Perpustakaan Nasional Indonesia, setelah memiliki gedung baru di Jakarta Pusat, berusaha untuk mengubah citra diri sebagai upaya untuk meningkatkan jumlah pengunjung.

Kepala pusat layanan informasi dan perpustakaan, Yoyo Yahyono, mengatakan pada hari Senin bahwa rebranding perpustakaan itu penting, karena perpustakaan saat ini tidak dikenal oleh publik.
“[Kami harap] perpustakaan akan menjadi tujuan favorit di kalangan masyarakat untuk mengeksplorasi informasi yang terdapat di koleksi perpustakaan.” Yoyo mengatakan selama diskusi kelompok fokus tentang rebranding perpustakaan di Jakarta, seperti dikutip oleh kantor berita Antara.
Seorang staf ahli yang bertanggung jawab atas rebranding perpustakaan, Otho Hernowo Hadi, mengatakan bahwa salah satu layanan perpustakaan yang harus ditingkatkan adalah perpustakaan digitalnya, seperti aplikasi dan e-book, karena ada tren yang berubah dari membaca media cetak menjadi digital media.

Juru bicara perpustakaan, Nurhadi Saputra, mengatakan bahwa perpustakaan nasional menerima hingga 2.000 pengunjung per hari selama hari kerja dan menerima lebih banyak selama akhir pekan.
Namun, Nurhadi mengatakan pihaknya belum puas dengan jumlah sebagaimana harusnya bangunan 24 lantai itu bisa menampung ribuan orang. Terlebih lagi digadang-gadang sebagai perpustakaan tertinggi di dunia.
“Kami ingin melakukan rebranding untuk meningkatkan jumlah pengunjung, [yang] tidak hanya akan membaca buku tetapi juga menghadiri diskusi atau mengeksplorasi informasi dalam koleksi perpustakaan,” katanya.
Di perpustakaan nasional pun tidak hanya berisikan buku-buku, namun juga berisi ruang untuk anak, yang sangat edukatif. Dan juga terdapat koleksi-koleksi lainnya seperti koleksi foto, peta, lukisan, monograf tertutup, naskah nusantara, audiovisual, dan banyak lagi yang tersebar di 24 lantainya.
Sumber: Jakarta Post
Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News