“Diet” dapat Mengatasi Perubahan Iklim dan Peran Pemerintah terhadap Peternakan Indonesia

“Diet” dapat Mengatasi Perubahan Iklim  dan  Peran Pemerintah terhadap Peternakan Indonesia
info gambar utama

#DietSaveClimate

Diet” adalah kata yang saat ini sangat dikenal oleh semua kalangan orang, diet atau disebut juga mengurangi takaran makanan untuk tidak berlebihan dan mengatur pola makan yang lebih sehat. Jika diet dilakukan untuk menjaga berat badan agar lebih ideal,tapi bagaimana jika “diet” dilakukan untuk mengatasi perubahan iklim ???

Cukup aneh didengar jika diet dapat mengatasi perubahan iklim, tapi basically diet dapat mengatasi perubahan iklim dan Indonesia mungkin bisa dapat menerapkan itu.

Pembaca mungkin sedikit bingung bagaimana bisa diet dapat mengatasi perubahan iklim? dan apa peran diet dalam mengatasi perubahan iklim? Dalam artikel ini, saya akan memberikan penjelasan cukup kepada pembaca tentang hubungan diet dengan mengatasi perubahan iklim.

Relationship Diet and Climate Change

Diet selalu berhubungan dengan penurunan berat badan, tapi untuk saat ini diet juga memiliki hubungan dengan perubahan iklim. Melakukan diet yaitu mengurangi konsumsi makanan dan minuman yang tinggi lemak dan protein seperti daging, susu dan telur. Produksi daging, susu, dan telur adalah salah satu penyebab utama perubahan iklim akibat manusia, erosi tanah, polusi air, dan penurunan keanekaragaman hayati. Jenis makanan dan minuman seperti daging, susu, dan telur berlebihan yang dapat mempengaruhi perubahan iklim. Oleh karena itu dengan diet dapat membantu mengurangi penyebab dari perubahan iklim dan mengatasi perubahan iklim.

Dari penjelasan diatas pembaca dapat memahami apa hubungan diet dengan perubahan iklim. Tapi timbul pertanyaan “bagaimana produksi daging, telur, dan susu yang berlebihan dapat mempengaruhi dan menjadi penyebab perubahan iklim?”

Daging, Telur, Susu Berlebihan Penyebab Perubahan Ikli

Menurut FAO ( Food and Agriculture Organization ) :

  • Hewan ternak bertanggung jawab 14,5% atas total emisi Gas Rumah Kaca
  • Peternakan hewan juga menyumbang 1/2 dari semua gas rumah kaca yang berhubungan dengan makanan
  • Sisitem pangan global berkontribusi sekitar 30% dari semua emisi buatan manusia
  • Diseluruh dunia 20 perusahaan daging dan susu menghasilkan lebih banyak gas rumah kaca

Bukan hanya itu dengan mengonsumsi 1 kg sapi maka akan menghasilkan 16 kg – 30 kg Co2 dan konsumsi 1 kg tahu menghasilkan 1 kg Co2. Jumlah tersebut sangat cukup untuk menjadi emisi gas rumah kaca dalam penyebab perubahan iklim jika semakin banyak orang mengonsumsi daging berlebihan. Keterkaitan dengan konsumsi daging dengan menghasilkan emisi GRK dapat dihubungkan dengan lahan peternakan untuk memproduksi sapi, ayam dan lainnya. Seperti yang kita ketahui lahan peternakan membutuhkan lahan yang cukup luas dan sering kali lahan peternakan mengambil alih lahan pertanian sehingga akan terjadi peralihan lahan, erosi tanah dan berkurangnya keanekaragaman hayati.

Selain membutuhkan lahan yang luas, lahan peternakan juga membutuhkan energi listrik yang sangat besar yaitu membutuhkan energy listrik 4 kali lebih besar dari yang dibutuhkan dalam kegiatan manusia. Kenapa peternakan membutuhkan energi yang sangat besar ??? Pertanyaan ini pasti timbul dalam pikiran pembaca, dan berikut beberapa ulasan untuk jawaban dan penjelasan tentang hal tersebut.

Sumber Energi Listrik Besar untuk Peternakan

Usaha peternakan menggunakan teknologi mesin yang menggunakan listrik yang sangat besar. Peternakan membutuhkan lampu penerangan yang cukup banyak, peralatan listrik yang banyak untuk perawatan hewan terknak, dan membutuhkan air yang banyak untuk peternakan.

