Bukan Krakatau, Tak Banyak yang Mengenal Gunung di Tengah Lautan ini

Bukan Krakatau, Tak Banyak yang Mengenal Gunung di Tengah Lautan ini
info gambar utama

Mungkin banyak yang mengira bahwa gambar di atas adalah Gunung Anak Krakatau di Selat Sunda, yang memisahkan Sumatera dan Jawa. Gunung ini memang populer sebagai gunung yang menjulang di tengah-tengah lautan, dan juga karena letusan dahsyatnya pada 1883.

Bukan, gunung ini bukan gunung Anak Krakatau, meski sama-sama terletak ditengah lautan. Bedanya, gunung ini terletak di pulau yang berpenghuni.

Gunung Paluweh namanya, atau lebih kita dengan nama Gunung Rokatenda, sebuah gunung berapi yang terletak di Pulau Palu'e, sebelah utara Pulau Flores, Nusa Tenggara Timur, Indonesia. Gunung yang bertipe strato ini merupakan lokasi tertinggi di Pulau Palu'e dengan ketinggian 875 meter. Gunung ini memang tak sepopuler gunung Krakatau, atau gunung-gunung lain di Indonesia, mungkin karena memang ukurannya yang tidak terlalu besar (tinggi), juga karena letaknya yang jauh di timur.

Palue sendiri adalah sebuah pulau yang secara administratif masuk dalam wilayah Kabupaten Sikka, Provinsi Nusa Tenggara Timur. Pulau Palu'e dijuluki "pulau gunung" karena memiliki banyak tempat yang diindikasikan sebagai area gunung api (dalam bahasa Palu'e disebut "poa"). "Poa" ini kemudian dimanfaatkan sebagai sumber air bagi sebagian masyarakat Palu'e dengan proses "sublimasi".

Dua pria di Pulau Palue (1919-1936) | COLLECTIE TROPENMUSEUM
info gambar

Luas Pulau Palu'e adalah 41 km² dan dihuni oleh 10.000 jiwa yang tersebar di delapan desa yang berada di dataran pantai dan di dataran tinggi. Di pulau ini sudah ada jalan raya dan kendaraan bermotor sejak 2006. Palu'e bisa dicapai dari Maumere, sebuah kota di Flores, dengan perahu motor kayu dalam waktu empat jam.

Pada Maret 2013, NASA mengeluarkan foto satelit yang yang menunjukkan bubungan asap yang berasal di 'sebelah utara' pulau Flores, yang ternyata adalah asap dari letusan Rokatenda.

Gunung Rokatonda sedang meletus | NASA
info gambar

Pada 24 Maret 2013 tertangkap adanya asap tebal yang melewati Pulau Flores dan Laut Savu pasca letusan keras Gunung Rokatenda. Keterangan foto satelit tersebut menyatakan, "Abu berwarna terang menyelimuti sepertiga Pulau Palue. Sedangkan laut di bagian barat berwarna pirus karena asap yang melayang di dekat permukaan air." Sejak itu, gunung mulai makin banyak dibahas, dipelajari dan ditulis di berbagai media.

Seorang penduduk memandangi Gunung Rokatenda yang masih menyemburkan abu vulkanik di Pulau Palue, Kabupaten Sikka, Nusa Tenggara Timur, (12/8). TEMPO/Yohanes Seo
info gambar

Gunung api Rokatenda telah secara perlahan membentuk sebuah pulau yang naik sekitar 3000 meter dari dasar laut dan mencapai ketinggian sekitar 875 m dpl saat ini. Gunung berapi ini sebagian besar terbangun dari serangkaian kubah lava, dengan kubah Rokatenda menjadi lokasi beberapa letusan sejarah. Dan belakangan ini, struktur kubah yang baru, muncul di wilayah puncak sebelah barat. Kubah baru ini diberi nama Rerombola.

Gunung Paluweh atau Rokatonda | NASA
info gambar
Pemanfaatan untuk sumber air tawar | https://versesofuniverse.blogspot.co.id/
info gambar

Satu hal unik dari gunung ini adalah bahwa gunung berapi ini adalah satu-satunya sumber air tawar bagi penduduk setempat sampai datangnya persediaan reguler yang dikirim dari daratan. Penduduk desa telah lama belajar untuk memanfaatkan uap panas bumi di beberapa lokasi di pulau itu, menyalurkannya melalui serangkaian pipa bambu di mana ia mengembun. Air menetes dari ujung pipa bambu dan dikumpulkan. Mengagumkan.

Tertarik berkunjung?

Sumber : National Geographic | NASA.gov | dailymail.co.uk | volcano.si.edu

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Jika Anda tertarik untuk membaca tulisan Akhyari Hananto lainnya, silakan klik tautan ini arsip artikel Akhyari Hananto.

Terima kasih telah membaca sampai di sini