Kementerian Komunikasi dan Informasi telah memperkenalkan apa yang mereka sebut desa cyber-batik dalam upaya memadukan tradisi kuno dengan teknologi modern.
Kampung Batik Manding Siberkreasi ini terletak di kawasan Wonosari Yogyakarta, tenang saja bagi kalian yang tidak berkesempatan berkunjung dalam waktu dekat dapat mengikutinya di Instagram ini.
View this post on Instagram
Dikutip dari Kompas.com, bahwa di desa ini teknologi digital digunakan untuk merancang dan menyebarkan informasi tentang batik. Namun, meski memanfaatkan teknologi, desa ini masih mengandalkan keterampilan manusia untuk menciptakan kain tradisional.
Memperkenalkan proyek tersebut, direktur umum aplikasi informasi kementerian, Semuel Abrijani Pangerapan, mengatakan pada hari Selasa bahwa seni adalah hal yang unik di era digital, dan banyak orang yang mencari karya seni seperti batik.
Jika tiap desa mempunyai produk unggulan dengan ciri khas masing-masing maka Indonesia mempunyai 75.000 hingga 80.000 produk unggulan.
Produk-produk batik saat ini, menurutnya telah ada inovasi, baik warna atau yang lainnya sehingga dapat diterima kalangan muda.
"Ini adalah salah satu contoh di mana kemajuan teknologi itu harus membawa nilai-nilai kreatif seperti itu yang ditonjolkan," katanya.
"Namun bagaimanapun inilah ciri khasnya batik di Indonesia, yang dikerjakan oleh manusia. Ini menurut saya adalah narasi yang perlu ditambahkan setiap kita menjual batik," ucapnya.
Sementara itu, Kepala Kampung Batik Manding Siberkreasi, Guntur Susilo mengatakan bahwa 15 rumah di desa itu menjual batik. 15 rumah tersebut dikelola oleh koperasi dan akan menerima keuntungan pada akhir tahun.
“Kami telah [mendirikan] koperasi untuk menghindari persaingan tidak sehat,” jelas Guntur.
FX Endro Tri Guntoro, salah satu pengurus Kampung Batik Manding Siberkreasi, menambahkan bahwa desa mereka juga menyambut daerah lain yang ingin berkolaborasi dalam mempromosikan batik.
Sumber: Jakarta Post | Kompas.com
Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News