Bersuara Mirip Jangkrik, Inilah Spesies Katak Jenis Baru!

Bersuara Mirip Jangkrik, Inilah Spesies Katak Jenis Baru!
info gambar utama

Kabar terbaru datang dari dunia sains. Disebut bahwa telah ditemukan dua jenis katak baru di daerah Kalimantan. Penemunya yang merupakan ahli herpetologi Pusat Penelitian Biologi LIPI Amir Hamidy menyampaikan bahwa uniknya suara dari katak tersebut mirip dengan jangkrik. Ukurannya pun terhitung sekitar 2 cm, suaranya nyaring dan tidak terputus-putus, seperti halnya suara jangkrik.

Disebut melalui Kompas bahwa katak dengan genus Leptorachella itu berhasil diidentifikasi setelah 18 tahun berada dalam koleksi Djoko Iskandar, ahli zoologi Indonesia dari Institut Teknologi Bandung (ITB), yang juga terlibat dalam penemuan tersebut.

Spesies baru itu kemudian diberi nama Leptorachella Fusca dan Leprotachella Bondangensis. Pada keduanya ditemukan pupil mata berbentuk vertikal. Ada pula kelenjar di sisi tubuhnya yang terlentang dari bawah kaki depan hingga ke selangka. Diketahui bahwa kelenjar tersebut berfungsi untuk menjaga kelembapan kulit katak.

Katak Spesies Baru yang Bersuara Mirip Jangkrik | Sumber dok: Kompas
info gambar

Bedanya, kelenjar pada Leptorachella Bondangensis terputus-putus, sedangkan pada Leprotachella Fusca memiliki kelenjar yang terlihat memanjang. Keduanya pun memiliki warna yang berbeda, yang satu mempunyai warna gelap tanpa corak, sementara lainnya memiliki kulit cokelat dengan corak-corak di bawah perut.

Katak jangkrik sendiri hanya dapat ditemukan di daerah hutan tropis sekitar Borneo dan Natuna. Berudunya hidup di pasir-pasir pada wilayah dasar sungai. Diketahui bahwa katak dewasa biasanya bertengger di daun-daun pohon yang tidak terlalu tinggi.

Namun, disebutkan pula bahwa meski baru ditemukan akan tetapi keberadaan katak jangkrik bisa jadi sudah langka atau bahkan punah. Sebab kelangsungan hidupnya sangat bergantung pada kondisi habitatnya. Selanjutnya, peneliti akan berupaya menentukan status konservasinya untuk dimasukkan dalam daftar kelangkaan spesies International Union for Conservation of Nature (IUCN).


Sumber: Kompas

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Artikel ini dibuat oleh Kawan GNFI, dengan mematuhi aturan menulis di GNFI. Isi artikel ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis. Laporkan tulisan.

Terima kasih telah membaca sampai di sini