Dua Pemuda Wakil Indonesia di Nominasi N-Peace

Dua Pemuda Wakil Indonesia di Nominasi N-Peace
info gambar utama

Damai, pemikiran kita akan membawa definisi dari damai adalah ketidakhadirannya konflik peperangan dan manusia dapat hidup harmonis tanpa merasa cemas akan pembunuhan, pencurian, dan hal lainnya.

Namun nyatanya konsep damai tidak sekedar berbicara ketidakhadirannya konflik peperangan. Dunia yang kita tinggali saat ini memiliki beberapa konflik-nya masing-masing di beberapa area. Oleh karena itu, mencapai kedamaian adalah mimpi dari kebanyakan orang.

Banyak sekali penggerak perdamaian yang beraksi baik secara individu maupun bergerak dalam organisasi. Banyak cara telah dilakukan untuk mencapai kedamaian, mulai dari donasi, dialog antar kepercayaan, konferensi, dan kurikulum kedamaian.

Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) sebagai organisasi terbesar di dunia memiliki banyak program yang berjuang untuk mencapai kedamaian.

N-Peace dari United Nations Development Program (UNDP) Asia Pasifik merupakan salah satu program dari PBB yang memiliki tujuan untuk mencapai kedamaian. Didirikan pada tahun 2010, N-Peace berfokus kepada agenda Perempuan, Kedamaian, dan Keamanan.

Di dalam N-Peace sendiri terdapat sebuah nominasi untuk penggerak kedamaian dari Afghanistan, Indonesia, Pakistan, Nepal, Filipina, Myanmar, dan Sri lanka.

Terdapat empat kategori; Cerita yang tidak tersampaikan, Kampanye untuk Aksi (Perempuan), Kampanye untuk Aksi (Pria), dan Generasi Damai (Perempuan).

Bangga sekali bahwa terdapat 2 pemuda dari Indonesia yang masuk nominasi tersebut:

  1. Anindya Nastitti Restuviani (Kategori Kampanye untuk Aksi)
Anindya Nastiti Restuviani
info gambar

Anindya adalah aktivis hak perempuan di kawasan Jakarta. Ia telah terlibat dalam beragam inisiatif yang mengacu pada beragam isu feminisme di Indonesia dengan tekanan terhadap hak-hak seksual dan reproduktif.

Melalui perannya sebagai Ketua Acara untuk Jakarta Feminist Discussion Group (Fem Fest), Anindya membantu dengan cara menyediakan ruang aman bagi para perempuan Jakarta dapat mendiskusikan kesulitan terkait gender yang mereka alami. Ia juga mengkoordinir march wanita pertama di Jakarta. Sebagai co-director di Hollaback Jakarta, sebuah gerakan yang bertujuan untuk menghentikan berbagai pelecehan di ruang umum, Anindya telah membantu untuk mengembangkan sebuah aplikasi seluler untuk orang-orang berbagi dan mendiskusikan cerita-cerita mengenai pelecehan. Ia juga telah membuat sebuah modul online untuk pelatihan intervensi pelecehan.

Anindya telah terlibat dalam mempengaruhi kebijakan dan reformasi hukum mengenai hak-hak seksual dan reproduksi di Indonesia. Dia telah menjadi bagian dari sebuah tim yang membuat sebuah petisi yang mengadvokasi penolakan amandemen terhadap hukum pidana yang akan mengkriminalisasi perkawinan ekstra, pasangan suami istri, dan berbagi informasi mengenai keluarga berencana yang tidak dilakukan oleh otoritas hukum. Melalui karya-karyanya, Anindya mempromosikan orang-orang untuk menjadi peserta yang lebih aktif dalam perjuangan menuju kesetaraan jender di Indonesia.

  1. Diah Sulung Syafitri (Kategori Generasi Damai)
Diah Sulung Syafitri
info gambar

Diah Sulung Syafitri telah menyebarkan semangat kesukarelaan dan nilai-nilai perdamaian kepada anggota muda dari komunitasnya, dengan melibatkan mereka sebagai sukarelawan di daerah konflik di Indonesia. Sejak bergabung dengan Global Peace Foundation Indonesia (GPFI) sebagai sukarelawan pada tahun 2014, ia telah menunjukkan semangatnya untuk membangun perdamaian dengan memimpin berbagai inisiatif kohesi sosial, termasuk program amal GPFI yang membantu masyarakat Aceh mengatasi gempa berkekuatan pada tahun 2016. Pada tahun 2017, ia lebih dikenal untuk memimpin dialog antaragama pemuda antara komunitas Muslim dan Kristen di Yogyakarta, untuk mencegah perselisihan agama terus menerus dan menumbuhkan budaya perdamaian.

Usahanya diakui secara internasional ketika ia diangkat sebagai Duta Muda SDGs oleh UNDP Indonesia pada tahun 2017, dan terlibat dalam Inisiatif Pemimpin Muda Asia Tenggara (YSEALI) 2017 sebagai peserta. Dia juga diundang sebagai delegasi Indonesia untuk Pertemuan Regional Perdamaian Pemuda Perdamaian Asia Pasifik UNSCR, di mana dia dapat memberikan wawasan berharga untuk membangun perdamaian di tingkat lokal dan berkontribusi pada upaya pemuda internasional menuju proses pembangunan relawan dan perdamaian. Prestasinya dalam mempromosikan budaya kesukarelaan, inklusivitas dan toleransi beragama berfungsi sebagai inspirasi bagi kaum muda di Indonesia.

Sumber: Seasia.co

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Artikel ini dibuat oleh Kawan GNFI, dengan mematuhi aturan menulis di GNFI. Isi artikel ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis. Laporkan tulisan.

Terima kasih telah membaca sampai di sini