Rumah H.O.S Tjokroaminoto Sebagai Salah Satu Aset Sejarah di Indonesia

Rumah H.O.S Tjokroaminoto Sebagai Salah Satu Aset Sejarah di Indonesia
info gambar utama

Dibalik kemerdekaan bangsa Indonesia, pasti ada pahlawan tanpa tanda jasa yang rela mengorbankan jiwa dan raganya untuk membela tanah air dari para penjajah. Salah satu tempat bersejarah di Indonesia berada di Surabaya. Kota surabaya yang biasa dikenal sebagai “kota pahlawan” memiliki banyak sekali tempat bersejarah, salah satunya yaitu di Peneleh. Tempat bersejarah yang terkenal di sana ada makam belanda peneleh, museum rumah H.O.S. Tjokroaminoto, dan rumah presiden Soekarno. Banyak dari generasi muda sekarang yang bertanya siapa sih H.O.S. Tjokroaminoto? Apa sih kaitannya beliau dengan presiden Soekarno? H.O.S Tjokroaminoto adalah salah satu tokoh pergerakan nasional yang merupakan pimpinan dari organisasi pergerakan Sarekat Islam. Ia menjadi salah satu tokoh yang berhasil membuktikan besarnya kekuatan politik dan perdagangan di Indonesia.

H.O.S Tjokroaminoto lahir di Madiun, Jawa Timur, ia hijrah ke Surabaya pada bulan September 1907. Di Surabaya H.O.S Tjokroaminoto beserta keluarganya bertempat tinggal di Jl. Peneleh VII / 29-31. Rumah yang tidak begitu besar ini dihuni oleh Tjokroaminoto bersama istrinya, Soeharsikin, dan lima anaknya-Oetari, Oetarjo Anwar, Harsono, Islamiyah, dan Sujud Ahmad. Selain dihuni oleh Tjokroaminoto beserta keluarganya, rumah yang berada di tengah-tengah perkampungan yang padat ini dihuni oleh Soekarno, Alimin, Musso, Soeherman Katrowisastro, Samoen, dan pemuda lainnya. Pemuda-pemuda ini indekos dirumah Tjokroaminoto untuk menempuh pendidikan di sekolah Pemerintah Hindia Belanda yang berada di kota Surabaya.

Menurut buku Tjokroaminoto Guru Para Pendiri Bangsa yang diterbitkan oleh Tempo Publishing “Rumah Tjokroaminoto merupakan rumah ideologi dialogis, tempat bertemunya tokoh-tokoh yang mempunyai idelogis berbeda-beda. Rumah tersebut juga menjadi tempat mengadu ideologi antara Tjokroaminoto dengan Semaoen, Alimin serta Darsono dan Tan Malaka yang berideologi Marxis-Komunis”. Bahkan presiden Indonesia yang pertama pernah tinggal di rumah peneleh ini, Soekarno indekos di sana karena beliau melanjutkan pendidikan di Hogere Burger School, Surabaya. Tidak hanya Soekarno saja yang pernah tinggal, tokoh pendiri darul islam, Sekarmadji Maridjan Kartosoewirjo juga pernah tinggal di rumah H.O.S Tjokroaminoto.

Para pemuda yang indekos di rumah Tjokroaminoto ini tidak krisis bacaan, karena banyak tokoh-tokoh pergerakan nasional dan agama yang datang bertamu di rumah Ketua Umum Sarekat Islam. Karena hal inilah rumah Tjokroaminoto di Peneleh dikenal sebagai Markasnya Sarekat Islam. “Tjokroaminoto dikenal sebagai seorang pemimpin Sarekat Islam yang gigih dan memperjuangkan nasib masyarakat yang tertindas sehingga tidak berlebihan bila menyematkan nama “rumah pergerakan” pada kediaman Tjokroaminoto di Peneleh” Tutur Itahani Johan Pradana pada buku yang berjudul Rumah Guru Bangsa. Diskusi tentang politik, perdagangan dan agama di kalangan pengurus organisasi Sarekat Islam, tidak selalu diadakan didalam gedung dengan penjagaan yang ketat. Rumah sang pemimpin organisasipun sering kali menjadi markas dalam diskusi tersebut.