Dengan semua kebutuhan itu, peternakan membutuhkan sumber energi listrik yang banyak dan juga menghabiskan banyak sumber energi listrik. Banyaknya sumber energi listrik yang dihabiskan dan dibutuhkan dapat menjadi penyebab dari perubahan iklim. Oleh karena itu semakin banyak peternakan di bangun maka semakin banyak sumber energi listrik yang di habiskan dan dibutuhkan.

Peternakan penyumbang Emisi

Berdasarkan laporan Perserikatan Bangsa Bangsa tentang peternakan dan lingkungan yang diterbitkan pada tahun 2006 mengungkapkan bahwa, "industri peternakan adalah penghasil emisi gas rumah kaca yang terbesar (18%), jumlah ini lebih banyak dari gabungan emisi gas rumah kaca seluruh transportasi di seluruh dunia (13%). " Hampir seperlima (20 persen) dari emisi karbon berasal dari peternakan. Jumlah ini melampaui jumlah emisi gabungan yang berasal dari semua kendaraan di dunia.

Selain itu sektor peternakan telah menyumbang 9 persen karbon dioksida, 37 persen gas metana (mempunyai efek pemanasan 72 kali lebih kuat dari CO2 dalam jangka 20 tahun, dan 23 kali dalam jangka 100 tahun), serta 65 persen dinitrogen oksida (mempunyai efek pemanasan 296 kali lebih lebih kuat dari CO2). Peternakan juga menimbulkan 64 persen amonia yang dihasilkan karena campur tangan manusia sehingga mengakibatkan hujan asam. Laporan dari UN IPCC Fifth Assessment Report 2014 menjelaskan bahwa gas metana dari kotoran sampi 25 kali lebih berbahaya daripada CO2.

Diet Atasi Perubahan Iklim

Banyaknya peternakan dan meningkatnya konsumsi daging bisa menyumbangkan emisi gas yang cukup tinggi serta membutuhkan energi listrik yang cukup besar sehingga menjadi penyebab perubahan iklim. Dalam hal ini tindakan pasti yang dapat dilakukan untuk mengatasi perubahan iklim yaitu "Diet". Selama ini diet adalah hal yang dilakukan untuk menurunkan berat badan tapi saat ini diet juga dapat mengurangi polusi dan mengurangi penggunaan sumber energi sehingga diet dapat mengatasi perubahan iklim.

Dalam diet ini hal yang dilakukan bukan mengurangi jumlah konsumsi nasi, tapi yang harus dihindari adalah mengonsumsi daging berlebihan. Daging adalah bahan makanan yang tinggi akan lemak sehingga bisa menyebabkan kegendutan dan meningkatnya permintaan daging dan jumlah hewan peternakan dapan menghasilkan emisi gas rumah kaca yang tinggi sehingga dikatakan sebagai penyebab perubahan iklim. Oleh karena itu, kita sebagai manusia yang peduli terhadap lingkungan maka harus mengurangi konsumsi daging atau ikuti pola makan diet sehingga permintaan daging tidak meningkat dan lahan peternakan tidak perlu di perluas yang dapat menyebabkan lahan pertanian dan hutan diambil alih.

Jika "Diet" adalah intervensi kita untuk mengurangi perubahan iklim, maka apa peran pemerintah mengatasi peralihan lahan menjadi lahan pertanian sebagai penyebab Climate Change ?

Peran Pemerintah Terhadap Lahan Peternakan Penyebab Climate Change

Pemerintah Indonesia saat ini belum memperhatikan penyebab perubahan iklim dari lahan peternakan yang mengambil alih hutan serta pertanian. Dengan pernyataan seperti ini maka pemerintah harus memberikan intervensi dan melakukan tindakan intervensi untuk mengatasi masalah ini yang terlihat kecil tapi besar dampaknya. Adapun saran dari penulis untuk pemerintah Indonesia atas peternakan penyebab perubahan iklim yaitu :

  • Stop peralihan lahan pertanian menjadi lahan peternakan dengan cara mengeluarkan peraturan untuk l arangan peralihan lahan yang merusak lingkungan dan iklim.
  • Penggunaan sumber energi listrik dapat dikurangi dengan memanfaatkan pengolahan limbah sebagai sumber energi listrik ramah lingkungan.
  • Membatasi jumlah penyediaan daging di pasaran untuk mengurangi konsumsi daging dan emisi gas dari daging dapat berkurang.

Diet bukan hanya jalan untuk menurunkan berat badan tapi juga dapat menurunkan emisi GRK dan mengatasi perubahan iklim

#DietSaveCLimate

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Artikel ini dibuat oleh Kawan GNFI, dengan mematuhi aturan menulis di GNFI. Isi artikel ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis. Laporkan tulisan.

Terima kasih telah membaca sampai di sini