjata tradisional Indonesia!

.

Celurit Madura

sumber : Asyraaf Ahmadi
info gambar

Celurit tidak dapat dipisahkan dari budaya dan tradisi masyarakat Madura hingga saat ini. Senjata tradisional ini memiliki bilahnya berbentuk melengkung, bentuk bilah inilah yang menjadi ciri khasnya. Konon, Celurit berasal dari legenda pak Sakera / Sakerah, seorang mandor tebu dari Pasuruan yang menjadi salah satu tokoh perlawanan terhadap penjajahan belanda. Beliau dikenal tak pernah meninggalkan celurit dan selalu membawa / mengenakannya dalam aktifitas sehari- hari, dimana saat itu digunakan sebagai alat pertanian / perkebunan. Beliau berasal dari kalangan santri dan seorang muslim yang taat menjalankan agama Islam. Pak sakera melakukan perlawanan atas penidasan penjajah. Setelah Pak Sakerah tertangkap dan dihukum gantung di Pasuruan, Jawa Timur. Beliau dimakamkan di Kota Bangil. Atau tepatnya di wilayah Bekacak, Kelurahan Kolursari, daerah paling selatan Kota Bangil.

Tindakan penjajah tersebut memimbulkan kemarahan orang-orang madura, dan mulai berani melakukan perlawanan pada penjajah dengan senjata andalan meraka adalah celurit. Sehingga celurit mulai beralih fungsi menjadi simbol perlawanan, simbol harga diri serta strata sosial.

.

Parang Salawaku Maluku

Sumber : Asyraaf Ahmadi
info gambar

Parang Salawaku adalah sepasang senjata tradisional dari Maluku. Parang Salawaku terdiri dari Parang (pisau panjang) dan Salawaku (perisai). Pada masa lalu, senjata ini digunakan untuk berperang. Bagi masyarakat Maluku, Parang dan Salawaku adalah simbol kemerdekan rakyat. salawaku dibuat dari kayu keras yang dihiasi kulit kerang laut.

.

Mandau Dayak

sumber : wikipedia
info gambar

Mandau adalah Senjata ciri khas dari suku Dayak. Senjata ini memiliki ukiran di bagian bilah yang tidak tajam. Sering dijumpai pula tambahan lubang-lubang di bilahnya yang ditutup dengan kuningan atau tembaga. Hal ini dimaksudkan untuk menambah keindahan dari mandau. Masyarakat Dayak pada jaman dahulu sagat ditakuti oleh lawan karena dikenal sebagai ahli perang dan lawan mereka percaya bahwa mandau menjadi senjata yang sangat mematikan. Bahan pembuat mandau memungkinkan dia dapat mematahkan senjata yang terbuat dari besi. Suku Dayak terkenal sangat kejam saat berperang, mereka akan menggunakan mandau untuk memenggal kepala lawan. Menurut kepercayaan Suku Dayak, mandau harus disimpan dan dirawat dengan baik. Selain itu mandau juga harus diletakkan di tempat khusus, hal ini dilakukan untuk memberikan penghormatan kepada mandau. Masyarakat Dayak percaya bahwa mandau adalah sebuah senjata dengan kekuatan magis. Bagi orang Dayak, mencabut mandau tidaklah bisa dilakukan dengan sembarangan. Mandau tidak boleh digunakan untuk mengancam orang lain, jika itu dilakukan akan mendapatkan sanksi dari hukum adat. Mandau hanya dikeluarkan pada saat yang sangat mendesak. Berdasarkan mitos yang dipercaya secara turun temurun di kalangan masyarakat Dayak, setiap mandau keluar dari sarungnya maka akan meminta haknya, yaitu memenggal kepala manusia.

.

Rencong Aceh

sumber : wikipedia
info gambar

Rencong Aceh terkenal sebagai senjata pamungkas sejak era Kerajaan Samudera Pasai. Namun, lebih populer di era Kerajaan Aceh Darussalam. Rencong merupakan simbol identitas diri, keberanian, dan ketangguhan Suku Aceh. Menurut catatan sejarah, Rencong merupakan senjata tradisional yang digunakan di Kesultanan Aceh sejak masa pemerintahan Sultan Ali Mughayat Syah yang merupakan Sultan Aceh yang pertama. Kedudukan Rencong di Kesultanan Aceh sangatlah penting, Rencong selalu diselipkan di pinggang Sultan Aceh, selain itu para Ulee Balang dan masyarakat biasa juga menggunakan Rencong.

.

Kerambit Minang

cara memegang kerambit
info gambar

Kerambit berasal dari Minangkabau, kemudian dibawa oleh para perantau Minangkabau berabad yang lalu dan menyebar ke berbagai wilayah, seperti Jawa, Semenanjung Melayu dan lain-lain. Menurut cerita rakyat, bentuk kerambit terinspirasi oleh cakar harimau yang memang banyak berkeliaran di hutan Sumatera pada masa itu. Senjata ini sengaja dirancang lebih melengkung seperti kuku harimau, setelah melihat harimau bertarung dengan menggunakan cakarnya, hal ini sejalan dengan falsafah Minangkabau yang berbunyi Alam takambang jadi guru. Kerambit akhirnya tersebar melalui jaringan perdagangan Asia Tenggara hingga ke negara-negara, Kamboja, Laos, Malaysia, Myanmar, Filipina dan Thailand. Pada buku sejarah di Eropa tertulis bahwa tentara di Indonesia dipersenjatai dengan keris di pinggang dan tombak di tangan mereka, sedangkan kerambit itu digunakan sebagai upaya terakhir ketika senjata lain habis atau hilang dalam pertempuran. Kerambit terlihat sangat jantan, sebab ia dipakai dalam pertarungan jarak pendek yang lebih mengandalkan keberanian dan keahlian bela diri. Para pendekar silat Minang, terutama yang beraliran silat harimau sangat mahir menggunakan senjata ini. Para prajurit BugisSulawesi juga terkenal untuk keahlian mereka dalam memakai kerambit. Saat ini kerambit adalah salah satu senjata utama silat dan umumnya digunakan dalam seni beladiri.

sumber : kamerabudaya.com, duniapusakagallerykeris.blogspot.com, gencil.news, Kompas

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Artikel ini dibuat oleh Kawan GNFI, dengan mematuhi aturan menulis di GNFI. Isi artikel ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis. Laporkan tulisan.

Terima kasih telah membaca sampai di sini