Rimbang Baling, Oase Bagi Spesies yang Terancam

Rimbang Baling, Oase Bagi Spesies yang Terancam
info gambar utama

Bukit Rimbang Bukit Baling yang sebagian besar berada di Riau dan sedikit di Sumatera barat ini memiliki hamparan hutan daratan rendah perbukitan. Hutan Bukit Rimbang Bukit Baling memiliki fungsi ekologis sebagai penyangga kehidupan di Sumatera Tengah dengan mengatur tata air, penyuplai O2 serta habitat berbagai flora dan fauna langka. Kawasan ini juga merupakan hulu dan daerah tangkapan air berbagai sungai besar di Sumatera.

Kawasan seluas 136 hektar ini ditetapkan sebagai Suaka Margasatwa (SM) berdasarkan SK Gubernur Riau No.149/V/1982, karena menjadi rumah bagi berbagai spesies, yang beberapa diantaranya berstatus terancam. Beberapa spesies sempat dijumpai mahasiswa dan dosen Fakultas Biologi, Universitas Nasional (Unas) Jakarta, dalam Kuliah Kerja Lapangan (KKL) di SM Rimbang Baling, belum lama ini.

Salah satu species primata yang ditemukan di sana yaitu, surili sumatera atau simpai (Presbytis melalophos / mitred leaf monkey) dengan nama lokal nokah. Monyet endemik pulau Sumatera, dari famili Cercopithecidae termasuk primata langka, dengan status terancam (endangered) oleh International Union for Conservation of Nature and Natural Resources (IUCN).

Nokah yang dijumpai disana merupakan subspesies berjenis Presbytis melalophos bicolar. Monyet ini memiliki ciri-ciri bagian dahi memiliki pinggiran hitam dan mata yang dikelilingi oleh kulit abu-abu atau abu-abu kebiruan. Moncong hitam dengan dagu berwarna abu-abu. Mahkotanya memiliki garis hitam. Tubuh bagian dorsal berwarna coklat gelap, sedang bagian ventral berwarna putih. Sedangkan warna ekornya hitam (bagian luar) dan putih (bagian dalam).

Nokah terlihat berkelompok dengan juvenile dan anakannya di pepohonan beringin (Ficus drupacea) yang menjadi sumber makanannya. Seperti halnya primata lain, kehadiran manusia membuatnya membunyikan alarm call, mengingatkan kelompoknya untuk berhati-hati.

P. melalophos, memiliki variasi yang cukup banyak. Selain nokah, tim observasi primata juga menemukan lutung (Trachypithecus cristatus) bernama lokal cingku, Macaca fascicularis atau cigak, siamang (Symphalangus syndactilus), ungko/owa (Hylobates agilis) dan beruk (Macaca nemestrina).

Rimbang Baling memiliki kekayaan hayati primata yang relatif lengkap. Survei terkait primata ini terakhir kali pada 1980-an, sehingga sangat menarik untuk diteliti keberadaan dan jumlah populasinya di Rimbang Baling

Beragam Jenis Burung

Hasil observasi tim Unas juga menemukan 64 jenis burung di kawasan Rimbang Baling. Observasi dilakukan tidak hanya di hutan, namun juga di wilayah pedesaan / pemukiman. Burung yang ditemukan di hutan, selain memiliki jenis yang lebih variatif juga postur tubuh yang lebih besar dibandingkan dengan yang ditemukan di daerah pemukiman.

Salah satu jenis burung yang ditemukan adalah kangkareng perut putih (Anthracoceros albirostris) dan rangkong badak (Buceros rhinoceros), keduanya dari suku Bucerotidae. Rangkong badak merupakan salah satu spesies burung rangkong terbesar di Asia. Satwa ini menghabiskan waktunya di bagian atas tajuk hutan dengan memakan buah-buahan, serangga, reptil kecil, hewan pengerat, dan burung-burung kecil.

