Batu Street Food Festival: Baguette Rendang, Seperti Apa?

Batu Street Food Festival: Baguette Rendang, Seperti Apa?
info gambar utama

Warga dan pengunjung Kota Batu berada di Batu Street Food Festival dimana para koki hotel, restoran, dan murid sekolah kuliner membuat limpahan makanan di festival tersebut. Semua makanan yang ada di festival tersebut ditawarkan dengan harga yang sangat masuk akal, dengan rentang harga Rp 5.000 hingga Rp 20.000.

Pengunjung memenuhi
info gambar

Batu Street Food Festival diadakan pada tanggal 20 Oktober hingga 21 Oktober di halaman depan Balai Kota Among Tani.

“Lebih dari 100 jenis makanan Indonesia disediakan oleh 33 hotel, tiga restoran, dan tiga sekolah kejuruan perhotelan dari seluruh Malang Raya di festival ini,” kata Titik S. Ariyanto, perwakilan dari Asosiasi Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) cabang Batu pada hari Sabtu.

Coto Makassar yang disajikan | Foto:
info gambar

Titik melanjutkan dengan mengatakan bahwa acara tahunan yang diselenggarakan oleh PHRI Batu, Asosiasi Koki Indonesia (ICA) dari Malang Raya dan kantor pariwisata kota Batu bertujuan untuk memperkenalkan dan mempromosikan makanan Indonesia kepada masyarakat. Di antara makanan Indonesia yang ditawarkan adalah pecel, garang asem (ayam atau daging yang dimasak dengan santan dan rempah-rempah), coto Makassar, rawon, dan jus segar.

Seorang siswa SMK 7 menjajakan hotdog
info gambar

Beberapa koki dan murid sekolah kuliner juga memamerkan kreasi terbaru mereka, seperti baguette rendang, dan banana blossom hotdog.

Titik mengatakan acara yang diadakan untuk kedua kalinya tersebut, telah melihat peningkatan pengunjung dan pendapatan.

Baguette rendang |
info gambar

"Acara ini telah menarik sekitar 2.000 pengunjung dengan nilai transaksi Rp 100 juta tahun lalu, dan tahun ini telah melampaui target 8.000 pengunjung dengan nilai transaksi lebih dari Rp 300 juta," ujar Titik seperti yang dikutip dari Jakarta Post, berharap bahwa festival ini bisa kembali diadakan tahun depan dengan konsep yang lebih menarik.

Eka Febrianti, warga Batu, mengatakan dia senang menghadiri acara tersebut. “Keluarga saya dan saya dapat menikmati makanan yang jarang kami makan dengan harga yang sangat terjangkau,” katanya.

Namun, Eka kecewa karena banyak makanan yang habis terjual, terutama pada hari pertama. Dia menyarankan agar hotel dan restoran yang berpartisipasi lebih baik mengantisipasi jumlah pengunjung di lain waktu.


Sumber: Jakarta Post

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Artikel ini dibuat oleh Kawan GNFI, dengan mematuhi aturan menulis di GNFI. Isi artikel ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis. Laporkan tulisan.

Terima kasih telah membaca sampai di sini