Perkembangan daerah-daerah di Indonesia sekarang ini sangatlah pesat. Dan hampir bisa dirasakan secara serentak. Sebut saja salah satunya jembatan Hotelkamp yang menghubungkan Kota Jayapura, terutama dengan pos lintas batas di Skouw. Jembatan bisa memperpendek jarak dari dulunya 2,5 jam sekarang bisa ditempuh 1 jam. Padahal, dulunya daerah Indonesia Timur sangat jarang tersentuh oleh perkembangan urban.
Jembatan Hotelkamp hanya satu dari perkembangan yang terjadi di Indonesia. Berbicara perkembangan tentunya selain peran pemerintah, peran masyarakat lokal juga bermain sangat penting untuk perwujudannya.
Salah satu contohnya adalah Banjarbaru, Kalimantan Selatan. Kota yang dulunya hanya dikunjungi karena memiliki bandara yang menjadi gerbang masuk dan keluar ke Kalimantan Selatan, kini berubah pesat menjadi kota yang menyaingi Ibukotanya, Banjarmasin.
Tidak hanya bandara yang disebutkan di atas kini sedang dalam tahap renovasi besar-besaran akibat gedung bangunan yang ada sudah tidak lagi mampu menampung banyaknya jumlah pengunjung yang memanfaatkan fasilitas bandara ini, namun banyak juga perkembangan lainnya yang turut mengiringi. Seperti semakin banyaknya destinasi wisata yang kini mulai dikelola hingga bisa dikunjungi sebagai alternatif berakhir pekan.
Selain itu, perkembangan urban juga memasuki Banjarbaru. Salah satunya adalah coffee shop atau warung kopi.

Baru-baru ini sebuah warung kopi berukuran kira-kira seluas 6x3 meter baru saja mulai beroperasi. Yup! benar sekali, 6x3 meter. Tidak luas memang, namun cukup happening untuk mengundang pengunjung datang dan menikmati kopinya.
Warung kopi ini dinamakan Kopi Besi, terkait material bangunannya yang terbuat dari kontainer bekas yang dibeli dari pelabuhan lokal, Pelabuhan Trisakti yang ada di Banjarmasin. Meskipun terbuat dari kontainer bekas, warung kopi ini tidak terlihat terlalu industrial ataupun usang, justru sebaliknya cantik dan apik. Dengan sentuhan nuansa kayu, yang ternyata terbuat dari kayu lokal, kayu Sungkai. Kayu yang berasal dari daerah lokal di Kalimantan Selatan, Sungkai.

Diketahui dari Zaky sang pemilik Kopi Besi yang baru berumur 21 tahun ini bahwa cantiknya desain interior ini merupakan karya dari desainer interior lokal juga.
Luas ruangan yang dipakai untuk lokasi warung kopi ini pun cukup membuat dahi mengernyit, dengan hanya beberapa meja dan kursi tersedia di dalamnya memunculkan pertanyaan, apa sebenarnya konsep dari warung kopi ini?

Ketika ditanya mengenai pertanyaan tersebut, Zaky menjawab bahwa konsep dari warung kopi ini berkiblat dari warung kopi yang ada di Jepang. Notabene warung kopi di Jepang memiliki konsep coffee-to-go yang mana memang kebanyakan melayani konsumen yang membeli untuk take away atau pesanan dari go-food.
Terbilang baru, Kopi Besi yang memang masih menjajaki pasar memang belum memiliki mesin roasting sendiri. Mengatasi itu, Kopi Besi membeli biji kopi yang sudah di roast juga dari roaster lokal yang ada di Banjarbaru dan Banjarmasin.


Bisa dibayangkan, dari hadirnya satu warung kopi ini, berapa elemen ekonomi yang digerakannya? dan semuanya adalah ekonomi lokal.
Memang benar bahwa perkembangan suatu daerah tidak hanya bergantung pada pemerintah saja. Zaky melalui Kopi Besi miliknya mampu membantu perkembangan daerah asalnya tidak hanya untuk kepentingan pribadi namun juga elemen lokal.
Indonesia butuh lebih banyak orang seperti Zaky, mari kita mulai dari diri sendiri.

Ps. pegawai di Kopi Besi ini sangat ramah. Mereka tidak lelah untuk memberikan senyum dan juga candaannya terhadap para pengunjungnya.
Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News