Jenis burung yang ditemukan di SM Rimbang Baling, Sumatera oleh tim KKL dari Universitas Nasional Jakarta | Foto : Unas
info gambar

Rangkong badak, yang berstatus hampir langka menurut Daftar Merah IUCN ini mempunyai perilaku yang unik, betina bersarang dalam lubang pohon yang kemudian ditutup dengan lumpur. Selama burung betina tinggal di dalam lubang tersebut ia diberi makan oleh burung jantan.

Juga ditemukan burung berstatus near threatenend (NT) yaitu cucak sakit-tubuh (Pycnonotus melanoleucos), asi besar (Malacopteron magnum timaliidae) dan cucak kelabu (Pycnonotus cyaniventris).

Selain itu, ditemukan Elang Ular Bido (Spilornis cheela) atau crested serpent eagle, berwarna hitam dengan garis putih di ujung belakang sayap. Ada yang mengatakan bahwa kulit kaki dari elang pemangsa ular ini kebal terhadap bisa ular, sehingga dinamakan elang ular.

Jamur Tudung Pengantin Yang Memukau

Tidak hanya jenis fauna, flora yang ditemukan di rimbang baling juga sangat menarik. Salah satu yang diobservasi oleh tim KKL Fakultas Biologi Unas adakah keanekaragaman jamur yang ada di sana.

Tim menemukan 38 jenis jamur. Ada beberapa yang belum dapat diidentifikasi. Sebanyak 18 jenis berpotensi sebagai obat, pangan dan dapat dibudidayakan. Ada juga yang berpotensi sebagai pangan saja, ada yang sebagai obat saja. Hanya 3-4 jenis yang berpotensi sebagai obat dan pangan.

Jamur tudung pengantin (Phallus indusiatus) atau the bridal veil mushroom dengan bentuk unik dan sulit ditemukan di SM Rimbang Baling Sumatera oleh Tim KKL Unas Jakarta | Foto: Unas
info gambar

Ditemukan jamur berjenis Pleurotus dengan ukuran yang cukup besar di Desa Tanjung Belit. Juga ditemukan jamur hati, namun ukurannya kecil. Yang menarik, didapatkannya jamur tudung pengantin (Phallus indusiatus) atau the bridal veil mushroom dengan bentuk unik dan sulit ditemukan. Jamur ini memiliki jaring-jaring halus menyerupai tudung pengantin, dengan variasi warna putih dan oranye. Jamur ini hidup pada suhu berkisar 25-30 Celcius dan di tempat yang lembab seperti di semak-semak pohon bambu.

Jamur yang ditemukan di SM Rimbang Baling Sumatera oleh Tim KKL Unas Jakarta. Foto : Unas
info gambar

Berdasarkan informasi masyarakat, terdapat jamur merah, yang tumbuh di hutan. Jamur ini, berkhasiat obat dan berharga tinggi di Jepang. Bila dibudidayakan dapat menjadi sumber pendapatan alternatif bagi masyarakat desa. Sayangnya, tim jamur tidak menemukan jamur merah tersebut. Namun, tim menemukan berbagai jenis jamur seperti Calvatia sp, Tremella fuciformis, Lentinus squarrosulus, cookeina tricholoma, Lentinus strigosus. (didukung gambar)

Kawasan Rimbang Baling sangat kondusif untuk pertumbuhan jamur. Hasil observasi di Desa Tanjung Belit dan Muara Bio, di kawasan Rimbang Baling, tim jamur menemukan 10 jenis jamur yang bisa dimakan dan potensial untuk dibudidayakan. Umumnya jamur di hutan tumbuh di kayu keras, dan tidak dapat dimakan. Sedangkan yang ditemukan di pemukiman, biasanya merupakan jamur yang bisa dimakan (edible) dan dibudidayakan.

Jamur yang ditemukan di SM Rimbang Baling Sumatera oleh Tim KKL Unas Jakarta | Foto: Unas
info gambar


Sumber: Diposting ulang dari Mongabay Indonesia atas kerjasama dengan GNFI

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Artikel ini dibuat oleh Kawan GNFI, dengan mematuhi aturan menulis di GNFI. Isi artikel ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis. Laporkan tulisan.

Terima kasih telah membaca sampai di sini