Di ruang tamu kediaman Tjokroaminoto selain menjadi tempat beradu ideologi dengan Semaoen, Alimin serta Darsono dan Tan Malaka, ruangan ini digunakan untuk berdiskusi dan memberi kuliah politik. Para pemuda indekos memiliki kamar sendiri-sendiri, meskipun hanya berupa sekat-sekat yang menjadi pembatasnya. Dikamar inilah Soekarno belajar berpidato meniru gaya sang guru, Tjokroaminoto. Soekarno belajar berpidato saat malam hari, ia berpidato dengan mengamati teknik orasi Tjokroaminoto yang sanggup membangkitkan jiwa nasionalisme para pengikutnya. Jika kalian ingin menjadi pemimpin besar, menulislah seperti wartawan dan bicaralah seperti orator Itulah yang disampaikan Tjokroaminoto kepada muridnya yang tertulis didalam buku Tjokroaminoto Guru Para Pendiri Bangsa yang diterbitkan oleh Tempo Publishing.

Selain menjadi tempat tinggal dan tempat belajar para pemuda bangsa, rumah di Peneleh gang VII ini juga menjadi sarana sosialisasi untuk mengembangkan nilai-nilai perjuangan yang dipelajari oleh Tjokroaminoto dan Sarekat Islam. Kondisi rumah yang terbuka dan ramah seperti ini dapat mumunculkan jiwa-jiwa nasionalisme pada pemuda Indonesia dan dapat melahirkan tokoh-tokoh muda Indonesia yang ideologis. Di rumah minimalis ini, Tjokroaminoto menciptakan karakter para pemuda bangsa dengan gagasan-gagasan yang dimilikinya. Ia juga mengajak para muridnya untuk menggali ilmu sedalam-dalamnya agar memiliki strategi untuk membawa bangsa Indonesia menuju kemerdekaan.

Sepeninggalan Tjokroaminoto, Rumah yang berada di Peneleh sudah berkali-kali berpindah tangan kepemilikan. Rumah peninggalan Tjokroaminoto sempat dihuni oleh walikota Surabaya, R. Soekotjo. Setelah beberapa tahun kepemilikan rumah ini berpindah tangan kepada Soenarjo. Pada September 1996, walikota pada masa itu menetapkan rumah peninggalan H.O.S Tjokroaminoto sebagai bangunan cagar budaya yang harus dijaga sejarahnya. Karena dirumah ini memiliki sejarah yang penting, dan pernah dihuni oleh bapak proklamator bangsa dan dikunjungi oleh tokoh-tokoh pergerakan nasional bangsa Indonesia.

Pada tanggal 27 November 2017, walikota Surabaya telah meresmikan rumah peninggalan H.O.S Tjokroaminoto sebagai salah satu museum sejarah yang ada di Surabaya. Di Museum rumah H.O.S. Tjokroaminoto sudah dilengkapi dengan buku-buku tentang tokoh pergerakan nasional, seperti H.O.S Tjokroaminoto, Ir. Soekarno, Douwes Dekker. Banyak informasi mengenai sang pemimpin Sarekat Islam selama hidupnya yang kita dapat dari museum ini. Dengan diresmikannya museum-museum di Surabaya, diharapkan agar minat masyarakat mengenai sejarah bangsa lebih meningkat lagi. Sangat disayangkan jika kita sebagai generasi muda bangsa tidak mengetahui sejarah tentang negara kita.

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Artikel ini dibuat oleh Kawan GNFI, dengan mematuhi aturan menulis di GNFI. Isi artikel ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis. Laporkan tulisan.

Terima kasih telah membaca sampai di sini