Mengejar Lumba-lumba di Habitat Alaminya

Mengejar Lumba-lumba di Habitat Alaminya
info gambar utama

Saat kecil, saya melewatkan kesempatan untuk melihat atraksi lumba-lumba di kampung halaman saya karena terkena penyakit cacar. Kemudian orang tua saya menggantinya dengan mengajak saya pergi ke akuarium raksasa yang juga memiliki atraksi lumba-lumba.

Saat itu saya senang melihatnya, lucu pikir saya. Memang lumba-lumba ini menggemaskan sekali sebagai seekor hewan mamalia laut. Tidak hanya lucu rupanya mereka juga cerdas. Bagaimana tidak, mana ada hewan yang mampu dilatih melompati cincin api?

Kembali ke lumba-lumba, Rabu lalu saya berkesempatan melihat lumba-lumba di habitat aslinya. Tidak terkurung di dalam sebuah akuarium "raksasa". Pantai Lovina, memang terkenal dengan daya tarik lumba-lumbanya.

Ternyata untuk melihat lumba-lumba di habitat alaminya membutuhkan kesabaran, mereka tidak semata-mata muncul ketika sang penonton ingin melihatnya. Butuh waktu sekitar 20 menit hingga akhirnya saya melihat beberapa kali sekumpulan lumba-lumba yang muncul berenang di permukaan laut, itupun hanya durasi sekian detik yang kamera hp saya tak mampu mengabadikannya, maka saya memutuskan untuk menikmatinya saja tanpa repot berusaha mengabadikannya.

Perlu diketahui untuk bisa melihat lumba-lumba di pantai Lovina ini kita harus menyewa kapal kecil beserta pengemudinya untuk bisa pergi sedikit ke tengah lautan untuk bisa menemukan kawanan lumba-lumba tersebut.

Ditengah-tengah moment tersebut, saya merasa iba pada kawanan lumba-lumba ini. Saking banyaknya wisatawan yang ingin melihat mereka, setiap kali kawanan lumba-lumba muncul terlihat di permukaan, kapal-kapal yang disewa oleh para wisatawan akan dikemudikan kencang oleh sang pengemudinya untuk mengejar lumba-lumba tersebut.

Saya merasa iba karena bagaimanapun mereka pasti merasa terusik dengan adanya mesin-mesin kapal yang menghalangi jalannya mereka untuk berpindah dari satu tempat ke tempat lainnya.

Namun di lain sisi, wisata melihat lumba-lumba tersebut membantu perekonomian warga sekitar dengan perputaran uang dari persewaan kapal yang digunakan untuk menuju ke laut guna melihat lumba-lumba tersebut.

Jika saya pikir-pikir kembali, mungkin wisata lumba-lumba di Lovina ini lebih baik dibandingkan atraksi lumba-lumba di akuarium raksasa.

Meskipun dikejar perahu, hal tersebut hanya terjadi pada waktu tertentu, yakni di pagi hari dengan durasi sekitar satu jam, sisanya mereka bebas untuk berenang-renang dari satu titik ke titik lainnya di lautan yang luas ini.

Dari beberapa sumber yang saya baca, sesungguhnya kawanan lumba-lumba yang ada di atraksi lumba-lumba mengalami depresi karena mereka harus beradaptasi dengan apa yang bukan habitat alaminya. Sebagai salah satu contoh, di habitat alaminya, lumba-lumba berenang ratusan kilometer untuk berburu makanan segar, sedangkan di akuarium "raksasa" mereka pasrah dengan makanan ikan mati dan hanya mampu berenang mengelilingi sempitnya akuarium raksasa tersebut.

Bagaimana menurut kawan GNFI?

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Artikel ini dibuat oleh Kawan GNFI, dengan mematuhi aturan menulis di GNFI. Isi artikel ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis. Laporkan tulisan.

Terima kasih telah membaca sampai di sini