Mengenal Gawai sebagai Media, Bermanfaat atau Tidak?

Mengenal Gawai sebagai Media, Bermanfaat atau Tidak?
info gambar utama

Kata media berasal dari bahasa Latin yaitu medius yang artinya tengah, perantara atau pengantar. Kata media, merupakan bentuk jamak dari kata “medium”, yang secara etimologi berarti perantara atau pengantar. Kamus Besar Ilmu Pengetahuan (dalam Dagun, 2006: 634) media merupakan perantara/ penghubung yang terletak antara dua pihak, atau sarana komunikasi seperti koran, majalah, radio, televisi, film, poster, dan spanduk. Menurut Arsyad (2002: 4) media adalah semua bentuk perantara yang digunakan oleh manusia untuk menyampaikan atau menyebar ide, gagasan atau pendapat, sehingga ide, gagasan atau pendapat yang dikemukakan itu sampai kepada penerima yang dituju. Gawai merupakan salah satu alat yang sekarang trending digunakan anak usia muda zaman sekarang bahkan usia dewasa pun menikmati dengan kecanggihan itu. Tak lepas dari perkembangan teknologi yang mengubah gawai itu sendiri menjadi sebuah rumah dunia dalam gengaman. Konstruktivitas gawai patut dipertanyakan dalam hal ini. Menjadi manusia yang hidup zaman melek teknologi menuntut kita untuk terus meng-update perkembangan apa yang terjadi di media sosial. Kita perbandingkan misalnya di era tahun 2000-an awal, gawai pada saat itu masih minim penggunaannya, dimana gawai pada saat itu masih hanya dipergunakan untuk telefon dan sms saja namun berbalik dengan sekarang, dengan hadirnya kecanggihan teknologi menghadirkan fitur-fitur terbaru, contohnya whatsapp dimana dulu kita berkomunikasi hanya bisa lewat sms tanpa bisa mengirim gambar kita atau melakukan video call dengan orang yang dituju, sekarang kita melakukan itu dengan mudah. Dibalik hadirnya teknologi yang semakin canggih ini, mempermudah seseorang untuk melakukan aktivitas sesuatu bahkan dengan hadirnya teknologi yang canggih mampu mengantarkan seseorang untuk berbisnis secara online misalnya dengan maraknya bisnis onlineshop yang mangsa pasarnya anak muda. Aplikasi ojek online contohnya sebuah aplikasi karya anak bangsa yang mampu melejit dan bisa memberikan seseorang pekerjaan lewat sebuah aplikasi sekaligus sebagai aplikasi yang sangat membantu tatkala ada situasi mendesak. Hadirnya teknologi canggih ini juga dimanfaatkan pemerintah dengan adanya e-tilang, e-banking, dan e-perpustakaan yang diharapkan mampu mempermudah masyarakat dalam proses pelayanan. Dibalik hadirnya kecanggihan baru tentu ada resiko yang dihadapi justru semakin besar pula. Tak elak penggunaan gawai ini mau kita kemanakan arahnya. Dampak positif yang dapat kita rasakan gawai sebagai media, contohnya sebagai media pemasaran dimana kita tidak perlu membuka lapak di jalanan atau menyewa ruko untuk berjualan menunggu orang datang. Namun sekarang sudah bisa lewat satu genggaman dengan cara memposting gambar yang akan kita jual menunggu costumer datang dan menghubungi, ini merupakan salah satu kemudahan dalam berjualan. Dalam dunia akademik misalnya, dahulu kita harus membeli buku di toko-toko karena pada zaman itu masih gegar teknologi untuk mendapatkan sebuah buku, namun dengan satu gengaman gawai kita bisa mengakses buku online atau yang biasanya kita sebut dengan e-book secara leluasa. Dampak negatif terhadap gawai itu sendiri sebagai media juga sangat banyak jika kita perbandingkan dengan dampak positifnya yang semakin banyak. Misalnya terhadap anak-anak dimana gawai itu hanya mampu meningkatkan aspek kognitifnya untuk mengasah cara berfikir namun gawai tidak mendorong untuk ke aspek psikomotorik dan afektif. Asisten Deputi Olahraga Layanan Khusus Deputi Pembudayaan Olahraga Kemenpora, Dr Bayu Rahadian, mengatakan bermain gawai seperti ponsel cerdas hanya mengasah aspek kognitif pada anak. "Bermain hanya merangsang aspek kognitif pada anak, sementara aspek lainnya yang juga penting pada anak usia dini yakni afektif dan psikomotorik tidak terangsang dengan baik," ujar Bayu di sela-sela Festival Olahraga Anak Usia Dini di Jakarta, Kamis. Menteri Komunikasi dan Informatika Rudiantara meminta anak Indonesia untuk membatasi penggunaan gadget atau gawai. "Batasi penggunaan gadget. Selamat Hari Anak Nasional 2018," katanya dalam cuitan di akun twitter @rudiantara_id, Senin (23/07/2018). Menurut Menteri Rudiantara, setiap anak Indonesia harus tangguh dalam menggapai cita. "Anak Indonesia harus sehat dan gembira agar dapat belajar dengan tenang dan tangguh dalam menggapai cita-cita," katanya.

Dalam era saat ini banyak permasalahan yang disebabkan dengan hadirnya gawai, pelecahan seksusal dan kekerasan seksual misalnya, marak terjadi di berbagai daerah di Indonesia. Anggota Panja RUU Penghapusan Kekerasan Seksual Komisi VIII DPR Itet Tridjajati mengatakan banyak anak remaja usia belasan tahun (SMP/SMA) yang dengan mudah mengakses media sosial atau situs tertentu.

Hal ini yang menjadi salah satu tingginya angka perkosaan di Jawa Timur. Terbukti terdapat 106 kasus perkosaan anak dan 19 kasus perkosaan orang dewasa pada tahun 2016. Padahal pada tahun 2015 hanya 18 kasus perkosaan anak dan 6 kasus perkosaan dewasa. Salah satu penyebab terjadinya kekerasan seksual itu melalui gadget yang tidak terkontrol oleh orang tua atau guru di sekolahnya," kata dia. "Kita dapat mencontoh sekolah-sekolah di luar negeri seperti di Finlandia , di sana setiap jam pelajar dimulai semua handphone dikumpulkan dan guru mulai memeriksa isi konten didalam handphone-nya. Bila ada konten yang berbau pornografi bisa langsung dihapus atau dilaporkan pada orang tuanya. Ini merupakan salah satu pencegahan kekerasan seksual terhadap anak usia remaja," kata legislator dari Fraksi PDIP tersebut.

Dengan hadirnya teknologi yang semakin canggih, selayaknya kita sebagai pengguna mengerti batasan yang kita ambil dari kecanggihan itu. Kita mau mengarahkannya kemana, bermanfaat atau tidak itu semua ada ditangan kita. Sepatutnya penggunaan gawai sebagai media, kita manfaatkan sebaik-baik mungkin agar kita mendapat informasi dan pengetahuan melalui gawai dengan kecanggihannya. Semoga membantu.


Sumber:

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Artikel ini dibuat oleh Kawan GNFI, dengan mematuhi aturan menulis di GNFI. Isi artikel ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis. Laporkan tulisan.

Terima kasih telah membaca sampai di sini