Kabupaten di Timur Pulau Madura Ini Menjadi Titik Awal Dalam Pencegahan Stunting

Kabupaten di Timur Pulau Madura Ini Menjadi Titik Awal Dalam Pencegahan Stunting
info gambar utama

Madura adalah sebuah pulau yang berada di utara pulau jawa, Pulau ini memiliki beberapa Kabupaten di dalamnya. Salah satu kabupaten yang terletak di ujung timur Pulau Madura adalah Kabupaten Sumenep. Kabupaten ini memiliki luas wilayah 2.093,45 km² dan populasi 1.041.915 jiwa. Dengan populasi sebesar itu, dan lokasi yang bisa dibilang jauh dari Ibu Kota Provinsi, infrastruktur kesehatan & informasi tentang perlunya gizi bagi anak-anak di kabupaten tersebut harus menjadi fokus.

Infrastruktur pelayanan kesehatan di Sumenep terbilang cukup memadai, masyarakatnya di layani di pusat-pusat kesehatan masyarakat yang tersebar di beberapa wilayah kecamatan.

Menurut data Dinas Kesehatan Kabupaten Sumenep, di wilayah ini tercatat ada 30 Puskesmas yang tersebar di 27 Kecamatan dibantu oleh puskesmas pembantu sebanyak 71 unit, Poskesdes (Pos Kesehatan desa) sebanyak 231 unit dan Polindes lebih dari 200 unit. Sarana Kesehatan yang lain adalah tersedianya Rumah Sakit di Sumenep sebanyak 5 unit, 1 di antaranya masih dalam tahap pembangunan. Rumah Sakit yang tersebar di Sumenep terdiri dari rumah sakit untuk umum dan rumah sakit bersalin. Pada tahun 2011 lalu untuk memberikan pelayanan lebih bagi warga Pulau Arjasa dan Sekitarnya, Dinkes Sumenep menaikkan Status Puskesmas Arjasa menjadi Rumah Sakit tipe D.

Lalu bagaimana dengan kebutuhan Gizi bagi anak-anak?

Meskipun memiliki pelayanan kesehatan yang cukup memadai, peran orangtua juga harus paham akan kesehatan gizi yang diperlukan oleh sang buah hati mereka. Seperti pemenuhan gizi dan nutrisi yang baik, begitu juga saat dalam kandungan. Bahkan angka stunting di Indonesia, termasuk Kabupaten Sumenep yang memiliki prevalensi stunting yang masih tinggi di Jawa Timur.

Perlu diketahui, stunting adalah kondisi gagal pertumbuhan pada anak (pertumbuhan tubuh dan otak) akibat kekurangan gizi dalam waktu yang lama. Sehingga, tubuh anak lebih pendek dari anak normal seusianya dan memiliki keterlambatan dalam berpikir. Faktor pola asuh dari Ibu menjadi salah satu sebab cukup dan tidaknya gizi pada Anak.

Informasi tentang stunting dan 1000 hari pertama kehidupan akhirnya dibahas oleh beberapa narasumber di Java In Rest Area Sumenep Madura dalam acara yang dihelat oleh GNFI, Kemenkominfo, dan DJIKP, yaitu #KopdarBaik 1000 Hari Terbaik. Acara yang diselenggarakan di Sumenep ini berlangsung pada hari Sabtu 13 Oktober 2018 lalu.

Pembicara yang hadir dalam acara ini antara lain dari Kemenkominfo, CEO GNFI, Founder GNFI, Profesor Prof. Dr. Merryana Adriani, SKM.,M.Kes., Nurfitriana Busyro (Ketua Penggerak PKK kab. Sumenep), dan artis Enno Lerian.

Keterangan Gambar (© Pemilik Gambar)

Prof. Merry menjelaskan beberapa hal tentang fenomena stunting. Termasuk tanda-tanda dan bagaimana upaya pencegahannya. Seperti pengenalan karbohidrat pada umur 6 bulan, sayur dan buah pada umur 7 bulan, dan protein seperti tempe, tahu dan daging pada bulan ke 9.

Keterangan Gambar (© Pemilik Gambar)

Nurfitriana juga mengungkapkan fakta masih banyak warga Sumenep yang belum menyadari bahaya stunting. Apalagi kebiasaan buruk perlakuan masyarakat terhadap anak-anak usia di bawah 1 tahun juga masih marak dilakukan. Misalnya pemberian makanan padat pada bayi usia dibawah 6 bulan.

Keterangan Gambar (© Pemilik Gambar)

Acara tersebut berjalan seru selama kurang lebih 3 jam, yang diikuti sekitar 60 peserta dari berbagai komunitas di Madura. Diantaranya Blogger Plat-M, GenPI Madura Raya, Komunitas Kota Tua Sumenep, Ariya Madura, dll.

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Artikel ini dibuat oleh Kawan GNFI, dengan mematuhi aturan menulis di GNFI. Isi artikel ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis. Laporkan tulisan.

Terima kasih telah membaca sampai di sini