Desainer terkenal Edward Hutabarat telah menciptakan tampilan chic klasik melalui koleksi Ulos Batak-nya dalam koleksi inovasi, yang dipamerkan di Festival Tenun Nusantara di Tapanuli Utara, Sumatera Utara.
Ulos memiliki tempat khusus di hati Edward. Sebagai desainer keturunan Batak, ia merasa berkewajiban untuk melestarikan dan menghadirkan kembali kain tenun Batak tradisional.
Ulos Batak dalam peragaan busana Inovasi, yang diadakan di Tarutung, Tapanuli Utara, pada 17 Oktober adalah acara terakhir dari Festival Tenun Nusantara, yang berlangsung mulai dari 13 Oktober.
30 buah Ulos Batak dalam koleksi Inovasi menyoroti kreativitas Edward yang menawan dengan ulos.
Berkarya dengan ulos warna-warni, Edward menciptakan serangkaian oversized coat. Ia menyeimbangkan motif ulos yang rumit dengan kain lurik bergaris Jawa.
"Siapa pun yang melihat detail motif ulos di bawah mikroskop pasti akan tercengang," katanya, mengagumi karya-karya penenun Tapanuli Utara yang ia gunakan dalam koleksi tersebut.Beberapa desain menampilkan harungguan ulos yang berasal dari daerah Muara di Tapanuli Utara. Harungguan ulos adalah simbol kesatuan karena menyatukan lapisan motif yang berbeda.
"Harungguan ulos disebut raja ulos karena semua motif dapat ditemukan di harungguan," kata Edward.
Edward menyajikan nuansa yang lebih tenang untuk koleksi pria. Dia bermain dengan ulos berwarna gelap, seperti indigo sibolang ulos, untuk menciptakan jubah dengan siluet sederhana.
Koleksinya memukau penonton, termasuk Tomas Saller dari Republik Ceko.
“Ini adalah peragaan busana kelas dunia. Koleksinya luar biasa, saya suka motif dan warna ulos, ”katanya.
Selain fashion show, Festival Tenun Nusantara juga menggelar berbagai acara yang bertujuan membawa ulos, dan kain tenun tradisional lainnya, ke panggung global.
Acara itu menghadirkan juga pertunjukan seni, simposium nasional tentang kain tenun tradisional dan kamp pelatihan bagi penenun.
Festival yang berlangsung selama lima hari tersebut diselenggarakan bersama oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, pemerintahan Tapanuli Utara, dan komunitas lokal, berlangsung di tiga lokasi, yaitu Pulau Tarutung, Muara, dan Sibandang.
Sumber: Jakarta Post
Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News